Hal
apa yang biasanya, bisa membuat kita untuk mudah percaya? Umumnya saudara, seseorang
mudah untuk percaya, adalah:
- Ketika mendengar berita yang sesuai
dengan fakta.
- Ketika berita itu terbukti sebagai
suatu kebenaran.
- Ketika berita itu masuk dalam
logika kita.
Saudara,
Bagi
sebagian orang mungkin sikap ini adalah hal yang wajar dan manusiawi. Kita pastinya
membutuhkan nalar untuk mempertimbangkan sebuah informasi yang kita dapatkan
apakah suatu kebenaran atau tidak, agar tidak terjebak dalam hasutan orang. Namun
bagi sebagian yang lain, sikap yang demikian, merupakan cerminan dari seseorang
yang hidupnya pesimistis.
Saudara,
Pagi
hari ini kita belajar dari pengalaman seorang Tomas yang disebut juga disebut Didimus
(ayat 24). Tokoh ini sangat terkenal karena sikapnya yang tidak percaya sebelum
melihat bukti.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Siapakah
Tomas? Tomas adalah salah satu dari murid Tuhan Yesus. Nama Tomas selalu
disebut berdam-pingan dengan nama Matius sipemungut cukai (Matius 10:3, Lukas
6:15). Sesekali nama Tomas juga disandingkan dengan Filipus (Kisah 1:13).
Sama
seperti sebagian besar orang yang hidup pada masa itu, Tomas memiliki dua nama:
“Tomas” dalam
bahasa Aram, dan “Didimus” dalam bahasa Yunani. Kedua nama itu memiliki arti
yang sama yaitu berarti “anak kembar.” Namun saudara, kita tidak mendapatkan
informasi apa-apa tentang identitas saudara kembarnya. Karena memang Alkitab
tidak mencatat identitas saudara kembar dari Tomas.
Dalam
Injil Sinoptik kita melihat, nama Tomas tidak diceritakan secara mendetail.
Injil Matius, Markus dan Lukas hanya mencatat nama Tomas secara sepintas dan
tanpa komentar yang banyak, yaitu saat Tuhan Yesus memilih kedua belas
murid-muridNya. Hanya dalam Injil Yohanes kita mendapatkan catatan lebih
tentang "peranan"
Tomas saat bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Sidang
jemaat yang kekasih,
Semenjak
pemilihan Tuhan Yesus atas murid-muridNya, Tomas pun menjalani hari-hari
bersama dengan Guru besarnya dalam setiap aktifitas mereka. Tomas yang memiliki
karakteristik sebagai seorang pesimis, seorang yang selalu negative thinking terhadap
peristiwa dalam hidupnya, membawa dia pada pengalaman-pengalaman berbeda dengan
murid-murid yang lain.
Misalnya
dalam Yohanes 11, Saat Tuhan Yesus mendengar berita bahwa orang yang dikasihi,
yang bernama Lazarus mengalami sakit keras. Tuhan Yesus berniat untuk pergi ke
Yudea dan mengunjungi Lazarus. Namun, murid-muridNya memperingatkan Dia bahwa
baru-baru ini orang-orang Yahudi berusaha melempari Yesus dengan batu! (Yohanes
11:8). Mereka berpikir saudara, bahwa dengan kedatangan mereka ke Yudea pastinya
akan mengundang sebuah resiko yang sangat besar. Karenanya lebih baik mereka
menetap di seberang sungai Yordan, ditempat Yohanes pembaptis tinggal (Yohanes
10:40). Namun karena Tuhan Yesus tetap berkeras untuk mengunjungi Lazarus,
akhirnya Tomas berespon dengan nada yang sinis. Tomas berkata: “Marilah kita
pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.” (Yohanes 11:16).
Kita
melihat saudara, dalam beberapa situasi, Tomas selalu menunjukkan sikapnya yang
sinis. Orang yang sinis adalah orang yang selalu memandang segala sesuatu dalam
kacamata yang negatif. Ia tidak pernah memikirkan apa yang baik dari lingkungan
sekitarnya.
