MENYATAKAN KASIH YANG TULUS
Yohanes 12:1-8
(Matius 26:1-6; Markus 14:3-9)
Rekan-rekan Remaja yang saya kasihi,
Pada suatu hari seorang
gadis mengirimkan sebuah foto dirinya pada pacarnya. Di balik foto tersebut,
sang gadis mencantumkan kata-kata cinta, "Dari Whitney yang mencintai dan akan selalu
mencintaimu selamanya. Nb: Kalau kita putus, jangan lupa kembaliin fotonya
padaku yah, soalnya aku hanya punya satu."
Saudara ironis
memang, dalam kalimat pertama kita melihat suatu janji setia, tetapi dalam kalimat
kedua justru merupakan kebalikannya, dimana ia meminta kembali barang
yang telah ia berikan, seakan-akan ia tidak mau rugi. Kisah ini ingin menggambarkan kepada kita suatu kasih yang tidak tulus. Saya yakin, tidak ada diantara kita yang mau berkawan atau berpacaran dengan seseorang
yang seperti itu.
Tapi saudara, sadar atau tidak sadar seringkali dalam kehidupan ini, kita pun seringkali bertindak "lain di mulut, lain pula di
hati". Dimana dari luar nampak manis,
sementara dalam hati menyimpan kekesalan. Seperti seorang yang sedang memakai sebuah topeng.
Kalau kita mau jujur, hidup kekristenan kita pun bisa terjebak dalam topeng
kerohanian. Dimana supaya dapat terlihat lebih rohani, segala sesuatu dalam
pelayanan dimulai dalam doa, tapi ketika berbicara masalah program dan
pengambilan keputusan, seringkali yang terjadi justru kurang bijak dalam memutuskan atau bahkan bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab. Mengapa bisa terjadi? Karena pelayanannya hanya sebuah topeng!
Banyak orang juga datang
dan aktif ke gereja, sehingga orang mengang-gapnya sebagai
seseorang yang sangat rohani, tetapi siapa yang bisa menduga jika ia ternyata memiliki motivasi lain
selain untuk Tuhan. Ini juga terjadi karena topeng.
Saudara,
Dalam perikop yang kita baca tadi, kita diperhadapkan dengan dua pribadi
yang sama-sama melayani Tuhan Yesus tetapi memiliki kasih yang berbeda. Yang
satu melayani dengan tulus tetapi yang lain melayani karena sebuah topeng.
Kisah ini dilatar belakangi peristiwa kebangkitan Lazarus oleh Tuhan Yesus. Dan sejak itu,
Tuhan Yesus semakin menjadi pusat perhatian orang banyak. Banyak
orang mulai melihat kemuliaan di dalam diri Tuhan
Yesus dengan
mujizatNya
yang luar biasa, sehingga hal itu menimbulkan rencana jahat dari Imam Besar dan
para pemuka agama Yahudi untuk melenyapkan Tuhan
Yesus. Dalam Yohanes 11:53, dikatakan: “Mulai dari hari
itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.”
Saudara,
Jika kita berpatokan
dari Yohanes 11:54, maka Tuhan Yesus dan murid-muridNya
tengah melakukan perjalanan dari Efraim ke Betania. Jarak Efraim ke
Betania kurang lebih 10 Km. Sementara Betania terletak di balik Bukit Zaitun
dekat Yerusalem (Markus 11:1; Yohanes 11:18), dan jarak
Betania ke Yerusalem sendiri kurang lebih 3 Km.
Jadi Tuhan Yesus memang berniat untuk singgah di Betania guna memenuhi undangan perjamuan
untukNya sebelum Dia ke Yerusalem. Tentunya hal ini
terjadi di rumah Simon si Kusta, yang kemungkinannya memiliki hubungan dengan Martha,
Maria dan Lazarus yang pernah dibangkitkan oleh Tuhan. Jadi, 6 hari menjelang
Paskah inilah Tuhan Yesus berada di Betania di rumah Simon.
Yohanes 12:2, 3 “Di situ didakan
perjamuan untuk Dia dan Martha melayani... Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal
harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau
minyak semerbak di seluruh rumah itu.”
Saudaraku
Dalam tradisi saat itu, Perjamuan makan hanya dihadiri oleh kaum laki-laki.
