BANGUNAN YANG KOKOH
Lukas 6:46-49
(Matius 7:24-27)
Rekan2
pemuda yang kekasih,
Mendirikan
sebuah bangunan bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dikerjakan. Di dalamnya
dibutuhkan perhitungan yang sangat cermat agar bangunan yang dibangun memiliki
kemampuan untuk dapat bertahan dari perubahan cuaca.
Mendirikan
rumah menyatakan tentang iman seseorang. Iman itu harus didirikan atas batu,
yakni Kristus (1 Korintus 3:10-15). Dalam hal ini dasar dari bangunan itu
adalah Kristus. Namun kalau orang hanya mengetahui saja dan tidak mempraktekkan
apa yang ia telah dengar dan ketahui, maka pada hakekatnya ia tidak mendirikan
imannya di atas batu karang, melainkan di atas pasir.
Perumpamaan
ini merupakan bagian khotbah terakhir di bukit dan perumpamaan yang sangat
sederhana namun memiliki pengertian yang bagitu dalam untuk membangun keyakinan
orang percaya. Dan perumpamaan ini memberikan dampak yang sangat besar di dalam
membangun iman kita.
Saudara,
Gambaran
yang dikatakan oleh Tuhan Yesus bukanlah gambaran yang aneh dan tidak dikenal; Sebaliknya
gambaran yang dikatakan Tuhan Yesus adalah gambaran dari kenyataan sehari-hari,
yang benar-benar bisa terjadi.
Di
Palestina, setiap orang yang akan membangun rumah harus mempunyai perhitungan
yang baik tentang keadaan tanahnya. Disana banyak tempat yang pada musim
kemarau nampak bagus. Tempat-tempat seperti itu nampak menarik untuk mendirikan
rumah tetapi pada musim hujan, tempat-tempat seperti itu bisa berubah menjadi
tempat aliran air yang deras, sehingga rumah yang didirikan di atasnya mudah
roboh.
Pada
umumnya tempat-tempat seperti itu adalah tempat-tempat yang berpasir. Dan orang
yang tanpa banyak pikir akan mudah terjebak, untuk akhirnya hanya akan
mengalami kehancuran rumah. Sebaliknya orang yang memiliki perhitungan, akan
berusaha menggali cukup dalam sampai pada lapisan tanah yang kuat, berbatu,
untuk kemudian mendirikan bangunannya.
Dari
disini kita melihat bahwa kekuatan kita terletak pada fondasi dimana kita
dibangun. Orang yang kuat adalah orang yang tetap berdiri dengan kokoh walaupun
ada masalah. Persoalan hidup akan semakin bertambah, bagaimana kita
menghadapinya? Apakah kita bertahan atau rubuh/ lari dari persoalan yang sedang
kita hadapi?
Rekan-rekan
pemuda yang kekasih,
Dalam
perumpamaan ini Tuhan Yesus menggambarkan sikap dua orang yang sedang membangun
rumahnya. Penekanan dari kebenaran firman Tuhan disini adalah terletak pada
ketaatannya melakukan firman. Kita melihat saudara, gambaran kedua orang yang
sedang membangun ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya ialah
mereka sama-sama mau membangun rumah dan perbedaannya terletak dari cara atau
prinsip yang mereka pakai untuk membangun, yang pastinya menghasilkan kualitas
yang berbeda.
Karena
itu rekan-rekan pemuda yang saya kasihi, melalui perumpamaan ini kita malam
ini, kita akan belajar 2 hal mengenai sikap-prinsip.
1.
MENDENGAR DAN TIDAK MELAKUKAN - FONDASINYA RAPUH (46, 49)
Kaum
muda yang kekasih,
Dalam
kehidupan kita, ternyata ada orang-orang yang berseru-seru kepada Tuhan tetapi sebetulnya
ia bukanlah seseorang yang taat. Tuhan Yesus menegor dan mengecam orang-orang demikian.
Sebab mereka mendengar pengajaran Tuhan Yesus tetapi tidak melakukannya.