Demikian
pula dalam kisah yang dicatat dalam Yohanes 14, saat Tuhan Yesus menjelaskan
rencana kepergiaan-Nya yang tidak lama lagi, Tomas mengakui keketidak-tahuannya
akan perkataan Tuhan. Ia berkata: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi;
jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" (Yohanes 14:5)
Rasanya
saudara, waktu bersama Tuhan Yesus yang kurang lebih 2-3 tahun, ternyata tidak
cukup untuk membentuk pola pikir Tomas yang pesimistis dan rasionalis ini
menjadi lebih baik.
Nyatanya,
Tomas bukan orang yang kurang cerdas jika dibandingkan dengan murid-murid Tuhan
Yesus yang lain. Karena itu ia disamakan dengan orang-orang yang menyatakan
bahwa mereka memiliki kecakapan atau kecerdasan yang ulung, karena mereka
cenderung menyangsikan apa yang dipercayai orang-orang lain. Hal ini
menjelaskan kepada kita saudara, bahwa orang yang cenderung mengutamakan logika,
orang yang cenderung mengagungkan akal manusia lebih penting dibandingkan
dengan iman, akan sulit untuk memahami hal-hal yang rohani dalam hidupnya.
Dari
sini kita melihat saudara, pengalaman Tomas sebagai seorang yang sinis, memang sangat
menyulitkan dia untuk melihat hal-hal rohani yang dijelaskan Gurunya kepadanya.
Hingga
sampai pada peristiwa kematian Tuhan Yesus. Tampak Tomas sendirian menjalani
kesedihan karena penderitaan penyaliban Tuhan Yesus. Ia lebih memilih untuk memisahkan
diri dari persekutuan dengan murid-murid Tuhan Yesus yang lain. Tomas juga
mungkin memandang komunitasnya - komunitas murid-murid Yesus, sebagai perkumpulan
orang-orang yang putus asa dan tanpa harapan.
Karenanya
sepeninggal Tuhan Yesus, ia mungkin berpikir, “Untuk apa aku kumpul-kumpul lagi dengan
orang-orang tak berpengharapan ini! Kami sudah kehilangan pemimpin; Harapan itu
sudah tidak ada lagi. Tuhan Yesus sudah mati. Jadi, untuk apa lagi bersama-sama?”
Saudara,
mungkin itulah alasannya mengapa Tomas tidak hadir diantara kelompok
murid-murid, saat Tuhan Yesus pertama kali menampakkan diri kepada
murid-muridNya. Jadi Tomas lebih memilih menarik diri dari persekutuan. Padahal
saudara, membolosnya
Tomas dari persekutuan ini menyebabkan Tomas tidak menerima berkat dan sukacita
yang diterima oleh murid-murid lain, karena penampakan Tuhan Yesus yang membawa
damai! Karena sikap hati yang kecewa yang dialami Tomas,
karena pikirannya sendiri yang dia andalkan, cenderung membawa dia untuk mengundurkan
diri dari persekutuan.
Sidang
jemaat yang kekasih,
Bukankah
hal yang sama juga kita temukan pada orang-orang Kristen masa kini yang kecewa
akan hidup? Karena mereka merasa kecewa akan hidup, kecewa dengan perkumpulan
dengan orang-orang disekitarnya, kecewa dengan majelisnya, kecewa dengan hamba
Tuhannya, memaksa mereka undur dari kebaktian?
Kejadian
yang dialami Tomas adalah peringatan yang baik untuk kita semua untuk tidak
melewatkan pertemuan ibadah pada Hari Tuhan (Ibrani 10:22-25). Saudara kita tidak akan
pernah tahu berapa banyak sukacita dan berkat Tuhan yang gagal kita terima saat
kita membolos dari Kebaktian! Gereja memang tidak pernah memberikan
sangsi terhadap mereka yang suka membolos. Tetapi jika kita anggap berkat Tuhan
lebih penting dari usaha kita, karena itu jangan membolos!
Bapak/
ibu yang kekasih,
Kembali
pada topic tentang Tomas saudara. Sebagai tipe orang yang logis, pastinya Tomas
tidak gampang terpengaruh oleh cerita mistis. Oleh karena itu saat mendengar
kisah kebangkitan Tuhan Yesus yang diceritakan sahabat-sahabatnya, Tomas tidak
langsung percaya, sebab baginya Sang Guru besar telah wafat.
Saya
percaya saudara,
Sahabat-sahabat
Tomas pastinya juga merasa jengkel saat melihat respon Tomas yang negative
terhadap berita kebangkitan itu. Susah payah mereka meyakinkan Tomas akan
kebangkitan Tuhan Yesus, namun rupanya disambut dingin oleh Tomas. Berita
kebangkitan yang seharusnya menjadi berita sukacita karena memberikan mereka
harapan yang pasti, pada akhirnya diterima Tomas sebatas sebuah lelucon.
Perhatikan
saudara, bagaimana sikap Tomas yang dingin, itu berkata: “Sebelum aku melihat bekas paku pada
tanganNya dan sebelum aku mencucukan jariku ke dalam bekas paku itu dan
mencucukan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya”
(Yohanes 20:25).
Bayangkan
saudara seandainya kita dipihak murid-murid, kemudian kita melihat respon Tomas
yang demikian. Kita sudah semangat-semangat menyampaikan kabar gembira, berharap
Tomas dapat gembira mendengarnya, ee.. ternyata ia tetap dingin. Tetap jaim.
Kesel tidak saudara? Pasti kesel bukan? Kalau bisa kita ketok kepalanya, pasti
kita akan menjitaknya bukan?
Bisa
dibayangkan saudara, jika kita menghadapi orang yang seperti ini. Ketika kita
mendapati seorang rekan yang naik pangkat, kemudian kita mengucapkan selamat
atas keberhasil-annya. Kita berkata: “Wah, selamat ya pak, sekarang sudah naik
pangkat!” kemudian dia menjawab kita: “Selamat
apa? Dikiranya naik pangkat itu enak? Malah tambah pusing tahu!” Perhatikan
saudara, Tomas adalah tipe yang seperti itu. Bawaannya curiga melulu. Karenanya
tidak heran jika Tomas, tidak mudah untuk percaya.
Disatu
sisi, ia memang tidak mau hanya ikut-ikutan menjadi percaya. Karenanya ia
membutuhkan bukti, bukan janji. Tomas membutuhkan bukti fisik dari kebangkitan Tuhan
Yesus sebelum dia mengaku percaya. Dalam hal ini Tomas mengedepankan sikapnya
yang lebih realistik dan rasional terhadap masalah kebangkitan Kristus.
Karenanya dia tidak mau terlalu tergesa-gesa menunjukkan sikap percaya terhadap
berita yang berkembang sekitar peristiwa kebangkitan Kristus.
Dari
sini, kita melihat saudara, kita pasti menghargai sikap Tomas yang menginginkan
pengalaman pribadi; tetapi disisi yang lain, kita harus menyalahkannya karena
mengajukan syarat yang harus dipenuhi Tuhan.
Bukankah
kita juga seringkali tidak mau percaya dan berkeras hati agar Allah membuktikan
diriNya kepada kita? Kita mengajukan sebuah persyaratan agar Tuhan membuktikan
kuasaNya, dan kita mau percaya kepadaNya. Pertanyaannya, siapakah kita di mata
Tuhan? Layakkah kita mengajukan persyaratan pada Tuhan yang menciptakan langit
dan bumi? Saudara, terkadang kita tidak sadar memperlakukan Tuhan seperti
layaknya kita memperlakukan manusia. Kita menganggap Tuhan sama derajatnya
dengan kita, karenanya kita mengajukan sebuah persyaratan. Seharusnya kita
tetap mengingat kita adalah ciptaanNya, sebagai ciptaan tidak ada hak pada kita
untuk menuntun sebuah peryaratan pada Tuhan.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Tomas
ingin tetap bersikap kritis rasional agar dia bisa membedakan secara pasti
apakah berita tentang kebangkitan Kristus suatu fakta yang dapat diperiksa
secara inderawi, ataukah berita kebangkitan Kristus sebenarnya hanyalah sebuah ilusi
atau halusinasi dari sahabat-sahabatnya yang saat itu sedang ketakutan terhadap
tekanan para pemimpin agama Yahudi.