Mereka duduk dan berkumpul dalam sebuah perjamuan, sementara para wanita
melayani. Karenanya Marta
sibuk melayani dengan menyiapkan hidangan
bagi perjamuan di malam itu. Sementara Maria memandang hari itu sebagai
kesempatan bagi dia untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan Yesus, yang
diwujudkan dengan jalan mengurapi
Yesus.
Rekan-rekan yang saya kasihi,
Mari kita melihat lebih seksama bagaimana tokoh-tokoh ini menyatakan
kasihnya kepada Tuhan Yesus:
Martha
Sekalipun dalam
cerita ini maupun dalam Lukas 10:38-42, Marta selalu digambarkan sebagai tokoh yang
inferior/ lebih
rendah dari Maria, tetapi apa yang ia lakukan di sini tetap merupakan sesuatu
yang baik, yang patut untuk ditiru! Berbeda dengan peristiwa dalam
Lukas 10:38-42, yang memang diadakan di
rumahnya (Lukas 10:38), perjamuan kali ini tidak diadakan di rumahnya, tetapi toh ia tidak bersikap sebagai tamu yang minta dilayani, sebaliknya
ia melayani, sebagaimana layaknya kaum wanita pada
umumnya!
Saudara,
Hari ini Gereja membutuhkan orang-orang kristen yang mau melayani,
bukan yang hanya duduk-duduk dan berpangku tangan! Jadi kalau saudara bukan orang yang aktif melayani Tuhan, sadarilah bahwa
saudara hidup dalam dosa pasif!
Maria
Dijelaskan bahwa Maria mengambil setengah kati minyak Narwastu murni yang
mahal harganya. Dengan farfum ini, Maria meminyaki kaki Tuhan Yesus dan
menyekanya dengan rambutnya. Berat minyak ini disebutkan setengah kati, suatu
ukuran yang memiliki berat +
61/4 ons, atau + 312,5 gram. Yang jelas, ini merupakan
jumlah yang sangat banyak untuk suatu pengurapan
Pada zaman Yesus, minyak
narwastu biasanya ditempatkan dalam buli-buli berdiameter 10 -12 cm dan tinggi
buli-bulinya sekitar 8-10 cm. Mulut buli-bulinya cukup kecil karena biasanya
dipakai sedikit saja dan sudah semerbak baunya. Pada zaman itu minyak narwastu
adalah wewangian yang mahal dan biasanya di import dari India.
Dalam Yohanes 12:3
disebutkan bahwa Maria meminyaki kaki Yesus dan menyeka dengan rambutnya. Sedangkan dalam
Markus 14:3
dan Matius 26:7 mencatat bahwa minyak tersebut dituang di kepala Yesus. Saudara ini bukan suatu kontradiksi, sebab pengurapan memang dilakukan di
atas kepala, tetapi karena jumlah yang dituangkan begitu banyak menyebabkan
tumpah hingga ke kaki Tuhan Yesus.
Perlu diingat bahwa pada
masa itu, perjamuan tidak diadakan dengan duduk di kursi (seperti yang biasanya
dilukiskan dalam lukisan/gambar para seniman Eropa),
tetapi dalam posisi duduk melantai dan setengah
berbaring dengan posisi kaki ditekuk ke belakang. Dengan posisi ini, bisa dipastikan Maria
akan dengan mudah dapat menggapai Yesus dari belakang.
Setelah meminyaki kaki
Yesus, selanjutnya disebutkan Maria menyeka kaki Yesus dengan rambutnya! Saudara, kejadian ini adalah kejadian yang tidak lazim, sebab Hal ini bukanlah kejadian
yang biasa di Palestina tidak ada wanita terhormat yang mengurai
rambutnya dimuka umum. Jika ada yang mengurai rambut itu berarti suatu pertanda
dari wanita yang tercela moralnya.
Jadi jika Maria melakukan hal yang
demikian, itu berarti bahwa Maria rela untuk melepaskan seluruh rasa gensinya
hanya untuk diterima disisi Tuhan. Tindakan melepas penutup
rambut di
depan umum seperti yang Maria lakukan dan menyeka kaki Yesus dengan rambutnya
adalah suatu tindakan kasih dan luar biasa yang tidak lazim dilakukan antara
sesama manusia, wanita ke pria, bahkan hamba terhadap tuannya.
