BELAJAR TUNDUK PADA
KEPUTUSAN ALLAH
(Roma 11:33-36)
Sidang perkabungan yang
kekasih,
Berbicara
soal kedaulatan Tuhan, saya percaya semua pastinya setuju, bahwa tidak ada
seorang pun yang mampu menghalangi ketika Tuhan berkehendak. Saudara, memang
Allah memberikan pikiran kepada manusia, dan adalah tugas manusia untuk memakai
pikiran itu untuk berpikir sampai ke batas kemampuannya. Akan tetapi, disisi
yang lain adalah benar juga bahwa ada saat-saat dimana batas itu telah tercapai
dan akhirnya kita hanya dapat menerima dan menaikan pujian bagi Allah.
Berkaitan dengan ini, ada tiga hal yang tidak
bisa dipilih oleh manusia:
1. Kelahiran:
Kelahiran kita di dunia ini bukanlah sebuah
keinginan kita. Kita tidak bisa memilih, dalam keluarga seperti apa kita dilahirkan,
kita tidak bisa memilih dimana kita dilahirkan, kita tidak bisa memilih lahir
sebagai laki-laki atau perempuan, dari suku bangsa apa, dan dari orang tua yang
bagaimana. Jadi kalau kita bisa lahir dalam keadaan yang sehat. Kita diberikan kekuatan untuk dapat bekerja dengan
baik, itu adalah anugerahNya.
2. Keselamatan:
Keselamatan yang kita terima dari Allah
bukanlah sebuah keinginan kita. Saudara,
menjadi orang Kristen bukanlah sebuah pilihan. Tetapi adalah ketetapan
Allah yang dinyatakanNya bagi
kita. Allahlah yang memilih dan memanggil seseorang
untuk diselamat-kan
atau tidak. Jadi kalau kita sampai pada titik bisa percaya kepada Tuhan kita
Yesus kristus, itu adalah anugerah yang luar biasa. Faktanya semua manusia
adalah orang yang “berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma
3:23).
Dan “upah dosa adalah maut, tetapi karunia
Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita” (Roma 6:23). Dengan demikian bukan kita yang memilih untuk
percaya kepada Allah di dalam Yesus Kristus, tetapi itu adalah kasih karunia
Allah yang dinyatakanNya bagi kita.
3. Kematian:
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan
hidupnya akan berakhir. Dalam hal ini, nats
firman Tuhan berkata: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan
ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi,
Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayub 1:21). Dengan
kata lain, kehidupan yang kita jalani pun adalah anugerah Tuhan. Karena itu
pergunakanlah kesempatan itu untuk hidup memuliakan dan menyenangkan hati
Tuhan.
Sidang perkabungan yang
saya kasihi,
Dalam kehidupan kita ada begitu banyak
hal-hal yang tidak mungkin dapat kita selesaikan dengan hikmat dan kekuatan
kita. Dengan demikian,
kita hanya dapat berkata: “Aku tak dapat mengerti dengan akal budiku segala
pikiran-pikiran Tuhan, tetapi dengan segenap hati aku percaya bahwa kasih
Tuhanlah diatas segala-galanya. Dan kehendakNyalah yang jadi.”
Saat mendengar berita duka dari keluarga Saudara
Andre, hati saya sempat tertegun sejenak. Ama yang kami kasihi hari ini telah
berpulang ke rumah Bapa di Surga. Ia telah pergi sebab Allah yang Mahakuasa lebih
mengasihi dia. Allah tidak ingin membiarkan Ama berlarut-larut dalam
penderitaan yang dialaminya. Dihari-hari
terakhir kita tahu, bagaimana Ama Elisabeth bergumul dengan kondisinya.
Beberapa kali ia mengalami jatuh, hingga tubuhnya luka-luka. Saya juga
mendengar Ama sempat tidak mau makan. Tubuhnya kurus. Hingga hari ini kita
menyaksikan bagaimana kehendak Tuhan adalah lebih baik memanggil kembali Ama
yang kekasih. Dari sinilah kita sadar, bahwa Allah yang Empunya
hidup, pada akhirnya mengambil kembali apa yang menjadi milikiNya.
Sebagai manusia pastinya
pihak keluarga merasa kehilangan. Sebagai anak, mantu, cucu
atau keluarga besar serta sidang jemaat, pastinya tidak bisa membendung kesedihan yang
mendalam. Tetapi percayalah inilah yang terbaik yang Tuhan
kehendaki bagi Ama yang kekasih. Sekaligus menyadarkan kita bahwa manusia
memiliki keterbatasan
dalam kemampuannya
di hadapan dan kekayaan Allah yang berdaulat.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Biasanya dalam
segala kejayaannya, kekuatan, kemampuan, dan kesuksesan yang dialami manusia, seringkali
manusia melupakan Tuhan
yang adalah sumber segala berkat.
Justru disaat-saat seperti ini, kita kembali disadarkan bahwa manusia tidak ada
apa-apanya dihadapan Tuhan yang Mahakuasa. Maka
jalan yang terbaik bagi kita adalah kita mesti belajar untuk tunduk
pada keputusan Allah.
Karena itu, bapak,
ibu, sdr yang terkasih
Firman Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa
kejayaan, kekuatan dan kemampuan manusia bagaikan bunga rumput. Suatu kejayaan
yang sifatnya fana,
dan tidak bernilai kekal. Pagi hari ia berkembang indah, namun sore hari ia menjadi layu dan kering
(Mazmur 103:15-18).
Dalam keterbatasan sebagai manusia inilah kita
menyaksikan kekuasaan dan kehebatan Allah. Inilah yang hendak diungkapkan dalam bacaan kita hari ini: bahwa betapa kuasa, betapa
hebat dan kayanya Tuhan. Hidup ini ada dan diciptakan karena Tuhan. Pada saat
hidup ini hilang karena ketidaktaatan manusia, Allah memberi kehidupanNya
melalui kematianNya supaya manusia dapat hidup. Inilah kehebatan kuasa
Allah yang Ia berikan di dalam keterbatasan manusia.
Sidang perkabungan yang saya kasihi
Memang tidak ada seorang manusia pun yang
mengerti pikiran Tuhan, sebab keputusanNya bersangkut-paut dengan
kedaulatanNya. Manusia senantiasa memperhitungkan segala sesuatunya dalam
ukuran pikiran dan akal manusia yang sangat terbatas. Itulah sebabnya dalam
menghadapi peristiwa yang demikian,
manusia biasanya mengeluh, manusia biasanya bersungut-sungut
dan tenggelam dalam kesedihan yang berkepanjangan. Bahkan jika tidak disadarkan dengan cepat, manusia
akan kehilangan akal sehatnya dan pada akhirnya menyalahkan Tuhan. Disinilah
tipu muslihat Iblis bekerja, yaitu membinasakan iman manusia, supaya manusia
dapat menghujat Allah dengan apa yang dialaminya.
Sidang perkabungan yang
saya kasihi
Dengan kata lain, di titik pertama, Paulus
menekankan akan kepenuhan Allah. Apa yang dimaksud dengan kepenuhan Allah?
Kepenuhan Allah berarti Allah itu begitu penuh, limpah, dan kaya dengan segala
macam anugerah-Nya bagi kita. Jika kita mencoba membayangkan makna penuh dan
kaya, kita akan mendapatkan gambaran pengertian yang lebih melimpah. Kaya atau
penuh bukan diukur secara
materi, tetapi secara kualitas.
Ketika air minum di dalam gelas dikatakan
telah penuh, berarti tidak ada satu inci pun di gelas tersebut yang bisa diisi
air. Begitu juga dengan kepenuhan atau kekayaan Allah. Allah yang penuh berarti
tidak ada satu inci pun yang kurang pada diri Allah.
Dengan kata lain, di dalam Dia ada kesempurnaan
yang kepada-Nya kita menaruh iman dan pengharapan. KesempurnaanNya inilah yang diajar-kan Paulus berikutnya di dalam ayatnya yang ke 34, yaitu bahwa
keputusan-keputusan-Nya tak terselidiki dan jalan-jalan-Nya tak terselami.
Allah yang sempurna adalah Allah yang memiliki keputusan dan jalan yang sangat
berbeda dari manusia
Dalam hal inilah, Firman
Tuhan berkata dalam
Yesaya
55:8: “rangcanganKu bukanlah rancangan-mu, dan
jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman Tuhan.”
Maksudnya adalah keputusan dan jalan Allah
selalunya bersifat kekekalan, sedangkan keputusan dan jalan manusia selalu
bersifat kesementaraan. Dalam konteks ini, Paulus ingin mengingatkan kita semua untuk melihat
akan kesempurnaan Allah yang keputusan (penghakiman) dan jalan-Nya sangat luar
biasa dan dahsyat, dan bukan melihat pada kehebatan diri tetapi pada
kesempurnaan Allah. Ketika manusia melihat terus pada kesempurnaan Allah, pada
saat itulah manusia semakin sadar kelemahan dirinya.
Kesadaran akan Allah yang begitu besar dan
kita yang begitu kecil akan memberi dampak yang sangat besar di dalam hidup
kita. Tetapi, di dalam pikiran dunia, hal ini terbalik: Dunia menganggap manusia itu begitu
besar dan Allah itu kecil. “Aku” lah yang menentukan segala sesuatu di
dalam hidup manusia. Bukankah ini merupakan sesuatu yang kontras. Perhatikanlah apa yang terjadi pada Nebukadnezar
saat ia berkata
dalam Daniel 3:15: “Dewa
manakah yang mampu melepaskan kamu dari dalam tanganku”
Tetapi Tuhan
kemudian menyatakan kuasa-Nya dengan menyelamatkan Sadrakh, Mesakh dan
Abednego.
Saudara,
Kita banyak mengerti tentang kebenaran ini
tetapi tidak selalu konsisten dan tidak menjadi nyata dalam kehidupan kita
bahwa Allah itu besar, yang mulia dan manusia harus bergantung dan taat
kepada-Nya. Khususnya di dalam hidup kita muncul perasaan tidak puas akan apa
yang terjadi di dalam hidup kita.
Ketika kita mulai mengeluh/ complain kepada Tuhan,
kita seolah-olah lebih pintar daripada Tuhan. Ketika kita marah kepada Tuhan, maka dibalik itu
kita menyalahkan Tuhan atas segala sesuatu yang kita alami. Seolah-olah jalan
kita lebih bijaksana daripada jalan Tuhan. Tentu kita tidak secara terbuka
menyatakannya, tetapi itulah yang ada dibalik pikiran kita.
Secara manusia mungkin kita mengharapkan Ama dapat sembuh ketika ia sakit, tetapi ternyata
Tuhan punya rencana yang jauh
lebih indah menurut keputusanNya. Secara manusia kita
menilai Allah tidak memperhatikan, tidak mempedulikan bahkan tidak mendengar
doa, tetapi sesungguhnya
dalam kekuasaanNya bila sungguh kita hayati, maka kita akan menyaksikan
kasihNya. Hal yang ingin dikatakan di
sini adalah bahwa kasih Tuhan juga nyata justru melalui penderitaan. Dalam
saat-saat kritis seseorang biasanya begitu dekat dengan Tuhan. Ia meminta,
memohon, bersekutu dengan Tuhan di dalam doa yang ia panjatkan dan bersama
orang-orang yang mendoakannya.
Bapak, ibu, sdr.i yang saya kasihi
Penderitaan dan akhir hidup seseorang
seringkali dipakai
Tuhan untuk mengingatkan ia lebih
mengasihi Tuhan dan mempersiapkan diri untuk menerima kematiannya. Justru
melalui penderitaannya maka seseorang meninggal dalam penyerahan yang penuh. Inilah
kasih Tuhan yang besar sebagai bukti bahwa Ia tidak menghendaki manusia binasa.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Karena itu, di tengah perasaan sedih, susah
dan penuh keharuan sekalipun seharusnya pihak
keluarga dapat
mengucap syukur untuk mama, oma yang sudah Tuhan karuniakan kepada keluarga,
sehingga mama, oma boleh bersekutu dan
mengalami kasihNya selama ini. Keluarga
harus bersyukur sebab Tuhan yang memberi mama, oma yang tercinta, Ia jugalah
yang mengambilnya. Dengan menerima keputusan Allah, manusia akan mengerti
kehendakNya.
Dengan mengerti kehendakNya, manusia akan
kuat dalam menghadapi cobaan dan kesusahan. Karena
itu kita patut mengakui bahwa tidak ada manusia
yang lebih mengerti hidup ini secara benar, selain daripada Allah sendiri. Karena
itu paling tepat kalau keluarga belajar berserah, sebab bila Ia yang memimpin
hidup kita, itulah yang terbaik. Bila manusia dapat menjalani hidup dan
kehidupannya itu adalah semata-mata karena anugerah Tuhan. Manusia hanya akan
mengerti arti hidup sesungguhnya bila ia mau mempersembahkan hidupnya bagi Dia
yang menciptakan hidup ini.
Sidang perkabungan yang
saya kasihi,
Sebagai makhluk yang lemah dan terbatas
janganlah kita melupakan Tuhan, apapun tantangan yang kita hadapi. Justru
melalui berbagai tantangan itulah kita dipanggil senantiasa bergantung
kepada-Nya. Sebab siapakah di antara kita yang dapat hidup dan menjalani
kehidupan ini tampa Tuhan? “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.” (ay.36)
Dengan mengerti bahwa hidup ini berasal
dari Dia dan karena Dia, maka manusia pun harus menjalani hidup ini bersama
Dia. Kalau kita berjalan bersama Dia, apapun yang Dia lakukan bagi kita adalah
baik adanya. Apapun yang Tuhan buat bagi kelurga saat ini baik adanya. Dalam
kekuasaan dan kekayaanNya Ia juga yang akan menghibur, menguatkan dan
memilihara hidup kita. Dalam kekuasaan dan kekayaanNya Dia sendiri akan menjadi
pengganti mama, oma tercinta yang telah dipanggilNya. Dalam kekuasaan dan
kekayaanNya, dalam karya kematian dan kebangkitanNya Ia juga yang akan
membangkitkan kita dari kematian dan mempertemukan kita kembali dengan
kekasih-kekasih hati kita tersebut dalam persekutuan dengan orang-orang percaya.
Dalam persekutuan itu tidak ada lagi ratap tangis, penderitaan dan kematian
selain kehidupan yang kekal.
Karena itu bagi
keluarga yang sedang berdukacita saat ini, mari kita
serahkan kekhawatiran, kesedihan, pergumulan dan seluruh hidup kepada Tuhan.
John Calvin di dalam bukunya yang terkenal Institutes of the Christian Religion mengajar
bahwa manusia baru bisa menyadari akan naturnya yang lemah dan terbatas sampai
dia membandingkan dirinya dengan Allah yang Mahakudus itu. Artinya,
kesempurnaan dan kekudusan Allah mengakibatkan manusia sadar diri dan bertobat,
serta kembali kepada-Nya. Bagaimana dengan kita? Apakah kesempurnaan dan
kekudusan Allah menguduskan kita yang berdosa ini? Ataukah doktrin ini hanya
menjadi doktrin yang memenuhi kepala kita sebagai bahan theologi saja? Biarlah
kita ditegur dan diajar kembali tentang pentingnya kita sadar akan diri kita
yang berdosa, lemah, dll, dan mengarahkan hati dan hidup kita kepada
kesempurnaan dan kekudusan Allah yang mengakibatkan kita memiliki hidup yang
berarti dan berkemenangan.
Hidup yang berarti adalah hidup yang
menempatkan arti itu pada Sang Sumber Pengertian, yaitu Tuhan, di saat itulah
kita menemukan arti hidup. Jangan pernah mencari arti hidup di dalam pengertian
dunia yang berdosa, karena itu sia-sia adanya.
Kiranya
firman Tuhan ini dapat menjadi berkat, penghiburan bagi keluarga yang berduka
agar terus kuat menghadapi dan belajar tunduk akan keputusan Tuhan dan belajar
untuk mengucap syukur sekalipun saya tahu bahwa keluarga kehilangan mama, oma
yang dikasihi tetapi ketahuilah bahwa apa yang Tuhan buat saat ini adalah yang terbaik adanya.
Amin
0 komentar:
Posting Komentar