Padahal
saudara, peristiwa kebangkitan dari kematian bukan peristiwa spektakuler yang
pertama kali dilihat Tomas. Kemungkinan besar Tomas sendiri sudah tiga kali melihat
fakta bahwa Tuhan Yesus membangkitkan orang mati, yaitu: terhadap anak kepala rumah ibadat (Matius
9:18-26), Terhadap anak muda di Nain (Lukas 7:11-17), dan yang terakhir
terhadap Lazarus (Yoh 11:1-44).
Namun
karena Tomas, lebih mengedepankan logika, menyebabkan pintu hatinya tertutup
dari kuasa TUHAN yang sedang bekerja. Pikiran Tomas hanya dipenuhi
pikiran-pikiran manusia yang terbatas. Ia lupa bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan
yang berkuasa, yang tidak dapat dibatasi oleh pikiran manusia. Oleh karena
itulah ia tetap memerlukan sebuah bukti.
Pertanyaannya
bagi kita? Mengapa Tuhan Yesus memilih seorang Tomas yang sulit dan
menjengkelkan dalam sebuah tim? Bukankah ini justru akan menjadi sebuah
boomerang? Jujur saudara, seringkali kita menjadi tidak sabaran ketika
menghadapi orang-orang seperti Tomas. Kita mudah putus asa jika berhadapan
dengan orang-orang seperti Tomas. Karenanya kita lebih memilih mengindari
orang-orang yang demikian.
Saudara,
disinilah bedanya Tuhan Yesus dengan kita. Kita melihat, semua tipe orang diterima
oleh Tuhan Yesus. Semua orang diberikan kesempatan untuk menjadi
murid-muridNya. Termasuk Yudas, si pengkhianat. Termasuk juga Petrus si
pengecut. Tuhan Yesus adalah gembala yang baik. Kalau pun ada domba-domba yang
nakal, domba-domba yang kurang ajar, tetap saja mereka diperlakukan Tuhan Yesus
sebagai domba yang perlu digembalakan!
Bapak/
ibu yang kekasih,
Dibutuhkan
waktu delapan hari, bagi Tomas untuk menggumuli peristiwa kebangkitan Tuhan
Yesus. Kita percaya waktu itu dipakai Tuhan untuk meruntuhkan pikiran logis dari
seorang Tomas.
Walaupun
demikian, Tuhan Yesus tetap mengasihi Tomas. Ia memberikan kesempatan khusus
kepada Tomas untuk dapat melihat Tuhan Yesus yang telah bangkit, dengan lubang
paku di tangan dan bekas tusukan di lambungNya.
Nyatanya
benar saudara, delapan hari kemudian, Tuhan Yesus datang kembali kepada
murid-muridNya. Murid-murid
yang melimpah dengan sukacita akan kebangkitan Tuhan Yesus. Bahkan murid-murid
yang lain pun tidak membuat mengucilkan Tomas yang sempat undur diri. Hal ini
terbukti di hari yang kedelapan Tomas hadir dalam perkumpulan mereka.
Kejadiannya
mirip dengan situasi di minggu yang lalu. Saat murid-murid tengah berkumpul di
rumah yang sama. Mereka mengunci seluruh pintu-pintu karena mereka takut
terhadap orang-orang Yahudi. Tiba-tiba Tuhan Yesus datang dan berdiri
ditengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” (Yohanes 20:26).
Saudara,
Alkitab mengatakan bahwa Tuhan Yesus sengaja ingin menemui Tomas, untuk menunjukkan
tangan dan lambungNya yang berlubang kepada Tomas. Dengan satu harapan, Tomas
dapat percaya pada kuasa Tuhan. Hal ini berarti Tomas mendapatkan keistime-waan
dibandingkan dengan murid-murid yang lain. Hingga Tuhan Yesus memberikan perlakuan
khusus kepada Tomas, agar ia tidak ragu lagi bahwa Yesus benar-benar bangkit
dari kematian (ay. 27).
Rupanya
saudara, Tuhan Yesus telah mendengar tuntutan Tomas, dan Dia mengajaknya untuk
melakukan apa yang dituntut. Dia tidak berkeberatan dengan tuntutan Tomas yang
begitu keterlaluan dan kurang wajar. Tuhan Yesus tetap bersedia membuktikan
diriNya kepada seseorang yang tidak mudah diyakinkan.
Namun
hal ini bukan berarti menjadi sebuah pelajaran bahwa kita bisa menuntut Tuhan
saat kita membutuhkan bukti?
Dengan
lemah lembut namun pasti, Tuhan Yesuspun mengajukkan persyaratan kepada Tomas: “Jangan engkau
tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”
(Yohanes 20:27). Perkataan Tuhan Yesus ini dapat diterjemahkan secara
harfiah “berhentilah
dari ketidak-percayaanmu dan jadilah orang percaya. Janganlah engkau terus
mengandalkan logikamu, melainkan pakailah iman yang telah dianugerah Tuhan
kepadamu”
Dengan
demikian saudara, inilah teguran kasih yang diberikan Tuhan Yesus kepada mereka
yang tidak mau menerima kesaksian lisan dengan kasih yang telah dibuktikan di
kayu salib. Tuhan Yesus melihat suatu proses berbahaya sedang bekerja di dalam
hati Tomas, dan Ia ingin segera menghentikannya. Demikianlah penulis Ibrani telah
memperingati kita untuk selalu waspada terhadap “hati yang jahat dan yang tidak percaya.” (Ibrani
3:12)
Kenyataannya,
memang tidak mudah untuk memahami psikologi orang yang bimbang dan tidak
percaya, karena mungkin hal itu ada kaitannya dengan sifat-sifat pribadinya
yang sering menggunakan logika. Namun yang jelas, Tuhan Yesus mampu menempatkan
kembali jiwa Tomas dari kebimbangan kepada kepastian akan keselamatannya.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Saya
yakin, kehadiran Tuhan Yesus kali ini, adalah kehadiran yang disambut dengan
iman oleh murid-muridNya. Karenanya ketika Tomas melihat bukti Tuhan Yesus, ia
menyatakan iman yang telah dibaharui Allah dengan berkata: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28). Pernyataan
ini merupakan kesaksian terakhir yang dicatat Yohanes dari ketuhanan Tuhan
Yesus.
Mengenai
hal ini, ada beberapa penafsir yang mengatakan bahwa pernyataan Tomas adalah
pernyataan karena merasa kaget. Seperti seseorang mengatakan: “Ya Tuhan”, atau
“Oh my God”. Tetapi saya lebih menyetujui pernyataan ini adalah pernyataan yang
lahir karena iman. Perhatikan ayat 28, dikatakan: “Tomas menjawab Dia.” Dalam
terjemahan aslinya dikatakan: “Tomas menjawab dan berkata kepada Tuhan…”
Dengan demikian, jelaslah
bahwa kata-kata ini bukan sekedar kata-kata yang terlontar karena kaget, tetapi
betul-betul ditujukan kepada Yesus. Tomas mengakui Yesus sebagai Tuhan. Tomas
mengakui Yesus sebagai Allah
Inilah
pengakuan iman yang lahir dari hati terdalam, bukan sekedar ikut-ikutan.
Perjumpaan Tomas, dengan Tuhan Yesus yang telah bangkit membuatnya menjadi seorang
yang beriman sungguh-sungguh pada Tuhan Yesus.
