KELUARGA YANG SEJATI
Markus 3:31-35
(Matius 12:46-50 Lukas 8:19-21)
Bapak/
ibu yang kekasih,
Sebagai
orang yang dibesarkan dalam budaya timur, mungkin kita akan lebih suka untuk
memberi keseimbangan antara ikatan darah dan ikatan rohani. Walaupun
kenyataannya, untuk memenuhi keseimbangan itu pun pastinya tidak selalu mudah. Terkadang
dalam situasi tertentu kita diperha-dapkan dengan dua pilihan yang memaksa kita
untuk memilih salah satu.
Lalu
bagaimana jika ada benturan antara kepentingan ikatan darah dan ikatan Roh? Mana
yang kita pilih? Antara pilihan yang baik dan yang terbaik! Yang jelas saudara,
kita harus mengutamakan kepatuhan kita terhadap firman Tuhan. Walaupun hal itu
terdengar cukup ekstrim dan dianggap berlebihan, namun kenyataannya memang
demikianlah yang dituntut oleh Tuhan.
Saudaraku,
Kita
melihat konteks dalam perikop yang kita baca ini. Saat seseorang mulai berjalan
bersama dengan Tuhan Yesus, saat orang-orang ingin mendengarkan pengajaranNya
yang luar biasa dari Tuhan Yesus itu. Justru orang-orang yang paling dekat dan orang-orang
yang paling dikasihiNya, tidak dapat mengerti pekerjaan yang sedang dilakukan
Tuhan Yesus. Bahkan lebih terkesan mereka justru berusaha untuk memusuhiNya.
Perhatikan
saudara, Setting dari kisah ini adalah ketika Yesus masih berbicara didepan
orang-orang banyak, rupa-rupanya secara diam-diam orang-orang Farisi dan ahli
Taurat menemui ibu Maria dan anak-anaknya di Nazaret. Mereka berusaha mencari
jalan untuk menghentikan Yesus yang tengah mengabarkan firman Allah, dengan
menerangkan kepada keluargaNya bahwa Yesus sudah tidak beres ingatanNya dan menuduhNya,
telah dikuasai oleh Beelzebul.
Mendengar
kesaksian orang-orang Farisi ini, Maria, ibu dari Tuhan Yesus secara darah dan saudara-saudaraNya
yang lain merasa malu. Saudara, ini adalah sikap yang lumrah dari situasi
seorang keluarga yang mendengar berita yang cukup mengagetkan ini.
Bisa
dibayangkan saudara, jika kita mendengar bahwa ada keluarga kita yang sudah
tidak waras lagi sedang berbuat onar diluar sana. Secara spontan pikiran kita
pastinya berusaha untuk menemuinya, memastikannya dan membawanya pulang.
Karena
itu saudara tanpa pikir panjang lagi, Maria dan anak-anaknya yang lain, bergegas
untuk mengambil Dia dan meminta Tuhan Yesus segera berhenti dari pelayananNya
yang dianggap memalukan nama keluarga itu (Band. Markus 3:21).
Dalam
kasus yang lain, kita juga menemukan satu kesaksian yang menjelaskan bahwa
keluarga Tuhan Yesus seringkali bersikap meragukan pekerjaanNya. Dikatakan
dalam Yohanes 7:5, “Sebab saudara-saudaraNya sendiri pun tidak percaya kepadaNya.”
Karenanya
tidak heran saudara, jika kaum keluargaNya berusaha mencegahNya melakukan
pekerjaan yang sedang dilakukanNya. Karena mereka percaya bahwa Tuhan Yesus
sudah gila.
Sesampainya
Maria dan anak-anaknya yang lain di tempat dimana Tuhan Yesus sedang mengajar,
mereka meminta seseorang untuk memanggilNya.
Sebagai
ibu secara darah dan daging, memang Maria memiliki hak untuk memanggil anakNya
agar datang menemuinya. Maria tidak lagi melihat situasi yang sedang terjadi,
dimana Tuhan Yesus sedang mengajar banyak orang. Karena pikirannya telah
dipenuhi dengan informasi dari orang-orang Farisi, karenanya terkesan Maria
sedikit memaksa seseorang untuk segera memanggil Tuhan Yesus.
Hal
ini nampak dari respon orang-orang yang sedang duduk mendengarkan ceramahNya
secara spontan berkata: “Lihat, ibu dan saudara-saudaraMu ada diluar, dan berusaha
menemui Engkau.” (Markus 3:32).
Saudara,
walaupun tidak ada informasi yang tertulis bahwa Tuhan Yesus sudah terlebih
dahulu mengetahui maksud dan tujuan dari kedatangan ibu dan saudara-saudarNya.
Namun, kita dapat melihatnya dari respon Tuhan Yesus terhadap pembicaraan
orang-orang. Dimana Tuhan Yesus tidak mengubris kedatangan mereka. Sebaliknya
Tuhan Yesus berkata: “Siapakah ibuKu dan siapakah suadara-saudaraKu?”
Saudara,
jika
kalimat ini berhenti disini, maka benarlah anggapan orang banyak bahwa Tuhan
Yesus kini sudah gila. Sebab Ia tidak
lagi mengenal ibu dan saudara-saudaraNya.
Tetapi
benarkah Tuhan Yesus sudah gila dan tidak lagi mengenal mereka? Tidak saudara!
Justru kesempatan yang sulit ini, diambil Tuhan Yesus sebagai satu kesempatan
untuk mengajarkan sebuah pelajaran rohani yang lain: bahwa menjadi bagian
keluarga rohaniNya adalah hal yang jauh lebih penting daripada hubungan manusia
mana pun. Dan hubungan rohani itu didasarkan pada ketaatan kepada firman Allah.
Karena
itu Tuhan Yesus melihat orang banyak yang sedang menanti jawaban lebih lanjut
dan berkata kepada mereka: “Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu. Barangsiapa melakukan kehendak Allah,
dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu.”
(Markus 3:34-35).
Jadi
bapak/ ibu yang dikasihi Tuhan,
Dengan
perkataan itu, Tuhan Yesus ingin mengajarkan bahwa di dalam Kerajaan Allah
ikatan darah tidak bermakna apa-apa. Kita diselamatkan bukan karena hubungan darah,
melainkan oleh darah Kristus yang telah tercurah bagi siapa saja yang percaya
kepadaNya.
Karena
itu Tuhan Yesus berkata bahwa mereka yang disebut ibu dan saudara-saudaraNya adalah
mereka yang mendengar firman Allah dan yang melakukannya.
Kejadian
ini juga mengingatkan kepada kita saudara, bahwa Tuhan Yesus tidak dapat
dihentikan untuk memberitakan firman Allah oleh siapa pun. Termasuk Iblis atau ibu
dan saudara-saudaraNya pun tidak dapat.
Dengan
pernyataan Tuhan Yesus yang kontroversial ini, Tuhan Yesus sedang menyatakan
bahwa hanya orang yang sudah percaya Injil dan bertobat serta menerima Dia sajalah
yang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Dengan
kata lain, Tuhan Yesus ingin memaparkan syarat-syarat dari hubungan keluarga
yang sejati itu bukan semata-mata soal daging dan darah. Hubungan keluarga yang
sejati bisa saja terjadi pada seseorang yang benar-benar dekat dengan orang
lain yang sama sekali tidak mempunyai hubungan darah dengannya dan bukan dengan
orang yang terikat hubungan daging dan darah dengannya. Dimanakah letaknya
hubungan yang sejati?
1.
Hubungan keluarga yang sejati terletak pada pengalaman bersama.
Bapak
ibu yang kekasih,
Yang
dimaksud dengan pengalaman bersama adalah pengalaman dimana dua orang atau
lebih yang benar-benar mengalami hal-hal secara bersama-sama. Kata orang, dua
orang yang benar-benar merupakan sahabat apabila mereka berdua mampu saling
mengatakan, “Kau ingat?” Kemudian
keduanya bercakap terus tentang segala sesuatu yang telah mereka alami sebelumnya
secara bersama-sama.
Jadi
dasar bagi kekeluargaan yang sejati bisa terletak pada pengalaman bersama. Dan
orang-orang Kristen mempunyai pengalaman bersama sebagai orang-orang yang telah
diampuni Tuhan dalam hidupnya. Bersama-sama bertumbuh dalam pengetahuan tentang
iman dan kebenaran.
2.
Hubungan keluarga yang sejati terletak pada minat bersama.
Saudara,
Orang Kristen memang mempunyai minat yang sama karena mereka semua adalah
orang-orang yang mempunyai hasrat untuk mengetahui lebih banyak tentang Yesus
Kristus. Kita tahu sekarang mengapa persekutuan dalam kekristenan sangatlah
penting.
Memang,
seseorang bisa saja mengalami pertumbuhan rohani seorang diri. Tetapi
pertumbuhan itu tidaklah akan maksimal, jika dibandingkan dengan pertumbuhan
yang dialami dalam sebuah persekutuan yang rutin dan dilakukan secara intens.
Saudara
mengapa penting bagi kita untuk terlibat aktif dalam persekutuan. Karena bukan
saja menjadi bukti bahwa kita sebagai keluarga yang sejati, tetapi juga
memimpin kita dalam pertumbuhan iman yang lebih baik. Karena itu penulis Ibrani
mengingatkan: “Janganlah
kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang
dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan
semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibrani 10:25).
Jadi
saudara, kalau boleh jujur, saya pribadi pun merasakan pertumbuhan, justru saat
kita selalu bersama-sama dalam persekutuan.
Tahun
ini, kami merencanakan untuk menggalakan adanya ibadah Doa sebulan sekali diadakan
dirumah-rumah jemaat. Dengan satu tujuan, menjangkau lebih lebih dekat,
mempererat persekutuan, dan khususnya mencapai minat bersama untuk bertumbuh di
dalam Tuhan. Karena itu saya pribadi berharap kegiatan ini, hendaknya menjadi
daya tarik tersendiri untuk kita mengadakan variasi dalam ibadah doa. Sehingga
kebaktian doa bukan hanya terfokus diadakan di dalam gereja. Tetapi juga dibagi
didalam kelompok-kelompok kecil dalam jemaat.
3.
Hubungan keluarga yang sejati terletak pada kepatuhan bersama.
Bapak
ibu yang kekasih,
Murid-murid
Tuhan Yesus adalah kelompok yang sangat majemuk. Segala jenis keyakinan dan
pandangan berbaur disitu. Seorang pemungut cukai seperti Matius dan seorang
nasionalis fanatic seperti Simon orang Zelot mereka pernah saling membenci
seperti mereka melihat racun sebelum mereka bertemu dengan Tuhan Yesus.
Namun
mereka, dipersatukan karena sama-sama telah menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Guru mereka. Kesatuan tentara manapun akan terdiri dari orang-orang
dengan latar belakang yang berbeda-beda, cara hidup yang tidak sama, dan
pandangan yang tidak sama. Namun jika mereka sudah bersama-sama dalam kurun
waktu yang lama, mereka dipadukan menjadi satu kelompok sahabat karena
kepatuhan yang mereka emban bersama-sama.
Orang-orang
akan saling bersahabat bila mereka mempunyai guru yang sama. Demikian pula, orang
akan saling mengasihi hanya kalau mereka sama-sama mengasihi Tuhan Yesus
Kristus.
4.Hubungan keluarga yang sejati
terletak pada tujuan bersama.
Bapak
ibu yang kekasih
Tidak
ada hal lain yang dapat menyatukan orang-orang kecuali karena tujuan bersama.
Jika hubungan keluarga didasarkan pada tujuan bersama, maka orang-orang Kristen
memiliki kuncinya karena semuanya berupaya mengenal Kristus secara lebih baik
dan membawa orang lain ke dalam KerajaanNya. Dalam hal-hal lain kita berbeda,
namun dalam tujuan kita dapat sepakat.
Seperti
tujuan yang dimiliki oleh rasul Paulus, dalam Efesus 3:10, “Yang kukehendaki ialah
mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya,
di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya”
Kiranya
hal ini juga menjadi tujuan kita bersama dalam mengenal Tuhan Yesus dalam
kehidupan kita.
Dengan
demikian bapak/ ibu,
Karena
alasan-alasan inilah maka hubungan kekeluargaan yang sejati tidak merupakan
persoalan daging dan darah. Adalah benar bahwa darah merupakan suatu pertalian
yang tidak dapat diputus oleh apapun dan bahwa banyak orang menemukan
kebahagiaan dan kedamaian di tengah-tengah lingkungan keluarganya.
Namun
benar juga bahwa kadang-kadang orang-orang yang paling dekat dan paling
dikasihi oleh seseorang adalah orang-orang yang paling tidak mengertinya, dan bahwa ia menemukan
persekutuan sejati bersama-sama dengan mereka yang bekerja demi cita-cita
bersama dan yang saling berbagi pengalaman bersama.
Hal
ini pasti benar – bahwa jika seorang Kristen mendapati bahwa mereka yang
seharusnya paling dekat dengannya ternyata menjadi orang-orang yang paling
tidak simpatik terhadapnya, baginya tetap ada persekutuan Yesus Kristus dan
persahabatan dengan semua orang yang mengasihi Tuhan.
Saya
yakin, keluarga kita pastinya mengasihi Anda dan Anda pun mengasihi mereka.
Namun yang pasti, mereka tidak dapat menyelamatkan Anda dari hukuman dosa, dan
mereka tidak dapat membawa Anda masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sebab keselamatan
adalah sesuatu yang sifatnya pribadi.
Oleh
karena itu yang dimaksud dengan saudara dalam kaitan ini memiliki arti yang
sangat luas. Dengan demikian pemahaman tentang saudara bukan dalam arti yang
sempit, tapi dalam arti yang sangat luas.
Hanya
mereka yang mendengar dan taat kepada firman Allah, memiliki hubungan pribadi
dengan Yesus dan merupakan bagian dari keluarga rohani Allah.
Apa
yang disampaikan oleh Yesus mengenai saudara-saudara-Nya sama sekali berbeda
dengan pandangan dunia. Bagi kita saudara-saudara adalah mereka yang sangat
dekat dengan keluarga kita baik secara biologis atau sosial.
Dalam
hal ini, Tuhan Yesus ingin mendobrak suatu pandangan dunia bahwa yang dimaksud
dengan saudara bukan semata saudara sebagaimana yang diakui oleh dunia, tapi
bagi Yesus yang dimaksud dengan saudara adalah mereka yang menjalankan kehendak
Allah.
Dengan
kata lain, mengikuti Yesus harus melampaui segala ikatan alamiah keluarga.
Semua orang adalah saudara dan secara khusus saudara dalam Kristus. Itu semua
bisa terjadi karena Kristus telah memberikan Diri-Nya di kayu salib demi
keselamatan kita semua. Dan ukuran menjadi keluarga Allah adalah melaksanakan
kehendak Allah.
Bapak
ibu yang saya kasihi,
Mendengarkan
hal-hal yang salah, atau mendengarkan hal-hal yang benar dengan sikap yang
salah, akan merampas kebenaran dan berkat dari kita. Jika kita setia menerima
firman Tuhan dan membagikannya, Allah akan memberi kita lebih banyak lagi,
tetapi jika kita gagal memancarkan terang kita, kita akan kehilangan apa yang
kita miliki. Karena itu sungguh penting bagi kita untuk mendengarkan firman
Allah. Amin.
Thank ya bosku sudah diberikan info yang menarik ini dan kunjungi juga website kamiya bos ku^^
BalasHapusobat diabetes
obat diabetes de nature
obat diabetes herbal
obat diabetes alami
obat diabetes di apotik
obat diabetes basah
obat diabetes kering