Saudara, Maria
merendahkan dirinya sedemikian rupa, karena ia tahu siapa Tuhan
Yesus
sebenarnya, dan ketidak-layakan dirinya menerima Yesus hadir ditempatnya. Ia
tahu bahwa kuasa membangkitkan orang mati tidak ada pada manusia, bahkan nabi
sekalipun. Kuasa itu hanya ada pada Allah semata seperti yang Yesus
lakukan terhadap Lazarus saudaranya. Lagi pula Maria tidak melihat cara
lain yang pantas untuk bersyukur dan menyatakan kasihnya terhadap Yesus selain
daripada meminyaki kepala dan kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya yang
adalah mahkotanya (bandingkan 1 Korintus 11:15 tentang rambut
wanita).
Selebihnya, Maria juga
bukan hanya menyaksikan kuasa Yesus, tetapi dengan ketekunannya mendengarkan
ajaran Yesus ia beroleh pengertian dan hikmat besar akan siapa Mesias dan
Juruselamat itu. (Bandingkan Lukas 10:38-42).
Dari sini kita melihat bahwa Maria telah memberikan yang terbaik dari yang
ia miliki. Sesuatu yang selalu memperhitungkan harga bukanlah Cinta sejati.
Cinta yang sejati selalu memberikan semua miliknya dan yang terbaik.
Karena itu suatu pemberian tidak pernah betul-betul
merupakan suatu pemberian kalau kita dapat mengusahakannya dengan mudah; suatu
pemberian betul-betul adalah suatu pemberian kalau ada pengorbanan dibalik
pemberian itu, dan kalau kita memberikan jauh lebih banyak dari kemampuan
kita).
Kalau saudara adalah seorang cewek dan seorang cowok mengatakan
bahwa ia mencintai saudara tetapi selalu pelit dan penuh perhitungan demi
saudara, apakah saudara percaya cintanya? Analoginya, kalau dalam memberi untuk
Tuhan saudara selalu pelit dan penuh perhitungan, apakah itu menunjukkan bahwa
saudara mencintai Tuhan? Ingat bahwa tidak mencintai Tuhan adalah pelanggaran
terhadap hukum yang terutama (Matius 22:37).
Seandainya kalian punya anak, dan anak kalian meminta sesuatu yang baik, tetapi saudara tidak mampu
membelikannya untuk dia, apakah saudara menyesal mengapa saudara tidak lebih
kaya supaya bisa membelikannya? Kalau ya, itulah cinta! Sekarang dalam hubungan
dengan Tuhan, pernahkah saudara menyesal mengapa tidak lebih kaya supaya bisa
memberi lebih banyak? Atau justru berpikir sebaliknya, kalau
bisa kita memberi yang terkecil dari yang kita miliki.
Nyatanya, Maria melakukan tindakan kasihnya dengan rendah hati. Sikap kerendah-hatiannya nampak saat ia menyeka kaki Yesus
dengan rambutnya! Maria memberi banyak tetapi ia tetap memberi dengan rendah
hati.
Yudas Iskariot
Namun jauh berbeda dengan sikap Yudas Iskariot dan orang-orang yang duduk
diantara Tuhan Yesus. Dikatakan dalam Yohanes 12:4-6 “Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari
murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: "Mengapa
minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada
orang-orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia
memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang
pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.”
Peristiwa meminyaki kaki
Yesus dan menyeka dengan rambut tersebut, tentu saja peristiwa
yang tidak lazim dilakukan di Palestina, dan pastinya akan menimbulkan berbagai
reaksi dari banyak orang. Mengingat bahwa wanita hanya hadir sebagai
pelayan dan tidak ikut makan bersama, maka pada saat perjamuan itu tentulah semua mata laki-laki tertuju kepada Maria yang tengah bersimpuh. Yang
pasti ada berbagai
rasa tentu timbul: “Ada yang terperangah dan
malu karena terkejut melihat Maria
melepas dan mengurai rambutnya, tetapi ada juga yang iri.”
Saudara, Yudas dengan kaku mempersoalkan tindakan itu dan menganggapnya
sebagai suatu pemborosan belaka. Tetapi ini adaah keluhan Yudas yang muncul
dari itikadnya yang kurang baik.
Yang menjadi titik persoalannya bukanlah soal minyak yang seharusnya bisa
dijual dan uang hasil penjualannya dapat dibagikan kepada orang-orang miskin.
Tetapi yang menjadi persoalannya adalah pada tindakan Maria yang mengurapi
Tuhan Yesus dengan minyak Narwastu.
Saudara,
Jika dilihat dari harganya, jelas minyak Narwastu ini memiliki nilai yang
sangat mahal. Nilainya setara dengan 300 dinar atau
sama dengan nilai upah buruh setahun. Pastinya dengan jumlah uang tersebut
sangat relevan jika dibagikan kepada orang-orang miskin.
Hanya permasalahannya adalah perkataan Yudas tidak muncul dari hatinya yang
murni. Ia berkata layaknya memakai topeng kerendahhatian. Hal ini dapat dilihat
dari pengamatan Yohanes bahwa: Yudas seorang pencuri, yang sering mengambil
uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya (Yohanes 12:6).
Dengan demikian, pernyataan
Yudas ini bukan hanya memper-tontonkan kebodohannya
atau sikap aslinya sebagai bendahara yang tidak jujur, tetapi Yudas juga sudah
menghina Yesus dengan mencemooh perilaku Maria. Sungguh suatu hal yang bisa
saja kita lakukan bila kita tidak berhati-hati dengan ucapan dan tindakan kita
- Bukankah Yudas sebaiknya bertanya kepada Maria mengapa ia melakukan hal
seperti itu? - Bukankah seperti Yudas kita biasanya langsung mencela tindakan
seseorang tanpa terlebih-dahulu bertanya dan memahami apa maksud tindakan orang
tersebut?
Dengan kata lain, Yudas Iskariot sendiri tidak melakukan tindakan kasih untuk Tuhan,
tetapi ia mengkritik orang yang melakukan tindakan kasih (ay 4-5)! Saudara, dalam gereja ada banyak tukang kritik
seperti ini, padahal dirinya sendiri tidak melakukan/ memberi apa-apa untuk
Tuhan! Kalau saudara adalah orang seperti itu, bertobatlah sebelum saudara
menjadi seperti Yudas!
Yang berikutnya, Yudas menilai tinggi harga minyak wangi
itu (ay 5 - 300 dinar). Tetapi celakanya, ia menilai rendah Gurunya sendiri (Matius 26:15 – dengan 30 keping perak, ini
harga seorang budak - Keluaran 21:32!). Keterlaluan bukan!
Bisa jadi, kalau saudara menganggap suatu persembahan untuk Yesus itu terlalu
besar, itu pasti berarti bahwa saudara menilai rendah Tuhan Yesusnya sendiri!
Namun, dari bagian ini ada beberapa hal bisa kita lihat lebih dalam dimana respon Yudas pastinya berbeda dengan rasul-rasul yang
lain. Rasul-rasul yang lain, sekalipun kritikannya salah, tetapi bisa jadi motivasinya benar, sedangkan Yudas, ia salah baik dalam kritikan maupun motivasinya! Yudas menggunakan “amal” sebagai topeng untuk ketamakan/
pencuriannya!
Dengan sikapnya ini menjelaskan kepada kita bahwa Yudas bukanlah orang kristen sejati
(bdk. juga Yohanes 6:70; 13:10-11). Karena itu kebinasaan Yudas tidak menunjukkan bahwa ia
kehilangan keselamatannya! Ia tidak pernah diselamatkan! Dari semua ini
terlihat bahwa dari pada mengkritik Maria, seharusnya Yudas mengintrospeksi
dirinya sendiri, karena sebetulnya kritikannya muncul dari kebejatannya sendiri
(bdk. Matius 7:1-5).
Pada waktu usulan Yudas itu ternyata ditolak oleh Yesus (ay 7-8), menjadikan Yudas begitu marah, sehingga ia pergi menjual Yesus dengan 30 keping perak (Matius 26:14-16/ Markus 14:10-11). Di sini kita melihat bahaya dari dosa, yang makin lama
makin membuat orangnya keras hati.
Yohanes 12:7 Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat
hari penguburan-Ku. 12:8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi
Aku tidak akan selalu ada pada kamu."
Hanya dengan
kalimat-kalimat ini Tuhan Yesus sebenarnya ingin Meredam perasaan dan reaksi seluruh hadirin dan
murid-muridNya.
Perkataan ini menusuk
mereka sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi catatan lain tentang peristiwa
ini, yang menandakan bahwa semuanya langsung terbungkam. Ya, ... menusuk,
karena perkataan ini adalah semacam peringatan bahwa perpisahan akan segera
terjadi, ... perpisahan melalui kematian!
Dengan kalimat-kalimatNya, Tuhan Yesus
bernubuat tentang saat kematianNya yang sudah dekat dan
bagaimana seluruh pengajaranNya akan diberitakan ke
seluruh dunia. Markus 14:9
dan Matius 26:13 sebagai bagian paralel dari bacaan ini, selanjutnya
mencatat: "Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh
dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."
Jadi apa yang Yesus
ucapkan, - yang kalau kita lihat sepintas kelihatannya seperti membela Maria -
sebenarnya adalah suatu nubuatan tentang saat kematianNya yang sudah
mendekat.
Yesus memahami apa yang
dilakukan Maria berasal dari hati yang paling dalam. Bahkan apa yang diperbuat
Maria, dicatat oleh murid-muridNya dalam Injil - yang kalau
kita lihat sepintas kelihatannya sebagai upah Maria mengurapi Yesus - sebenarnya
adalah supaya kita memahami apa yang Maria lakukan dan mengenal dengan baik
siapa yang diminyaki kakinya itu - sebagaimana Maria mengenal siapa Yesus itu.
PENUTUP
Ada beberapa kesimpulan
dan penerapan yang kita dapat pelajari dari bacaan kita pekan ini.
1.
Maria
hanyalah seorang perempuan biasa, tetapi dalam kehidupannya yang mengenal Yesus
sebagai Guru, ia dapat melihat sesuatu yang luar biasa dari pribadi Yesus.
Karena tekun, Maria dapat menangkap ajaran Yesus dengan baik, bahkan secara
istimewa Maria dan Marta serta Lazarus, dipilih Tuhan untuk menyatakan kuasaNya
melalui AnakNya
Yesus - dengan melihat kematian dan kebangkitan Lazarus.
Sikap Maria
yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal dan mewah, dan
menyekanya kaki Yesus dengan rambutnya, adalah perbuatan mengasihi dengan
segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi. (Bandingkan Matius 22:37,
Markus 12:30).
Bagaimana
dengan kita? maukah kita seperti Maria yang merendahkan diri dihadapan Tuhan? Biarlah kita juga berespon sebagaimana Maria yang tahu bahwa “Tuhan terlebih dahulu mengasihi ia, maka harta
terbaik-nya pun ia kuberikan kepada Tuhan”, maka sebagai orang
percaya kita juga patut memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan,
karena Ia
telah lebih dahulu mengasihi kita.
2.
Tuhan
Yesus mengerti maksud Maria, sehingga Ia membiarkan Maria
melakukan pernyataan kasihnya itu. Selanjutnya Yesus mengingatkan akan saat
perpisahan denganNya. Hal yang dapat kita pelajari, bahwa perkataan
Yesus merujuk pada Ulangan 15:11 tentang sikap terhadap orang miskin. Jadi
seperti Maria yang mengerti dan memahami ajaran Yesus, maka kita sepatutnya
memberlakukan orang miskin sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri. (Bandingkan Matius 22:39,
Markus 12:31).
Bukankah
Tuhan Yesus mengajarkan di Matius 25:40, “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari
saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”
3.
Perkara
Yudas Iskariot dan Maria adalah pelajaran beriman. Orang belum bisa dikatakan
beriman kalau hanya berbuat baik, ia juga harus memiliki hati yang baik. Orang
belum bisa dikatakan beriman kalau dia hanya memberi dengan tangannya, dia baru
dikatakan beriman kalau dia juga bisa memberi hati dan bahkan seluruh hidupnya
untuk Tuhan dan sesama.
Beriman
adalah tanpa topeng. Beriman itu tulus dari dalam hati dan memancari keluar.
Kalau manusia saja bisa merasakan ketulusan, apalagi Tuhan. Kalau manusia saja
senang dengan kejujuran, apalagi Tuhan. Bukankah selama ini Tuhan tulus tanpa
topeng mengasihi kita? Dia tidak pernah berpura-pura mengasihi kita. Karena
itu, Dia juga layak mendapatkan seluruh isi hati kita.
Amin.
0 komentar:
Posting Komentar