Dari
sini kita melihat, Tomas tidak lagi hidup dengan logika tapi dengan hati yang
terbuka. Kini hatinya terbuka untuk menerima kehadiran dan kuasa Kristus yang
telah bangkit. Damai Tuhan pun memasuki hati Tomas. Akhirnya Tomas pun beriman
walaupun iman bukanlah hal yang mudah baginya.
Dari
sini kita mengerti saudara, bahwa relasi dengan Tuhan adalah relasi iman yang
melibatkan hati dan bukan hanya akal budi. Bagaimanakah relasi iman Saudara
dengan Tuhan? Di tengah kesedihan dan berbagai pergumulan hidup yang tidak
mudah, apakah Saudara dapat merasakan kehadiran Tuhan yang sedang bekerja dalam
hidup Saudara?
Memang
tidak semua peristiwa hidup dapat kita mengerti dengan pikiran kita, namun jika
kita mengaku Kristus adalah Tuhan penguasa hidup dan Allah yang kita sembah
maka kita akan mampu menjalaninya dengan hati penuh damai. Biarkanlah Tuhan memasuki
hati dan kehidupan Saudara.
Kehadiran
Tuhan Yesus pada Tomas, menjadi sebuah perjumpaan yang penuh makna sekaligus
teguran yang penuh kasih. Ini adalah sesuatu yang harus kita tiru dalam menghadapi
orang yang jatuh dalam kebimbangan!
Dengan demikian
bapak/ ibu yang kekasih,
Kita
perlu mengingatkan diri kita bahwa setiap orang sebetulnya hidup oleh iman. Perbedaannya
terletak pada objek iman tersebut. Orang-orang Kristen beriman kepada Allah dan
firmanNya, sedangkan orang-orang yang belum diselamatkan beriman kepada diri
mereka sendiri.
Kenyataannya,
ketidakpercayaan pada pekerjaan Tuhan justru telah mencuri segala berkat dan
kesempatan kita untuk mengerti rencana Tuhan dalam hidup. Mungkin kedengarannya
pintar dan cerdik bila mempertanyakan apa yang sudah dilakukan Yesus, tetapi
pertanyaan-pertanyaan semacam itu biasanya lebih menunjukkan hati yang keras, dan
bukan pikiran yang mencari kehendak Tuhan.
Pengalaman Tomas yang
mengalami pembaharuan budi ini membuat Tuhan Yesus senang karena itu Tomas kini
telah menjadi percaya. Namun, Tuhan lebih senang lagi kalau orang-orang
kemudian siap percaya sekalipun tidak melihatNya.
Dalam
hal inilah Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat,
namun percaya” (Yohanes 20:29b).
Nyatanya saudara, kita yang hidup di zaman modern ini, kita tidak akan
lagi melihat Tuhan secara fisik. Kita hanya diberikan kesempatan untuk
mendengar kesaksianNya melalui Alkitab.
Akan tetapi biarlah
kita mengingat kebenaran firman Tuhan yang dituliskan dalam 1 Petrus 1:8-9:
“Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihiNya. Kamu percaya
kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihatNya. Kamu bergembira karena
sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai
tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.”
Perjumpaan
Tomas dengan Yesus yang bangkit telah mengubah dirinya. Perjumpaan tersebut
menjadikan Tomas memiliki iman yang sungguh-sungguh sekaligus melenyapkan
keragu-raguan dalam dirinya, membangkitkan semangat hidupnya serta tekad kuat untuk
berkarya bagi kemuliaan dan Kerajaan Allah.
Dengan
demikian, maukah kita membuka hati pada kebenaran firman Tuhan ini dan menjadi
percaya sekali pun kita tidak melihatNya? Adalah lebih baik kita percaya pada
janji Tuhan Yesus sekalipun kita tidak melihatNya lagi, karena Allah akan
membukakan bagi kita mata batin untuk melihat perbuatan Tuhan yang besar. Kiranya
Firman Tuhan ini menjadi berkat bagi kita sekalian. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar