TEGAR DI MASA SUKAR
(1 Raja-raja 19:1-18)
Kaum muda yang terkasih
Menjadi tegar di masa-masa
yang sukar memanglah tidak gampang. Terlebih ketika seseorang dituntut harus tetap
bersikap tenang, tidak takut dan tetap tegar menghadapi badai pencobaan. Tidak
ada manusia yang ingin hidup dalam kesukaran, karena kesukaran tidaklah
menyenangkan. Selama manusia masih diberi nafas hidup maka kesukaran akan terus
ada.
Memang saudara kehidupan
yang sedang kita jalani tidak selamanya dapat berjalan mulus tanpa hambatan.
Ada kalanya masalah demi masalah datang silih berganti mengisi kehidupan kita.
Kapan saja, dan kepada siapa saja.
Lagi pula Tuhan tidak
pernah menjanjikan anak-anak Tuhan akan terbebas dari masalah dan pergumulan
hidup. Tetapi yang dijanjikanNya adalah bahwa Ia akan menyertai kehidupan kita
dalam situasi apa pun selama mereka berharap kepadaNya. Dalam Mazmur 130:7
firman Tuhan berkata: “Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel! Sebab pada Tuhan
ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan.”
Hari ini kita akan belajar
satu tokoh yang bernama Elia. Saudara, Nabi Elia adalah nabi yang termasyur di
Israel, Kerajaan Utara, sekitar tahun 875-850 SM. Nabi Elia adalah salah satu
nabi yang dipakai Tuhan secara luar biasa untuk melakukan mujizat-mujizat
Tuhan. Kisah Elia sebelum diperintahkan Allah ke gunung Horeb adalah Elia berada
di gunung Karmel.
Di zamannya bangsa Israel
dipimpin oleh raja Ahab. Isterinya bernama Izebel. Seperti namanya Izebel, isteri
Ahab ini digambarkan sebagai wanita yang suka mendominasi pria. Jadi saudara
Ahab termasuk dalam kategori STI (Suami-suami Takut Isteri). Sampai-sampai urusan kerajaan pun Izebel selalu
ikut campur untuk memutuskan perkara.
Pada saat itu Nabi Elia
menantang 400 nabi baal untuk mempersem-bahkan korban-korban kepada para allahnya.
Elia membuat suatu perhitungan Allah siapa yang bisa mendatangkan api dan
membakar korban bakaran mereka, maka Dialah Allah yang sesungguhnya. Maka
keputusan itu pun disepakati mereka.
Saudara, saat para nabi
baal itu mengadakan korban persembahan, mereka tidak bisa mendatangkan api.
Elia tampil ke depan serta mengejek mereka sambal berkata: “Panggilah lebih keras, bukankah dia allah?
Mungkin ada urusannya, mungkin ia berpergian, barangkali ia tidur dan belum
terjaga” (1 Raja 18:27). Dan ternyata korban persembahan mereka
tidak kunjung terbakar.
Kisah ini diakhiri dengan kemenangan Elia.
Elia memerintahkan rakyat untuk menangkap para nabi baal itu, membawanya ke
sungai Kison dan menyembelih mereka disana (1 Raja 18:40).
Namun sunguh Ironis
saudara, seorang Nabi yang dikenal luar biasa, yang melakukan mujizat yang luar
biasa, karena berdoa dan mendatangkan api, menyembelih 400 Nabi baal, dan
menurunkan hujan. Hari itu ia mengalami ketakutan yang luar biasa oleh karena
Izebel.
Hal itu terjadi ketika
Ahab memberitahukan kepada Izebel segala hal yang dilakukan oleh Elia (ay 1-2).
Dan Izebel mulai bereaksi dengan menyuruh seorang utusan untuk mengancam nabi Elia.
Kita melihat saudara, Izebel yang memiliki latar belakang agama kafir, saat ia
mendengar 400 nabi baalnya dibunuh Elia, hal itu tidak menjadikannya putus asa.
Tetapi justru yang dilakukannya adalah ia menjadi makin berkobar-kobar untuk
menantang Elia. Sebab pikirnya hanya dengan mengutus seorang suruhan untuk
menyampaikan pesan kepada Elia, itu sudah cukup membuat Elia menjadi gemetar.
Dan betul saudara, saat
nabi Elia menerima pesan itu, seketika itu juga ia menjadi takut dan putus asa.
Pengharapannya tentang hidup seolah-olah berada pada titik nol. Elia memang
tahu siapa Izebel. Ia seorang yang tidak pernah menyerah untuk mendapatkan keinginannya.
Namun walaupun demikian,
rupanya Elia tidak belajar dari pengalamannya, selama 3 1/2 tahun bahwa ia selalu
dilindungi oleh Tuhan. Lagi pula, kesalahan Elia di sini adalah rupanya ia
tidak minta petunjuk Tuhan saat masalah datang menimpanya. Baik pada waktu ia
masih berada di Yizreel maupun saat dia berada di Bersyeba. Ia juga
meninggalkan pelayanan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya tanpa permisi
kepada Tuhan. Ini seperti seorang pembantu yang lalu pergi begitu saja meninggalkan
pekerjaannya, tanpa permisi kepada majikannya.
Karenanya tidak heran
saudara, jika Elia mengalami depresi tingkat tinggi. Ia merasa gagal dalam
pelayanannya, dikarenakan ia mengira semua yang ia kerjakan adalah usahanya
sendiri. (ayat 10, 14). Dan ia lupa
semua itu dapat dikerjakannya karena ada campur tangan Tuhan yang selalu
menopang dan menyertainya. Allah memang tidak memanggil Elia untuk menjadi
seorang yang sukses, tetapi Allah memanggilnya untuk menjadi orang yang setia
kepadaNya.
Kaum muda yang kekasih dalam
Tuhan,
Perhatikan bahwa dosa
selalu memutar balik kenyataan. Inilah tugas Iblis yang selalu berusaha dengan
keras untuk memanipulasi kehidupan. Dan dalam hal ini, Elia terperangkap dalam
dosa mengasihani diri sendiri.
Karena dosa, dimana Elia meninggalkan
tempat pelayanan tanpa bertanya kepada Tuhan. Inilah pelajaran berharga bagi
kita. Perhatikan saudara, kalau ada orang yang tadinya melayani dengan giatnya lalu
tiba-tiba ia berhenti dari pelayanan bisa jadi ia sedang mengalami kejatuhan
rohani/ depresi. Dan itu harus segera dipulihkan. Sebab jika tidak, Iblis akan
menelannya dan ia akan sulit untuk kembali bangkit.
Hal berikutnya yang
mendukung keadaan Elia untuk menjadi depresi adalah karena pelariannya yang
cukup jauh. Bayangkan saudara, ia harus lari meninggalkan Yizreel menuju
Bersyeba. Jarak Yizreel ke Beryeba yaitu sekitar 95 mil/ + 150 km, dan
masih ditambah lagi sehari perjalanan ke padang gurun (ay 4a). Makanya tidak
heran jika ia mengalami kelelahan yang luar biasa, ditambah lagi ia mengalami
kelaparan.
Perhatikan dalam kondisi
demikian, karenanya tidak heran jika Elia depresi dan memilih lebih baik mati.
Ia berkata: “Cukuplah
itu! Sekarang ya Tuhan, ambillah nyawaku sebab aku ini tidak lebih baik dari
pada nenek moyangku” (ayat 4).
Namun walaupun begitu
Tuhan Allah tidak pernah diam melihat umatNya yang mengalami pergumulan. Dalam
kelelahannya, Tuhan mengirimkan seorang malaikat untuk memelihara Elia dengan
memberinya sepotong roti bakar dan air dalam kendi (Ayat 5-7).
Saya tidak bisa membayangkan
roti yang seperti apa hingga mampu memberi Elia kekuatan untuk berjalan empat
puluh hari empat puluh malam hingga sampai di gunung Allah, yakni gunung Horeb
(ayat 8). Yang jelas hal ini membuktikan kepada kita bahwa disaat-saat yang
sesulit apapun juga Tuhan punya cara untuk untuk memelihara umat kesayanganNya.
Kaum muda yang saya kasihi
dalam Tuhan, yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah, Mengapa
Tuhan membiarkan Elia jatuh seperti ini?
Jawabannya adalah karena
Allah ingin mengajar Elia bahwa keberhasilannya bukan karena usaha dia sendiri,
seperti yang diungkapkannya dalam ayat 10, 14. Sebaliknya Allah justru mau
mengingatkan kepada Elia, bahwa sehebat apapun manusia jika tidak ditolong oleh Tuhan akan hancur.
Karena itu selalulah
bersandar kepada Tuhan! Allah memang menginginkan Elia tetap sadar akan
kelemahannya dan tidak menjadi sombong. Dan melalui kejadian ini, Allah mau
supaya Elia dapat bertobat dari kesombongannya.
Dan melalui kejadian itu,
Tuhan kembali ingin memulihkan panggilan Elia. Dua kali Tuhan berbicara secara
langsung kepada Elia tentang: “Apakah kerjamu disini, hai Elia?” (9, 13).
Saudara, pertanyaan ini lembut
tetapi tetap merupakan teguran yang sangat keras. Pertanyaan ini mau menegaskan
kepada Elia bahwa panggilan Tuhan adalah lebih berguna daripada keinginan Elia.
Karena itu Allah mau untuk
mengoreksi kembali panggilan Elia (ay 15-18). Dalam ayat 15 Allah berkata: “Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui
padan gurun ke Damsyik…”
Hal ini penting untuk kita
sadari, bahwa satu-satunya jalan ketika kita kehilangan pengharapan, adalah
kembali kepada jalan Tuhan.
Seringkali manusia saat ia
kehilangan pengharapan, ia melarikan diri kepada hal-hal yang menurutnya bisa
menghilangkan depresinya. Ke diskotik, kafe-kafe, kepada hobbynya. Saudara hal
itu bukanlah solusi yang tepat. Sebab hal-hal itu hanya menjanjikan ketenangan
sementara. Sebaliknya kembali kepada jalan Tuhan, akan memberikan kita kekuatan
untuk kembali memulai kehidupan.
Dan itulah yang juga dilakukan
oleh Elia dimana ia kembali taat kepada perintah Tuhan dan ia kembali melakukan
pelayanan (ay 19-21).
Biarlah seluruh pelajaran
ini bisa menolong saudara untuk dapat tegar dimasa sukar. Mungkin saat ini kita
merasa lelah dan tidak lagi bersemangat dalam melayani Tuhan, "Aku mau
mundur saja dari pelayanan ini. Percuma, sudah berkorban banyak tapi tidak
mendapat apa-apa" Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah
meninggalkan kita! Jangan menyerah pada keadaan, tetapi kuatkan
hati, "...karena
besar upah yang menantinya," (Ibrani 10:35).
Dan tetaplah melekat
kepada Tuhan dan jangan pernah merasa sendiri, sebab ada Roh Kudus yang
senantiasa menyertai kita. Hal ini membuktikan bahwa Tuhan sangat peduli
dan memperhatikan hidup kita, bahkan "...rambut kepalamu pun terhitung
semuanya." (Lukas 12:7a). Jaminan penyertaan Tuhan
tidak hanya sampai di situ, Dia juga telah menyediakan tempat bagi kita kelak
yaitu di dalam Kerajaan Sorga. Saudara tidak sendirian!. Amin
0 komentar:
Posting Komentar