Mengapa mereka tidak mau melakukannya? Karena mereka adalah anak-anak gampangan
yang tidak mau berjuang dan bekerja keras alias pemalas (Amsal 6).
Gambaran
ini diumpamakan Tuhan Yesus sebagai seseorang yang membangun rumahnya di atas
pasir? Karena mereka tidak mau bekerja keras, mereka mau yang gampangan saja,
ia mau rumah itu cepat jadi, jadi ia hanya berpikir pendek. “Membangun di atas pasir” juga bisa berarti
bahwa dalam kehidupannya orang ini hanya berkata-kata manis kepada Kristus, tetapi
tidak mematuhi kehendakNya.
Padahal
Tuhan yang adalah penguasa tunggal atas hidup manusia sangat tidak menyukai
prinsip hidup yang seperti ini. Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus,
dikatakan: “Mengapa
kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan padahal kamu tidak melakukan apa yang
kukatakan” (Lukas 6:46; band Matius 7:21).
Dalam
Matius 7:21
kalimat ini diawali dengan kata “bukan”, “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan!
akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
Dari
sini kita pahami, bahwa sikap yang diungkapkan dalam kalimat ini bukan tujuan
akhir Tuhan. Itu bukan kehendak Tuhan. Sebaliknya yang Tuhan kehendaki adalah
kita sanggup untuk mendengar setiap Firman Tuhan yang disampaikan dan kita pun
sanggup melakukannya dengan baik. Yang utama dari setiap hal yang kita
dengarkan dari Firman Tuhan adalah kesanggupan untuk mempraktekkan dalam hidup
sehari-hari.
Kaum
muda yang kekasih,
Seseorang
yang hanya mau mendengar tetapi tidak melakukan adalah orang yang “bodoh” alias pemalas (band. Matius 7:26).
Di dalam Lukas, kata “bodoh” tidak dicantumkan. Mungkin Lukas memiliki alasan
tersendiri untuk tidak memakai kata ini. Tetapi bagi Matius, fakta bagi mereka
yang mendirikan rumah di atas pasir adalah orang-orang yang bodoh. Sehingga
saat musim hujan turun dan angin kencang bertiup, maka rumah orang didirikan di
atas pasir akan rubuh dan kerusakannya tidak dapat diprediksi lagi.
Lagi
pula, orang yang mendirikan rumahnya di atas pasir adalah orang yang tidak
mempunyai prinsip hidup yang benar. Mereka sebenarnya bukanlah orang-orang yang
kuat tetapi seorang yang lemah. Kelemahannya dapat kita lihat dari cara pandangnya
yang sempit. Sebab mereka tidak memiliki rencana jangka panjang yang baik. Setiap keputusan dalam kehidupannya adalah
pandangan-pandangan jangka pendek dan sekedarnya. Sepertinya hidup yang ia
jalani ia biarkan mengalir begitu saja.
Tetapi
tahukah saudara, ikan yang hidup disungai sejatinya akan terus bergerak melawan
arus seiring dengan derasnya air yang mengalir. Sebaliknya jika ia membiarkan
dirinya ikut hanyut dalam derasnya air sungai, bisa dipastikan ikan itu sedang
sakit atau sudah mati.
Memang,
terkadang kita membutuhkan pertimbangan jangka pendek untuk memutuskan perkara
yang mendesak. Tetapi untuk mengambil satu pertimbangan yang penting, tidak
bisa kita hanya mengandalkan rencana jangka pendek. Sebab rencana jangka pendek
hanya akan memberikan solusi sesaat.
Hasilnya
jika ia diperhadapkan dengan persoalan hidup yang cukup rumit, ia akan lari
dari masalah dan tidak mau menghadapinya. Begitu pula ketika kita tidak
membangun iman dengan benar dan kuat, saat tantangan datang, masalah tiba-tiba
muncul, bisa dipastikan iman kita akan mudah rubuh. Sebab kita tidak punya
kekuatan rohani yang menopang kehidupan kita.
Karena
itu saudara-saudara,
Firman
Tuhan berkata dalam Yakobus 1:2, 3: “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai
suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab
kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.”
Saudara
orang yang tidak memiliki iman yang kuat, ia tidak akan mengerti dengan benar
bahwa ujian-ujian iman yang sedang ia hadapi akan membawanya setingkat lebih
tinggi dari imannya yang semula.
Seharusnya
segala sesuatu yang terjadi didalam hidup kita merupakan kesempatan yang baik
untuk mengasah kerohanian kita, mengasah iman kita. Tetapi bagi orang yang
membangun imannya di atas pasir: tantangan, pergumulan terjadi dianggapnya
sebagai sebuah ancaman bagi dirinya, karenanya tidak heran jika ia akan lari
dari masalah.
Karena
apa? Karena mereka tidak memiliki fondasi yang kuat. Edwin Louis Cole berkata: “Membangun hidup
rohani di atas pasir tidaklah mungkin. Sebab tidak akan ada tempat untuk dapat
tahan berdiri apabila saat-saat sulit datang. Kualitas hidup akan teruji pada
saat menghadapai tantangan. Dan disitulah kelihatan karakter orang yang
sesungguhnya.”
Karena
itu saudara,
Setiap
kita diperintahan Tuhan untuk membangun hubungan yang intim dengan Tuhan serta
membangun kerohanian kita/ keyakinan kita di atas fondasi yang benar.
Demikian
juga dengan kata “Banjir” disini
bukanlah berbicara soal penghakiman yang terakhir, tetapi lebih kepada ujian-ujian
kehidupan yang datang kepada setiap orang yang mengaku diri seorang Kristen.
Dalam
hal ini firman Tuhan berkata: Tidak setiap orang yang bersaksi bahwa ia
mengenal Tuhan telah mengalami keselamatan yang sesungguhnya. Mereka mungkin
aktif dalam gereja dan dalam organisasi keagamaan lainnya, tetapi jika mereka
tidak diselamatkan dengan iman, mereka tidak memiliki dasar untuk kehidupan
mereka. Sehingga saat kesulitan datang, bukannya memuliakan Tuhan, yang terjadi
justru mereka menjadi kecewa akan hidup dan meninggalkan imannya.
2.
MENDENGAR DAN MELAKUKAN - FONDASINYA KUAT (47-48)
Rekan-rekan
pemuda yang kekasih,
Tuhan
Yesus memberikan hikmat Allah kepada manusia dalam perumpamaan tentang
membangun rumah diatas batu. Sebuah bangunan akan ditopang oleh fondasi yang
menjadi dasar pembangunannya, bukan oleh bangunan di atasnya. Demikianlah orang
yang membangun rumahnya di atas batu adalah orang-orang yang bijaksana alias
orang yang kuat/ kerja keras. Sebab hikmat Allah dicurahkan bagi mereka. ketika
mereka mendengar pengajaran Tuhan Yesus mereka kemudian melakukannya dengan
tekun di dalam kehidupan mereka.
Orang
yang memiliki prinsip yang benar, ia tidak hanya memikirkan masa sekarang
tetapi masa yang akan datang. Ia akan memiliki visi yang kuat. Sebuah planning
yang matang. Itu artinya kehidupan yang dibangunnya tidak dibangun secara
asal-asalan.
Perhatikan
cara kerja orang ini dalam membangun rumah rohaninya: pertama tanah itu digali
dalam-dalam. Disini
berbicara soal pengajaran yang kuat yang
terus menerus digali, dihidupi, kemudian meletakkan batu ditanah
yang telah digali. Ini bicara tentang imannya di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Batu inilah yang akan menjadi fondasi dimana berdirinya rumah tersebut. Batu
itu bukan sembarang batu, tetapi batu itu adalah batu besar/ batu karang yang
sangat teguh.
Siapakah
batu karang yang teguh itu? Dialah Tuhan Yesus. Itulah fondasi iman yang benar
dan kokoh. Pekerjaan dasar adalah bagian yang tersembunyi, tetapi bagian itu
juga yang paling penting. Perbedaan orang yang membangun ini adalah dasar yang
tidak kelihatan. Kata “Tuhan” diterjemahkan dengan “Kyrios” yang berarti atasan
yang berkuasa atasnya. Jadi orang yang mempunyai atasan/ tuan Kyrios haruslah
hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Lagi
pula tidak ada orang yang dapat sungguh-sungguh memanggil Yesus Kristus “Tuhan”,
kecuali dengan pimpinan Roh Kudus dari Allah (1 Korintus 12:3; Roma 8:16). Jika
Kristus ada di dalam hati kita, maka mulut kita harus menyaksikan Dia kepada
orang lain (Roma 10:9-10). Jika kita “berakar di dalam Dia dan dibangun di atas
Dia” (Kolose 2:7), maka buah-buah kita akan baik dan rumah kita akan berdiri
teguh pada saat badai menerpa.
Saat
ini banyak orang yang mendirikan pengharapannya di atas pasir. Dan hal itu
adalah hal yang sangat keliru. Semua dasar, selain Kristus, adalah seperti
pasir. Hanya Kristus dasar sejati untuk mendirikan rumah dengan baik (1 Korintus
3:11) dan batu karang yang sempurna dimana dibangun kehidupan kita dengan aman
(1 Krintus 10:4).
Perhatikan
pada ayat 48, rumah yang dibangun di atas dasar yang kokoh dan banjir melanda
rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan karena fondasinya sudah kokoh
dibuat.
Dalam
masa pencobaan dan aniaya mereka akan beridiri utuh. Ketika orang lain
meninggalkan kesetiaan mereka seperti benih yang jatuh di tanah berbatu, mereka
akan berdiri dengan teguh dalam Tuhan.
Hati
mereka akan tetap penuh dengan penghiburan, damai sejahtera, pengharapan, dan
sukacita ditengah-tengah kesukaran yang hebat. Badai dan banjir penderitaan
tidak mengejutkan mereka sebab kaki mereka terpancang di atas batu, batu yang
lebih tinggi daripada badai dan banjir.
Keselamatan
kekal mereka terjamin. Mereka aman di tengah maut dan peghukuman. Orang percaya
yang taat dipelihara dalam kekuatan Kristus, melalui iman menuju kematian dan
tidak akan pernah binasa.
Firman
Tuhan dalam Amsal
10:25 berkata: “Bila taufan melanda, lenyaplah orang fasik, tetapi orang benar
adalah alas yang abadi”. Artinya saudara, jika pengetahuan tidak
dilakukan dalam perbuatan, maka itu akan menjadi sebuah kesia-siaan. Sama
seperti sebuah teori yang tidak pernah dipraktekkan, hanya akan menghasilkan
kemungkinan-kemungkinan.
Karena
itu tepatlah jika Yakobus menekankan kedua-duanya penting untuk dipahami. Dalam
Yakobus 1:22
berkata: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar
saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.”
Disini
kita melihat apabila hal mendengar dan hal melakukan menjadi satu di dalam
hidup kita, barulah kita seperti orang yang mendirikan rumah di atas batu.
Karena
itu saudara,
Marilah
kita membangun iman kita di atas batu karang yang kokoh dan kuat yaitu Yesus
Kristus. Segala sesuatu yang dirancang Allah, akan diselesaikannya. Segala
sesuatu yang dijanjikan Allah, akan dipenuhinya. Segala sesuatu yang
dilakukannya untuk Allah akan dipeliharanya. Satu lagi perlu saudara ingat: “Ibadah tiap hari
yang kita lakukan kepada Allah dengan penuh disiplin, akan mendasari
keputusan-keputusan kita pada hari itu.”
Kiranya Tuhan Yesus memberkati! Amin.
Terimakasih atas renungan yang indah. kiranya dengan membaca renungan ini semua pembaca dapat semakin mengerti, memahami firman kebenaran yang dinyatakan dan yang dikehendaki Tuhan atas diri kita semua. sekali lagi terimakasih....maju terus dalam pelayanan semoga Tuhan meyertai memberi kekuatan dan sukacita.
BalasHapus