KASIH ITU MURAH HATI
(1 Korintus 13: 3-4)
Bapak,
ibu, sdr.i yang terkasih
Ilustrasi:
Ada
sepasang suami istri yang lagi berlibur ke Penang, Malaysia. Mereka sangat
kagum melihat transportasi yang tertata rapi di sana. Tidak sulit sama sekali
untuk pergi kemana-mana dengan menggunakan Bus yang biayanya sangat murah.
Singkat
cerita pada suatu kali di malam hari Bus yang mereka naiki penuh sesak. Tapi
sepasang suami istri ini masih sempat memperoleh tempat duduk sebelum Bus
menjadi penuh dengan masuknya banyak penumpang lain.
Diantara
penumpang itu terdapat seorang nenek tua yang jalannya tertatih-tatih. Ia
tampaknya sendirian saja memasuki Bus. Karena penuh ia pun bersiap-siap untuk
berpegangan saja. Kemudian sepasang suami istri ini berdiri dan mempersilahkan
nenek tua ini duduk. Nenek tua ini sangat senang dan berkali-kali mengucapkan
terima kasih. “Jarang
sekali ada yang peduli kepada orang tua seperti saya“
Saudara
tahukah kalau perjalanan dari pasangan ini ternyata masih lumayan jauh. Apalagi
mereka harus menenteng tas ransel berat dan banyak barang bawaan. Otomatis
pasangan ini pastilah akan merasa kelelahan. Namun ternyata mereka tetap merasa
sukacita bukan supaya dikatakan bahwa mereka seperti superhero alias sebagai
pahlawan, atau sok baik, sok hebat. Tidak ada pikiran seperti itu terbersit dalam
benak mereka.
Sebaliknya
yang ada di benak mereka adalah bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah sebagian
kecil dari kewajiban yang sudah seharusnya dilakukan oleh anak-anak Tuhan.
Bapak,
ibu, sdr.i yang terkasih
Hari
ini, kita belajar satu aspek dalam kasih, yaitu murah hati. Untuk mengerti akan
hal ini, mari kita terlebih dahulu mempelajari latar belakang penulisan Surat
Paulus yang pertama kepada Jemaat di Korintus ini. Saudara, surat ini merupakan
salah satu dari ketiga surat yaitu 1 & 2 korintus serta Roma yang menempati
posisi sentral dalam bagian PB. Surat 1 Korintus 13 adalah salah satu perikop
yang paling terkenal dari seluruh kitab suci, karena di dalamnya Rasul Paulus
memberikan suatu penjelasan yang luar biasa mengenai karakter kasih Ilahi.
Paulus
memulai dengan menunjukkan pentingnya kasih, dengan menuliskan bahwa “sekalipun kita
memiliki semua jenis karunia, kemampuan, dan prestasi tetapi jika tidak
memiliki kasih, kita sama sekali tidak berguna” (ay. 1-3).
Mengapa
kasih? Karena kasih adalah hal yang mudah untuk dibicarakan, tetapi sulit untuk
dipraktekkan. Kasih seringkali banyak digembar-gemborkan orang, namun dalam realitasnya
begitu banyak manusia-manusia justru hidup dalam keegoisan.
Minggu-minggu
sebelumnya, kita diajar, bagaimana aspek kasih itu harus mengandung unsur
kesabaran. Dan hari ini sebagaimana tema kita, kasih itu harus juga mengandung
unsur murah hati.
Mari
kita perhatikan kembali ayat 4, yang mengatakan: “kasih itu sabar dan murah hati”,
atau, dalam rumusan terjemahan yang lebih tradisional, “kasih itu panjang sabar dan bermurah hati”.
Bapak,
ibu, sdr. I yang terkasih
Murah
hati dalam Bahasa Yunani yaitu Eleemon artinya “bermurah hati”, orang yang
bertindak menyatakan keluar sikap murah hati, orang yang selalu aktif melakukan
kebaikan kepada orang lain. Dari kata ini terkandung tiga pengertian:
(1)
Simpati (sun =
bersama; paskhein = mengalami, menderita), artinya kesediaan untuk berbagi
rasa bersama orang lain yang tengah menanggung penderitaan dan kesusahan (bnd.
Roma 12:15).
(2)
Empati, kesediaan untuk menempatkan diri pada posisi
orang lain; sebelum bicara atau bertindak terhadap orang lain, tanyakan dulu
pada diri sendiri kalau saya jadi orang lain itu, bagaimana (bnd. Lukas 6:31).
(3)
Pengampunan, kesediaan untuk menerima dan memaafkan
tindakan orang lain yang menyakiti dan memulai lagi dalam sebuah relasi yang
baru tanpa dibayangi luka batin. Menutup lembaran lama, membuka lembaran baru.
Sedangkan
menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah suka (mudah) memberi, tidak pelit;
penyayang dan pengasih: suka menolong; baik hati; sifat kasih dan sayang;
kedermawanan.
Karena
itu bapak/ Ibu yang kekasih
Murah
hati selalu berkaitan dengan sikap memberi; memberi waktu, tenaga, materi,
hati, dsb. Tapi tidak semua sikap memberi berangkat dari kemurahan hati. Karena
dibalik sebuah pemberian bisa terkandung banyak motifasi.
Orang
yang murah hati tidak kasar, tidak keras, tidak kejam. Melainkan mereka
memiliki hati yang dermawan. Ia tidak pelit saudara, melainkan dengan rela hati
ia akan menolong sesamanya. Dalam Galatia 6:2 Firman Tuhan mengajarkan kepada kita: “Bertolong-tolonglah
menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” Dalam kaitannya dengan seorang yang murah hati
Saudara, mereka akan peka dan lembut terhadap orang lain sehingga dengan tulus
hati ia siap untuk menolong yang lain. Orang yang murah hati biasanya diwarnai
dengan perilakunya yang penyayang dan pengasih.
Sifat
itulah yang “menggerakan“
hatinya untuk memberi sebagai wujud kasihnya kepada sesama. Ketika
seseorang menjadi murah hati, maka disadari atau tidak, sesungguhnya ada
kesadaran dari dalam hatinya bahwa masih ada orang lain yang tidak seberuntung
dirinya walaupun mungkin dirinya sendiri tidaklah penuh harta atau kekayaan.
Sekaligus hal tersebut menjadi pertanda orang tersebut menghargai sesamanya
sebagai pihak yang layak untuk menerima kemurahan hati darinya. Inilah wujud
belas kasihan yang terpancar dari kemurahan hati.
Kata
kemurahan hati juga menunjukkan bahwa kemurahan tidaklah pernah tergantung dari
berapa jumlah harta yang kita miliki. Ketika kemurahan mewarnai sikap hati
kita, kita akan rela memberi dengan sukacita tanpa peduli apapun keadaan kita
saat ini.
Bapak,
ibu, sdr.i yang terkasih
Yesus
Kristus mengajarkan kepada kita bahwa hendaklah umat kristiani senantiasa bermurah
hati karena Allah adalah murah hati (Lukas 6:36).
Bapak,
ibu, sdr.i yang terkasih
Dalam
Lukas 10:25-37 ketika ahli Taurat mencobai Yesus bertanya tentang siapakah
sesamaku. Lalu Yesus mengambil perumpamaan tentang orang Samaria yang murah
hati. Ada seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia lalu dirampok bahkan
dipukul setelah itu mereka meninggalkannya setengah mati. Kemudian lewat seorang
Imam tapi hanya melihat, kemudian datang seorang Lewi itupun hanya melihat tanpa
melakukan pertolongan dan lewatlah seorang Samaria ketika dia melihat orang
yang terluka itu dia bermurah hati menolong orang tersebut.
Singkat
cerita dia membawa orang tersebut yang terluka itu ke tempat penginapan lalu keesokkan
harinya karena dia ingin melanjutkan perjalanan dia menyerahkan dua dinar
kepada pemilik penginapan dan berpesan bahwa jika ada yang kau belanjakan lebih
dari itu aku akan mengembalikannya ketika aku kembali.
Pertanyaannya
ada hubungan apakah orang yang terluka dan orang yang berbaik hati mau menolong
sama sekali tidak ada hubungan keluarga, atau kenalan, sahabat atau kerabat
tetapi karena orang itu mau menolong, peduli terhadap sesamanya sehingga diapun
mau melakukan semua itu tampa terpaksa atau hitung-hitungan.
Bapak,
ibu, sdr.i
Mungkin
jaman sekarang sulit untuk kita mendapatkan orang yang mau bermurah hatinya
kepada sesamanya. Yang ada orang itu bermurah hati dengan motifasi supaya dia
dipuji.
Namun
coba perhatikan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam ucapan bahagia
(Matius 5:7) Tuhan Yesus berkata: “berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka
akan beroleh kemurahan.” Ini merupakan implikasi dari seseorang yang
punya kemurahan hati. Dimana ia akan selalu diberikan kebahagiaan karena ada
janji berkat yang Allah sediakan bagi seseorang yang memiliki kemurahan hati, dimana
Allah akan memberikan kemurahanNya pada saat penghakiman nanti.
Karena
itu, apa yang telah kita terima sebagai pemberian dari Allah tak seharusnya
membuat kita menjadi egois, anti sosial, ataupun menikmatinya untuk kepentingan
diri sendiri. Yang Allah kehendaki adalah kita mau hidup berbagi secara
sukarela bukan oleh karena “dipaksa“ akan tetapi melakukan dengan rela hati.
Karena
itu Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Kemurahan
hati merupakan salah satu sikap yang seharusnya memenuhi kehidupan orang-orang
percaya tanpa terkecuali dan tanpa terkait dengan situasi atau kondisi apapun.
Tetapi kemurahan hati tidak sama dengan bersikap murahan. Melainkan kemurahan
hati adalah kualitas hidup anak-anak Tuhan.
Namun
yang mesti kita ketahui adalah, kemurahan hati itu tidak selalu harus berbentuk
materi atau benda, tapi kemurahan hati juga bisa diwujudkan dalam hal-hal kecil
yang kita lakukan sebagai perwujudan kasih kepada orang lain. Satu misal,
perhatian kita, kepedulian kita terhadap kebutuhan sesama kita, dll.
Disini
jelas bahwa murah hati merupakan bagian dari perwujudan kasih yang bisa nyata
dirasakan oleh orang lain, dan merupakan salah satu hal yang bisa menunjukkan
sejauh mana kita mengaplikasikan kasih Surgawi dan memuliakan Bapa di dalam
segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan kita.
Bapak,
ibu, sdr.i yang terkasih
Ada sebuah cuplikan yang
merupakan Kisah nyata dari penarik becak tua ini bisa menjadi pelajaran bagi
kita semua. Keikhlasan hati membantu orang lain tidak hanya bisa didapat saat
kita sudah bergelimang harta. Bahkan dalam keadaan miskin sekalipun, kita bisa
berbagi dan membantu orang yang lebih
membutuhkan.
Dengan
demikian bapak, ibu
Mengapa
kita mesti memiliki kemurahan hati? Karena pada dasarnya Allah kita adalah
Allah yang murah hati. Kemurahan hati Allah tidak dipengaruhi oleh kondisi dan
situasi. Maksudnya meskipun umatNya tidak setia namun Allah tetap setia. Kesetiaan
Allah tidak dikondisikan pada umat yang setia atau tidak setia. Kesetiaan Allah
yang murah hati lahir dari hakekat Allah yang memang setia. Tuhan Yesus memuji
orang yang murah hati. “Berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan
beroleh kemurahan” (Matius 5:7). Tuhan sendiri murah hati terhadap
kita umatNya (Matius 20:15). Maka Tuhan Yesus berharap: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Lukas
6:36). Kasih dan kemurahan hati adalah satu.
Dengan
demikian, kita yang telah menjadi anak-anakNya hendaknya kita pun mampu
mencerminkan kemurahan hati kita dalam berbagai aspek kehidupan kita. Ini bukan
satu pilihan dalam kehidupan kita. Akan tetapi ini menjadi bagian terpenting
dalam unsur kasih yang telah kita terima dari Bapa.
Pertanyaannya yang penting bagi kita, maukah kita dipakai Allah untuk selalu bermurah hati dalam kehidupan kita? jika iya, dimulailah dari sekarang. Mulailah kita nyatakan dalam kehidupan keluarga kita, mulailah dari gereja kita. Amin.
Pertanyaannya yang penting bagi kita, maukah kita dipakai Allah untuk selalu bermurah hati dalam kehidupan kita? jika iya, dimulailah dari sekarang. Mulailah kita nyatakan dalam kehidupan keluarga kita, mulailah dari gereja kita. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar