KETIKA HARAPAN MENJADI PUPUS
Lukas 8:41-56 (Matius
9:18-26; Markus 5:21-43)
Sidang
jemaat yang kekasih,
“Untung tak dapat diraih,
malang tak dapat ditolak.” Kehidupan yang ada di depan merupakan
rahasia Tuhan yang tidak seorang pun dapat mengetahuinya. Untung maupun malang
sering datang tiba-tiba tanpa disangka, rasa-rasanya demikianlah yang dialami
oleh keluarga Serka Luthfi.
Pada
hari Selasa yang lalu, kita dikejutkan oleh jatuhnya sebuah pesawat Hercules
C-130 milik TNI di jalan Jamin Ginting, Medan. Serka Luthfi yang menjadi salah
satu korban tewas, yang memang sudah setahun yang lalu bertugas di Skadron
Udara 12/ Black Phanter di Lanud Soewondo, Medan.
Padahal
saudara, beberapa minggu sebelumnya pihak keluarga sempat mendapat kabar, bahwa
serka Luthfi akan berpindah tugas ke Skadron 11/ Serbu di Lanud Ahmad Yani,
Semarang. Yaitu tempat dimana keluarga besarnya tinggal. Namun siapa yang
sangka, harapan itu pada akhirnya pupus ketika selasa yang lalu, sebuah pesawat
Hercules C-130 yang ditumpangi serka Luthfi pada akhirnya jatuh dan merenggut
nyawanya. Siapa yang sangka?
Saudara,
saat kita membaca perikop ini. Kita sepertinya diperhadapkan dengan dua kisah
ganda yang kedua-duanya mengisahkan perbuatan Tuhan Yesus, ketika manusia
kehilangan harapan, baik terhadap Yairus ataupun terhadap perempuan yang
mengalami pendarahan.
Tetapi
ada beberapa perbedaan yang menarik untuk kita simak:
YAIRUS
|
PEREMPUAN
|
Namanya: Yairus
|
Namanya: Tidak disebutkan
|
Ia seorang yang terkemuka dan kaya.
Ia juga seorang kepala synagoge
|
Ia seorang yang miskin setelah
menghabiskan uangnya untuk mendapatkan kesembuhan
|
Ia telah mencapai puncak tertinggi
dari hidupnya dalam hubungannya dengan sesama
|
Ia telah mencapai puncak keputus-asaan
setelah mencoba berulang-ulang berobat namun tak kunjung sembuh
|
Meminta pertolongan demi anak
tunggal perempuannya yang berusia 12 tahun
|
Meminta pertolongan bagi dirinya
sendiri
|
Dikaruniakan kebahagiaan hidup
bersama anak perempuannya dan sekarang ia akan kehilangannya
|
Mengalami kesusahan dua belas
tahun oleh karena penyakitnya dan sekarang ia berharap sembuh
|
Ia dengan berani menyatakan kebutuhannya
dengan berniat mendatangi Tuhan Yesus
|
Ia memiliki kebutuhan yang
tersembunyi karena pendarahan membuatnya merasa diri cemar
|
Namun
yang menarik saudara, bahwa kedua-duanya datang kepada Tuhan Yesus.
Kedua-duanya tahu bahwa di tempat lain, tidak ada yang bisa menjamin
kebutuhannya. Karenanya kedua-duanya tersungkur di depan kaki Tuhan Yesus.
Bapak/
ibu saudara,
Sebagai
seorang kepala Synagoge, rasanya dapat dipastikan Yairus tidak memiliki sikap yang
simpatik terhadap perbuatan Tuhan Yesus. Terlebih lagi, kelompok mereka
seringkali menganggap Tuhan Yesus sebagai seorang pelanggar hukum Taurat. Apalagi
kehidupan yang telah memberikan segala sesuatu kepadanya, membuat dia merasa
lebih terhormat daripada orang lain.
Ditengah-tengah
puncaknya karirnya yang tinggi, tiba-tiba ia mendapati keadaan anaknya yang
sakit parah, bahkan dikatakan hampir mati. Kejadian ini semakin menyedihkan
hati, dikarenakan usia anaknya baru menginjak 12 tahun. Dalam kondisi yang
terdesak, ia terpaksa mendatangi Tuhan Yesus guna memohon pertolonganNya.
Namun
saudara, dalam perjalanan menuju rumah Yairus, keadaan jalan di kota itu
semakin padat. Orang-orang dari segala penjuru datang ke jalan itu untuk
menyambut Tuhan Yesus. Sebab mereka telah menanti-nantikan kedatanganNya.
Dalam
kondisi yang demikian, perjalanan Tuhan Yesus tiba-tiba harus diinterupsi
dengan suatu peristiwa yang terjadi tiba-tiba. Seorang perempuan yang mengalami
pendarahan berusaha menjamah jumbai jubah Tuhan Yesus.
Saudara,
Dikatakan
bahwa perempuan itu telah menderita pendarahan selama dua belas tahun, suatu
waktu yang cukup membuatnya sangat lemah, sangat menyengsarakan hidupnya. Dan
pastinya penyakitnya itu bisa mengancam nyawanya. Apalagi, usahanya untuk
berobat rupanya tidak membuahkan hasil. Dia sudah pergi ke berbagai tabib
terbaik yang bisa ia kunjungi, ia sudah banyak mengkonsumsi obat-batan yang
mereka berikan, tetapi penyakit itu tidak juga kunjung sembuh. Rasanya tidak
ada lagi harapan bagi dia untuk bisa sembuh. Ditengah-tengah pergumulan
hidupnya, ia mendengar bahwa Tuhan Yesus melintasi kota Kapernaum. Karenanya
dengan sudah payah ia menyusuri jalanan yang padat itu.
Dan
ketika ia mendapatkan kesempatan emas untuk bertemu Tuhan Yesus, ia berusaha
mendapatkannya, walaupun hanya sekedar menjamah jumbai jubahNya.
Dalam
Injil Matius dan Markus menyebutkan bagaimana imannya yang besar ini muncul,
dikatakan: “Asal
kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh” (Matius 9:21; Markus 5:28).
Bapak/
ibu saudara-saudara yang kekasih dalam Tuhan
Laki-laki
Yahudi biasanya mengenakan jumbai dari tali-tali berwarna biru yang dipilin di
sudut jubah luar mereka, sebagai suatu peringatan bahwa mereka harus menaati
perintah-perintah Allah (Bilangan 15:37-40; Ulangan 22:12). Orang-orang Farisi
menaati peraturan ini secara ekstrem untuk menekan orang-orang dengan kesucian
mereka (Matius 23:5). Nampaknya Tuhan Yesus pun mengenakan jubah yang ditandai
dengan jumbai berwarna biru ini.
Karenanya
ketika Tuhan Yesus melintasi kota kapernaum, tiba-tiba ada seorang yang
menyelinap secara diam-diam dari arah belakang dan menjamah jubah Tuhan Yesus.
Saudara,
mengapa perempuan ini memilih untuk menyentuh bagian ini dari pakaian Tuhan
Yesus? Tidak ada yang tahu! Tetapi yang jelas Tuhan Yesus tahu bahwa ada seseorang
yang dengan iman telah menyentuh Dia dan ada kuasa yang mengalir keluar dari
diri Tuhan Yesus. Dan yang mengherankan seketika itu juga sembuhlah ia. Dikatakan
kesembuhan itu terjadi seketika dan utuh. Lukas sebagai seorang dokter
menggambarkan perhentian darah seketika sebagai tanda suatu kesembuhan.
Kita
perhatikan saudara, perempuan ini tidak membutuhkan demonstrasi yang hebat
untuk kesembuhannya. Ia tidak membutuhkan suatu pertunjukan mujizat yang
spektakuler.
Hari
ini kondisi itu justru terbalik. orang-orang zaman ini begitu haus akan
pertunjukan mujizat yang spektakuler. Orang-orang merasa puas diri ketika
melihat seorang hamba Tuhan yang mempertunjukkan kebolehannya dalam
menyembuhkan penyakit. Apalagi dengan penumpangan tangan yang seketika saja
membawa kesembuhan. Padahal mereka lupa, kesembuhan itu adalah karena kuasa
Tuhan. Dan kuasa Tuhan hanya bisa didapatkan dari iman yang lahir dari hati
yang terdalam.
Saudara,
Tiba-tiba
rombongan itu berhenti, ketika Tuhan Yesus yang berdiri paling depan berhenti
dan bertanya kepada murid-murid-Nya, “Siapa yang menjamah Aku?". Nampaknya murid-murid-Nya kebingungan dengan komentar yang tiba-tiba dari Tuhan
Yesus. Tetapi Tuhan Yesus tidak menghiraukan mereka, Ia berusaha menoleh dan
mencari seseorang.
Namun
karena tidak ada orang yang mengakuinya, Petrus seorang yang sanguine berkata
pada Tuhan Yesus: “Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau” (Ayat 45). Saudara,
sepertinya Petrus ingin berkata mengapa perlu ditanyakan lagi siapakah yang
menyentuh Tuhan Yesus, sebab pastinya kondisi yang berdesak-desakan mengerumuni
Tuhan Yesus dapat dipastikan siapa saja bisa menyentuhNya. Tetapi rupanya ini
bukan sekedar menyentuh saudara, atau secara tidak sengaja tersentuh. Tetapi
sentuhan ini keluar dari iman seseorang yang membutuhkan kuasaNya. Karena itu
Tuhan Yesus berkata: “Aku merasa ada kuasa keluar dari diriKu” (Ayat 46).
Karenanya
ketika perempuan ini menyadari Tuhan Yesus mengetahui perbuatannya, ia begitu ketakutan.
Tetapi disaat yang sama ia juga merasakan kehangatan di daerah perutnya bagian
bawah. Rasa sakitnya seketika hilang dan ia sadar bahwa dia telah menjadi sembuh.
Karenanya
dengan gemetar ia memberanikan diri mendekati Tuhan Yesus. Ia muncul perlahan
di hadapan Tuhan Yesus. Sambil menunduk dan terbata-bata ia menceritakan apa
yang telah diperbuatnya.
Bapak/
ibu yang kekasih
Pertanyaan
bagi kita, mengapa Tuhan memintanya untuk memberikan kesaksian di depan umum?
Apakah hal ini tidak memalukan bagiNya? Jawabannya tidak sama sekali! Sebab, pertama-tama
kesaksian di depan umum ini adalah untuk kebaikanya sendiri. Itu adalah
kesempatan baginya untuk mengakui Kristus dan memuliakan Allah. Seandainya ia
pergi secara diam-diam dari antara kerumunan orang banyak, pastinya ia tidak
akan bertemu dengan Tuhan Yesus secara pribadi atau mendengar perkataanNya yang
memberikan jaminan dan penghiburan.
Karenanya
saat Tuhan Yesus mendapati sosok perempuan itu, di angkatnya wajah perempuan
itu. Dan berkata kepadanya: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan
engkau, pergilah engkau dengan selamat!" (ayat 48).
Saudara,
rupanya inilah alasan mengapa Tuhan Yesus sengaja berhenti dan mencari
perempuan itu. Tuhan Yesus ingin memastikan kepada perempuan itu bahwa bukan
jubahnya yang berkuasa tapi Yesus sendirilah tabib yang agung, dokter yang
ajaib. Hal ini berbeda jauh dengan situasi zaman sekarang. Bagaimana demontrasi
hamba-hamba Tuhan yang tidak bertanggung jawab. Yang melempar jubahnya dan
jemaat menggelepar. Yang menumpangkan tangan dengan alasan memberi kuasa, dan
jemaat terlempar. Sungguh suatu kondisi yang tidak terkontrol bukan?
Tetapi
apa yang dinyatakan dalam Firman Tuhan, selalu membawa damai sejahtera. Ketika
perempuan ini mendapatkan kesembuhan dari Tuhan Yesus, hidupnya dipulihkan. Disinilah
kita ketahui bahwa sekecil apapun peristiwa yang terjadi pada Yesus, pada
akhirnya peristiwa itu memuliakan Tuhan.
Disisi
yang lain, kesaksian ini juga menjadi suatu penguatan bagi Yairus yang sejak
semula berusaha meminta pertolongannya. Sebab di saat Tuhan Yesus sedang
berbicara, tiba-tiba datang serombongan dari keluarga Yairus memberitahukan bahwa
anaknya kini sudah mati.
Saudara,
berita itu bagaikan “petir di siang bolong“ yang mengejutkan Yairus. Berita itu pastinya
sempat membuat dirinya terdiam sejenak. Secara spontan berita itu membuat
harapannya menjadi pupus. Disisi yang lain, interupsi ini bisa merupakan suatu
pencobaan bagi Yairus untuk menerima mujizat Tuhan. Ia bisa saja menyalahkan
perempuan yang telah menginterupsi waktu Tuhan Yesus hingga tidak bisa bergegas
ke rumahnya. Atau ia bisa mengurungkan niatnya membawa Yesus kerumahnya karena
kini harapan itu telah sia-sia.
Namun
semua praduga tersebut dimengerti Tuhan Yesus, karenanya Ia berkata kepada
Yairus: “Jangan
Takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat!” (Ayat 50). Disini
kita mengerti saudara, bahwa Tuhan Yesus sedang mengajar Yairus bahwa persoalan
apapun yang sedang dia hadapi tidak boleh membuatnya kehilangan pengharapan,
karena Tuhan menyertainya. Sebaliknya perkataan Tuhan Yesus tentang: “Jangan Takut,
percaya saja, dan anakmu akan selamat.” Lebih merupakan sebuah
jaminan yang ditawarkan bagi Yairus.
Nyatanya
saudara, pencobaan yang dialami perempuan ini selama dua belas tahun telah
berakhir oleh karena pertolongan Tuhan Yesus. Dan pertolongan yang sama pun
ditawarkan Tuhan bagi Yairus.
Kita
melihat saudara, Tuhan Yesus rela untuk diinterupsi oleh seorang perempuan yang
mengalami sakit pendarahan, dan itu dijadikanNya sebagai suatu kemuliaan.
Perempuan ini menjadi kesaksian tentang kuasa iman.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Suatu
kali, kami tergesa-gesa untuk pergi mengantar anak-anak ke sekolah. Tiba-tiba
kami melihat begitu banyak polisi berdiri disepanjang jalan Ahmad Yani.
Tiba-tiba mobil kami dihentikan oleh seorang polisi. Kami tidak tahu apa yang
terjadi. Sampai seorang polisi mendekat dan meminta kami mengantarkan seorang
korban kecelakaan yang adalah rekan sekerjanya. Seorang polwan mengalami tabrak
lari, bagian dagunya penuh luka yang menganga, darahnya berceceran disekujur
bajunya.
Saudara,
dengan spontan kami putar arah menuju rumah sakit umum. Kami tidak lagi
berpikir anak-anak yang terlambat. Dipikiran kami, bagaimana korban kecelakaan
itu segera ditangani. Hingga sampai di UGD, kami berurusan dengan pihak rumah
sakit dan tepat jam 8.00 kami melanjutkan perjalanan ke sekolah. Saudara, kami
merasa tidak dirugikan dengan peristiwa itu. Justru keberadaan kami, setidaknya
meringankan beban sikorban untuk segera mendapatkan pertolongan medis.
Sidang
jemaat yang kekasih,
Seandainya
Tuhan Yesus tidak bersedia diinterupsi oleh perempuan ini, dan tidak menggubris
kebutuhannya. Mungkin perempuan itu tidak akan pernah mengalami keselamatan.
Dan Tuhan Yesus akan dicap sebagai seorang yang pilih-pilih dalam mengasihi.
Tetapi syukur Tuhan Yesus mengasihi semua orang yang membutuhkan perto-longanNya.
Bagaimana dengan kita? Akankah kita menahan suatu kebaikan kepada seorang yang
tengah membutuhkan pertolongan kita?
Sidang
jemaat yang kekasih, rupanya Tuhan Yesus tidak lupa dengan tujuan pertamanya,
yaitu mengunjungi rumah Yairus dan menyembuhkan anaknya. Karenanya saat Tuhan
Yesus tiba dirumah Yairus, ia mengajak orang-orang pilihanNya, yaitu Petrus, Yakobus
dan Yohanes, suatu jumlah yang memadai untuk menjadi saksi mujizat dan bukan
jumlah orang yang berlebihan yang akan menimbulkan kesan seolah-olah Tuhan
Yesus mau pamer.
Sekali
lagi saudara, tidak selalu mujizat itu dipertunjukkan secara spektakuler.
Disaat orang-orang berniat untuk mencari tahu apa yang Tuhan Yesus ingin
perbuat, justru Tuhan Yesus memintanya untuk menunggunya diluar. Tuhan Yesus
hanya mengajak orangtua anak itu dan beberapa murid pilihanNya saja yang
menyaksikan peristiwa besar itu.
Disini
Tuhan Yesus menghidupkan kembali anak itu melalui suatu perkataan yang
mengandung kuasa, yang berkata: “Hai anak, bangunlah!” (ayat 54). Yang dalam
Bahasa Aram digunakan kata “Talitakum” dan seketika itu juga kembalilah
roh anak itu dan ia pun bangkit berdiri.
Puji
Tuhan saudara, Tuhan Yesus menepati janjiNya. Anak kesayangan Yairus seketika
itu juga hidup kembali. Hal ini dibuktikan dengan tawaran Tuhan Yesus untuk
memberinya makan. Sebab seorang yang telah mati tidak mungkin bisa mengkonsumsi
makanan.
Dan
peristiwa ini, menjadikan kedua orangtuanya menjadi takjub atas kuasa yang
dimiliki Tuhan Yesus. Dan sekaligus merupakan pengalaman kedua dari penyataan
kuasa Tuhan Yesus bagi Yairus. Sebab Tuhan Yesus berkuasa atas penyakit dan
kematian sekalipun.
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan
Kehidupan
yang kita jalani memang merupakan misteri besar yang harus kita jalani. Hidup
layaknya sebuah roda yang terus bergerak berputar. Terkadang kita ada di atas
menikmati kebahagiaan, terkadang kita pun berada di bawah merasakan pahitnya
kehidupan.
Tetapi
saudara, saat harapan kita menjadi pupus, iman kepada Tuhan Yesus akan
menyalakan kembali harapan itu. Namun iman yang dimaksud di sini bukanlah
optimisme yang didasarkan pada kemungkinan. Tetapi Iman yang didasarkan pada
pribadi Allah, pada janji dan kuasa-Nya, bahkan ketika tidak ada lagi
kemungkinan atau pilihan lain.
Tidak
ada problem yang Tuhan tidak bisa bereskan. Bawalah problem saudara kepadaNya
dalam doa dan percayalah bahwa Allah akan bertindak. Kiranya kita menaruhkan
iman dan pengharapan kita hanya pada Kristus saja. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar