HUKUM PERZINAHAN & PERNIKAHAN KUDUS
Matius 5:27-32
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Hari ini kita masih membahas
hukum ke tujuh yang berkata: “Jangan Berzinah” (Keluaran 20:14). Disini saya
tidak akan menguraikannya pembahasan ini dalam sudut pandang Perjanjian Lama. Akan
tetapi pembahasan kali ini, saya ingin mengajak kita untuk lebih fokus melihat
hukum ini dari sudut pandang Perjanjian Baru, bagaimana pengajaran Tuhan Yesus
tentang hukum perzinahan dan Pernikahan yang harus kita pahami. Saudara, pada
saat Tuhan Yesus menyampaikan suatu khotbah di bukit, Tuhan mengkaitkan
khotbahnya dengan hukum Taurat yang dikenal oleh masyarakat Yahudi pada saat
itu.
Dalam pendahuluannya
Tuhan Yesus berkata: “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau Kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk menggenapinya” (Matius 5:17).
Saudara, apa yang dinyatakan Tuhan Yesus disini bukanlah suatu hal yang tanpa
dasar. Sebab Tuhan Yesus tahu, kehidupan agama mereka bukanlah kehidupan rohani
yang sejati. Tuhan Yesus tahu bahwa para ahli Taurat dan orang-orang Farisi
bukanlah pelaku-pelaku firman Tuhan yang hidup (Ayat 20). Oleh sebab itu, Tuhan Yesus ingin
menasehatkan para murid-Nya untuk tidak memiliki hidup keagamaan seperti yang
dimiliki ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Sebaliknya Tuhan Yesus menghendaki
agar setiap murid-murid-Nya dapat memberlakukan firman Tuhan dengan
sungguh-sungguh, yang dimulai dari dalam hati bukan hanya sekedar tingkah laku
lahiriah.
Demikian pula halnya
dengan hukum ke tujuh, mengenai hukum ini, Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
“Kamu telah
mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang
yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di
dalam hatinya” (Ayat 27-28). Saudara dalam pernyataan ini, Tuhan
Yesus tidak mengubah esensi dari hukum Taurat. Sebaliknya Ia sedang berusaha
mengembalikan esensi yang sesungguhnya itu. Sebab di mata Tuhan hukum ini pun
telah dipelintir oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Hanya demi
alasan kepraktisan, maka para ahli Taurat telah menyederhanakan larangan
tersebut menjadi “janganlah
engkau kedapatan berzinah.” Dari sini kita pahami saudara, bahwa
bagi ahli Taurat yang terpenting tidak kedapatan berzinah. Perbuatan zinahnya
sendiri bukan masalah, asalkan tidak ketahuan. Hal ini sama dengan anak-anak
sekolah yang nyontek. Atau sama dengan pejabat yang korupsi. Mengapa mereka
berani berbuat demikian? Karena konsep mereka yang salah yang menganggap
tindakan tersebut bukanlah sebuah dosa yang membawa kepada kematian, terlebih
lagi jika tidak kedapatan.
Jadi saudara,
kenyataan yang seperti ini bagi Tuhan Yesus merupakan hal yang sangat naif.
Begitu rusaknya hati manusia, sehingga berani menurunkan standart moral yang
telah ditetapkan oleh Allah. Di mata Allah, perzinahan adalah sebuah kekejian
yang bukan hanya menyangkut sikap hidup manusia, tetapi tetapi juga menyangkut
sikap hati di hadapan Tuhan. Hati manusia adalah pusat kehidupan. Jika hati
manusia menjadi bengkok, maka segala kehidupannya menjadi rusak.
Tuhan tahu, bahwa
manusia begitu rentan terhadap dosa. Tuhan mengetahui isi hati manusia (Yohanes
2:25). Ia mengetahui bahwa tidak ada seorang manusia pun bebas dari pencobaan,
juga tidak seorang pun yang bebas - paling tidak selama masih hidup - dari
pengaruh dosa. Karena itu Tuhan memberikan sebuah peraturan mutlak dengan menggunakan
larangan yang sangat keras, “janganlah sekali-kali kamu berzinah.”
Saudara, perzinahan
bukanlah karena kepergok berzinah baru dikatakan bahwa dia melakukan dosa
perzinahan. Sebab ketika seseorang berpikir tentang kenikmatan hawa nafsunya,
walaupun hal itu tidak ketahuan, orang itu tetap telah melakukan perzinahan.
Ketika seseorang memikirkan, melamunkan, membayangkan seseorang sehingga hawa
nafsunya meningkat, ia telah berzinah di hadapan Tuhan. Jika
dia memandang orang lain dengan keinginan seksual, atau dengan tangannya meraba
orang lain dengan keinginan yang sama, maka sebenarnya dia sudah berzinah.
Dalam hal ini saudara,
tidak berarti Tuhan Yesus memberikan hukum baru
tentang perkara perzinahan. Tetapi
Tuhan Yesus justru sedang memberikan penekanan tentang
keberdosaan seorang pezinah yang harus dihukum meskipun belum membuahkan
tindakan perzinahan. Kita melihat saudara, bagaimana Tuhan
Yesus menghubungkan
bentuk perzinahan dengan mata. Karena mata merupakan jendela
hati,
terutama bagi laki-laki.
Dalam konteks sekarang, dosa menyusup melalui apa yang kita lihat baik secara langsung di dalam dunia
nyata, ataupun dalam alam pikiran seseorang.
Bapak/ ibu yang
kekasih dalam Tuhan. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan seks. Sebab seks
diciptakan oleh Tuhan. Pada saat Adam dan
Hawa dipersatukan oleh Tuhan. Allah berfirman: “Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging” (Kejadian 2:24). Akan tetapi sejak dosa masuk
ke dalam dunia, dosa merusak segala hal termasuk standart moral yang telah
ditetapkan Allah.
Jadi yang ditekankan
Tuhan Yesus adalah bahwa kita masih hidup di dalam tubuh lama dengan
sifat-sifatnya yang berdosa. Dan kita masih hidup di dalam dunia yang sudah
rusak. Manusia yang berdosa tidak lagi takut kepada Allah. Karena itu saudara,
perintah Tuhan Yesus untuk meniadakan mata dan tangan yang menyesatkan bukan
supaya secara harafiah membuat diri kita menjadi cacat, melainkan supaya kita
secara sadar atas konsekuensi yang bakal diterimanya. Kesucian hiduplah yang
diajarkan Tuhan Yesus kepada kita bukanlah penolakan terhadap hawa nafsu,
melainkan mengendalikan hawa nafsu. Dan pengendalian hawa nafsu untuk mengikut
Yesus, berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang mencemari kesucian hidup.
Dengan demikian, kehidupan moralitas kita dapat
terjaga.
Contoh praktisnya
saudara, kita dapat melihat dalam kasus Daud saat ia
berada di atas sotoh istananya (2
Samuel 11:1-27). Dikatakan “Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari
tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang peremuan sedang mandi;
perempuan itu sangat elok rupanya” (2 Samual 11:2). Kisah Daud dan
Batsyeba ini bermula
ketika Daud tinggal di Yerusalem pada waktu raja-raja biasanya maju berperang
pada pergantian tahun. Pada waktu itu Daud tidak ikut memusnahkan bani Amon
bersama Yoab dan orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Jadi dapat kita bayangkan, bahwa yang tinggal di sekitar istana pada
waktu itu hanyalah para wanita, para budak, beberapa penjaga kota dan istana,
dan Daud sendiri.
Saat matahari mulai condong ke bagian barat, Daud
bangun dari tempat pembaringannya.
Dia
keluar bukan untuk bertugas,
tetapi ia berjalan-jalan di atas sotoh istananya.
Sehingga sore hari itu, semua
rumah-rumah di sekitar istananya, masih nampak. Termasuk apa yang dilakukan
oleh orang-orang di luar rumahnya. Saudara, jika
dia menggunakan kesadarannya yang
takut Tuhan, pastinya dia akan menghindar dari hal itu. Tapi dia yang dilakukan Daud justru berlambat-lambat,
ia membiarkan
matanya berpesta melihat setiap inci tubuh Batsyeba, sampai dia tidak
bisa menolak untuk bisa mendapatkannya.
Bapak/ ibu yang
kekasih,
Dicobai bukanlah dosa. Tapi berlama-lama
melihat itu, bermain-main
dengannya, menggodanya, jelas hal ini tidak bisa ditolerir.
Kita menginginkan sesuatu sehingga kita tidak bisa menolak dosa, maka kita
jatuh ke dalam dosa. Tuhan justru berfirman
agar kita dapat menjauhi nafsu orang muda
(2 Timotius 2:22), maka Tuhan akan
menolong kita mengatasinya ketika
kita taat kepada-Nya. Tapi jika kita melalaikan dan
bermain-main dengannya, kemungkinannya
hanya satu, yaitu kita membiarkan diri masuk ke dalam kehancuran
yang kekal.
Sidang jemaat yang
kekasih,
Dalam hal ini, Batsyeba bukannya tidak
bersalah. Dia mungkin tidak sengaja menggoda Daud, tapi dia tidak hati-hati dan
bijaksana.
Dia justru membiarkan dirinya
bertelanjang di halaman belakang rumahnya,
sehingga dapat dilihat jelas
dari atas sotoh Istana. Pertanyaanya bagi kita, bukankah ia bisa mandi di dalam?
Seandainya ia mandi di dalam, mungkin tidak akan menimbulkan godaan.
Bahkan di masa sekarang
pun, kondisi sepertinya bagi sebagian wanita, kelihatannya belum menyadari
kelemahan pria ada pada mata mereka. Kelemahan wanita ada pada sanjungan dan
kasih sayang. Jika wanita terus menerus diberikan sanjungan dan kasih sayang,
niscaya mereka akan luluh hatinya. Sebaliknya kelemahan seorang laki-laki
terletak pada matanya. Karena itu sebelum laki-laki memutuskan untuk memilih
pasangan yang baik baginya, terlebih dahulu ia akan melihat bagaimana perawakan
seorang wanita.
Nah disini, wanita-wanita Kristen modern, justru
membiarkan diri di dorong masuk ke dalam gaya pakaian dunia yang nampak terbuka.
Karenanya tidak heran saudara, mengapa para pria tidak bisa pikir lain, selain orientasinya
hanya pada seksual. Dalam hal ini saudara, kita
yang sudah menjadi orang tua tidak
boleh gagal mengajar anak-anak
perempuan kita tentang gaya berpakaian yang
baik, terutama saat mereka remaja. Orangtua Kristen
harus mengajar anak perempuan mereka tentang kenyataan nature seorang pria dan arti kesopanan,
kemudian setuju akan standar berpakaian mereka.
Saudara, Perzinahan
selalu mengakibatkan dampak negatif. Daud melakukan dosa perzinahan, maka Tuhan memberikan
hukuman sebagai akibat
dari dosanya
meskipun dia sudah mengaku, bertobat dan dipulihkan. Akibat yang secara langsung harus dia
tanggung adalah Daud harus kehilangan
anak dari hasil perzinahannya dan pedang tidak akan menyingkir dari
keturunannya. Untuk jaman ini dampak negative yang ditimbulkan dari perzinahan adalah terjadinya kehancuran keluarga,
rasa malu dan perasaan bersalah seumur hidup.
Dalam hal inilah Tuhan
Yesus berbicara tentang perzinahan, namun dari sudut pandang yang sebenarnya.
Tuhan Yesus mengajarkan tentang immoralitas seksual yang ditimbulkan dari
perzinahan, bahwa akar dari semua itu terletak di dalam hati. Dikatakan “Setiap orang
yang memandang seorang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan
dia di dalam hatinya“ (Matius 5:28). Dari sini kita melihat saudara
bahwa dosa seksual itu, masuk melalui mata. Karena itu jagalah matamu, agar
tidak tergoda dengan hal-hal yang dapat menyeret kita ke dalam dosa. Sebaliknya
kuasailah matamu di mana pun kita berada, baik itu ketika berada di Mall, di dalam
pesta, ketika di kolam renang atau bahkan ketika di dalam gereja sekali pun –
sebab ada banyak jemaat di luar sana yang pergi ke gereja kurang menyadari
nilai-nilai kesopanan dalam berpakaian – sehingga menyebabkan beberapa orang
jatuh dalam dosa ini. Sebab mata adalah pintu bagi terjadinya dosa perzinahan.
Karena itu bapak/ ibu
yang kekasih,
Hal pertama agar kita
tidak jatuh dalam dosa perzinahan ini adalah menguasai diri dari hawa nafsu
yang cemar. Jangan membiarkan hawa nafsu meluap tanpa
bisa dikendalikan. Tuhan menciptakan kita untuk melakukan apa yang kudus, bukan
apa yang cemar (1 Tesalonika 4:3-8). Kita tidak
pernah dirancang untuk kecemaran. Setiap orang yang membiarkan pikiran-pikiran
cemar terus merasuki dirinya, sebenarnya
dia sedang menghancurkan diri sendiri. Dan barangsiapa yang gagal
melihat orang lain dengan cara yang pantas dan kudus, dia sedang menghancurkan
kemanusiaannya sendiri. Manusia gambaran
Allah harus identik dengan kekudusan. Kecemaran adalah
pekerjaan setan. Kecemaran akan merusak manusia dan merendahkan dirinya ketingkat yang paling bejat!
Tetapi kecemaran tidak akan padam jika terus diberi makan. Jika kita tidak
menghindarkan diri dari segala sesuatu yang cemar, maka kekuatan kita untuk menaklukkan
kecemaran menjadi makin habis dan jerat kecemaran itu akan makin besar atas
kita. Dalam Yohanes 8:34 dijelaskan: “Siapa yang
berbuat dosa adalah hamba dosa”.
Siapa yang berbuat cemar akan dikuasai oleh kecemaran. Jadi saudara, jagalah pikiran yang
suci, hati yang suci, perkataan yang suci, mata yang suci, tangan yang suci,
sehingga seluruh hidup kita boleh dibebaskan dari kecemaran dan hawa nafsu
seksual yang tidak pada tempatnya.
Ketika Tuhan Yesus
berkata: “Jika
mata saudara menyebabkan saudara berbuat dosa, maka cungkillah mata saudara”
(Matius 5:29). Artinya adalah jangan lihat! Bersikaplah seakan-akan
saudara benar-benar telah mencungkil mata saudara serta melemparkannya
jauh-jauh, sehingga saudara tidak lagi terfokus kepada hal yang demikian, yang
menyebabkan saudara berbuat dosa.
Demikian pula halnya dengan
tangan, “Jika
tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena
lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu
dengan utuh masuk neraka” (Matius 5:30). Dari sini kita pahami bahwa
kita dituntut untuk mengendalikan hawa nafsu kita terhadap hal-hal yang
menyebabkan diri kita jatuh ke dalam dosa. Jadi hal yang perlu dilakukan
terhadap orang-orang yang peka sekali terhadap godaan seksual adalah
kedisipinan untuk tidak menjerumuskan diri terhadap godaan tersebut.
Dengan demikian, apa
yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus seratus persen bertolak belakang dengan standart-standart modern
yang menghalalkan segala cara yang kita senangi. Ajaran Tuhan Yesus di dasarkan
pada prinsip bahwa yang kekal lebih penting daripada yang fana, kesucian lebih
penting daripada kebudayaan. Dan bahwa kita harus siap sedia melakukan setiap
pengorbanan dalam hidup ini, jika itu diperlukan untuk menjamin diizinkannya kita
memasuki hidup sesudah ini.
Dosa seks adalah dosa
yang paling sulit melepaskan diri dari cengramannya. Karena dosa ini menawarkan
demikian banyak kesenangan dan kenikmatan. Padahal di dalam kesenangan dan
kenikmatan itu ada maut. Hidup saudara akan hancur jikalau saudara jatuh ke
dalam dosa seksual. Oleh sebab itu hadapilah dosa seks itu dengan satu komitmen
yang sungguh-sungguh. Menyangkal diri dari semua bentuk godaan dengan
menyingkirkan sejauh mungkin segala bentuk yang menyeret kita jatuh dalam dosa perzinahan
ini. Sambil terus menerus meminta pertolongan Tuhan, untuk kita dimampukan
mengendalikan hawa nafsu kita.
Dengan demikian,
kesimpulannya adalah, jika mata saudara menyebabkan saudara berbuat dosa,
jangan lihat. Jika kaki saudara menyebabkan saudara berbuat dosa, jangan pergi.
Dan jika tangan saudara menyebabkan saudara berbuat dosa, jangan jamah itu.
Dengan membatasi diri dan berusaha mengendalikan hawa nafsu kita, maka kita
akan terjaga dalam kekudusan yang dikehendaki Allah. Dengan demikian, kita akan
beroleh bagian dalam Kerajaan Allah.
Dalam ayat 31 dan 32 Tuhan Yesus mengaitkan
dosa perzinahan dengan perceraian. Dalam
ayat ini dijelaskan “Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya
harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang
yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya
berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat
zinah” (Matius 5:31-32).
Sidang jemaat yang
kekasih,
Allah membenci perceraian
(Maleakhi 2:16). Di dalam masyarakat Yahudi ada praktik menceraikan istri.
Meskipun Allah melarang suami menceraikan isterinya, namun bangsa Israel terus
ngotot kepada Musa untuk mengizinkan dengan syarat kepada isteri yang
diceraikannya itu harus diberi surat cerai, yang disaksikan oleh dua orang anggota
keluarga atau sahabat dekatnya. Dalam hal inilah Tuhan Yesus berkata dengan
keras: “Karena
ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak
semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan
isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat
zinah” (Matius 19:8-9).
Bapak/ ibu yang
kekasih,
Kalau kita melihat Ulangan
24:1-4 bagian ini sebenarnya tidak mengizinkan perceraian, tetapi mengatur jika
telah terjadi perceraian. Ulangan 24 adalah
peraturan agar orang Israel menghormati pernikahan. Pernikahan itu adalah kudus. Sebab pernikahan bukan hanya
melibatkan dua orang yang saling mengasihi. Akan tetapi di dalam pernikahan
Tuhan hadir dan memberkati kelangsungan hidup mereka. Di dalam pernikahan ada
janji yang melibatkan Tuhan di dalamnya. Karena itu seorang laki-laki tidak
boleh menceraikan istrinya, tetapi bila ternyata ada perceraian telah terjadi,
maka laki-laki itu tidak boleh mengambil kembali istri yang telah diceraikannya
bila istrinya itu sempat menjadi istri orang lain. Bayangkan
saudara, betapa
rusaknya Israel bila di tengah-tengah mereka pernikahan dapat dibatalkan dan
disambung kembali dengan sebuah surat! Beri surat cerai, lalu menikah dengan
yang lain, kemudian bercerai kembali… ini semua adalah hal yang menjijikkan
bagi Tuhan. Ulangan 24 justru menekankan bahwa siapa pun yang menganggap remeh
relasi pernikahan, dia berdosa besar kepada Tuhan. Jika demikian, Ulangan 24
tidak bisa dijadikan pembenaran untuk adanya izin perceraian dari Tuhan.
Karena begitu rusaknya
masyarakat dan karena praktik perceraian yang begitu umum menjadikan Tuhan pada
akhirnya memberikan peraturan di dalam Ulangan 24 ini. Dosa
ini adalah penyakit yang makin merusak masyarakat kita saat ini. Pernikahan
menjadi ikatan janji yang dianggap enteng dan boleh dilanggar kapan pun. Relasi
seksual dianggap sebagai hak azasi setiap orang yang tidak harus diikat oleh
perjanjian nikah seumur hidup. Kesetiaan seumur hidup menjadi tema yang terus
diabaikan di dalam pesan-pesan populer dalam masyarakat kita. Sebaliknya,
pemuasan gairah seksual menjadi tema yang terus disuarakan!
Tuhan tidak pernah menganggap seks sebagai
hal yang hina. Sebaliknya, relasi seksual begitu agung dan indah di mata Tuhan sehingga melalui
relasi inilah Tuhan menciptakan kehidupan baru ke dalam dunia ini. Kitab suci dengan jelas mengajarkan bahwa suatu komitmen
permanen di dalam pernikahan merupakan rencana Tuhan. Itulah
sebabnya relasi seksual sejati terlalu agung untuk boleh dilakukan tanpa adanya
komitmen seumur hidup. Kesetiaan, komitmen, dan kehangatan relasi pernikahan
tidak boleh dilanggar dan diabaikan.
Dalam Kejadian kita belajar bahwa manusia
diciptakan menurut gambar Allah. Ketika Allah menciptakan manusia, awalnya Dia
hanya menciptakan seorang laki-laki. Allah berfirman bahwa tidak baik jika
laki-laki ini hidup seorang diri, jadi Dia menciptakan seorang isteri baginya.
Adam sangat senang dengan isteri yang telah Allah ciptakan baginya dan pastilah
Hawa sangat bahagia bertemu dengan Adam.
Allah menciptakan
laki-laki dan perempuan untuk saling tertarik, saling membutuhkan, serta untuk
menjalin sebuah hubungan yang berdimensi mental, jasmani maupun rohani. Karena
itu suami dan isteri adalah karunia Allah bagi
masing-masing pihak. Allah bermaksud agar suami dan isteri memiliki hubungan istimewa
satu sama yang lain, lebih dekat daripada semua hubungan yang mereka miliki
dengan orang lain. Alasan terpenting bagi
keberadaan anugerah tersebut adalah kebersamaan. Allah
bermaksud agar suami isteri menjadi sahabat yang mengisi kehidupannya sampai
maut memisahkan mereka.
Hubungan suami isteri harus menjadi
gambaran hubungan Allah dengan umat-Nya. Allah mengadakan kovenan dengan
umat-Nya. Dia berjanji untuk menjadi Allah mereka dan untuk menjadikan mereka
umat-Nya untuk selamanya. Karenanya Pernikahan Kristen bukan sebuah pertemuan
dua kehendak yang kemudian disatukan, akan tetapi lebih merupakan panggilan
Allah bagi kedua insan yang dipersatukan untuk menjalankan fungsinya
masing-masing dengan penuh tanggung jawab di hadapan Tuhan
Tubuh pria berbeda
dari tubuh wanita, karena Allah bermaksud agar suami dan isteri mempergunakan
tubuh mereka untuk menunjukkan kasih satu sama lain. Hubungan
antara suami dan isteri adalah hubungan antar manusia yang paling intim yang
pernah ada. Hubungan ini jauh lebih dekat dari pada hubungan antara orangtua
dan anak atau hubungan antar teman. Karena itu suami isteri mempergunakan tubuh
mereka untuk saling menunjukkan kasih dengan cara yang tidak boleh dilakukan
dengan orang lain.
Berzinah adalah
perbuatan bersetubuh dengan seorang perempuan yang tidak ada hubungan nikah
dengan orang itu. Apakah perbuatan itu berdasarkan suka sama suka atau dengan
membayar untuk jasa itu. Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, mansia memakai
tubuhnya menurut keinginannya sendiri. Dan hubungan seksual yang dilakukan di
luar pernikahan adalah perzinahan. Jika tindakan fisik menjadi patokan, maka
sebenarnya banyak orang yang dapat menaati perintah ini dengan sangat baik.
Akan tetapi Tuhan
Yesus memberikan perintah mengenai jangan berzinah dengan kedalaman yang sangat
esensial. Perzinahan berarti kegagalan menjalankan janji setia di dalam
pernikahan. Janji setia itu adalah janji yang diberikan dari dalam hati. Janji
merupakan suatu komitmen hati yang mengikat hati, perbuatan, dan perkataan seseorang.
Jika perbuatan dan perkataan kita menaati janji, tetapi hati tidak, maka
sebenarnya kita telah melanggar perjanjian.
Tuhan Yesus pun
mengakui bahwa kitab Suci sendiri mengajarkan bahwa immoralitas seksual
merupakan perusak ikatan pernikahan. Menurut kitab Perjanjian Lama, dosa
seksual yang diancam dengan hukuman mati itu akan dengan sendirinya membebaskan
pihak yang dikhianati dari ikatan pernikahan. Walaupun hukuman tersebut tidak
diberlakukan lagi namun pengaruhnya masih berlaku. Kita melihat bagaimana
dampak dari sebuah perceraian, bukan hanya merusak hubungan suami isteri yang
telah dipersatukan Allah. Akan tetapi perceraian lebih banyak merusak generasi
berikutnya, sehingga anak-anak yang bertumbuh dalam keluarga yang tidak
harmonis, akan bertumbuh dalam kepahitan sampai ia dewasa. Sebagian yang lain
ia akan bertumbuh dalam trauma kejiwaan.
Karena itu pada bagian
yang kedua ini yang harus dilakukan adalah memelihara perjanjian nikah dengan
kesungguhan di dalam kasih, kesetiaan, gairah, perasaan cinta yang mendalam,
dan takut akan Tuhan. Jangan menjalani pernikahan yang hanya formalitas. Suami
yang tidak mengasihi istri, meskipun engkau tidak berzinah, tetapi engkau telah
melanggar kekudusan pernikahan. Ini sangat dibenci oleh Tuhan. Istri yang tidak
mau tunduk kepada suami, meskipun engkau tidak berbuat zinah, engkau sudah
menghina Tuhan dengan melanggar perintah-Nya. Ordo ini tidak bisa dibolak
balik. Kegagalan suami istri dalam menjalankan ordo yang ditetapkan Tuhan,
adalah pemicu hancurnya rumah tangga. Karena itu jagalah kesetiaan kita dengan
kehangatan kasih, keintiman, dan kedekatan yang terus dipelihara.
Pernikahan yang mengabaikan hal-hal ini adalah pernikahan yang tidak akan
mempermuliakan nama Tuhan. Pernikahan yang tidak dijaga adalah pernikahan yang
akan mempermalukan nama Tuhan dan menyengsarakan pasangan yang menikah.
Perzinahan adalah
ketika seseorang tidak lagi setia kepada pasangannya di dalam tindakan,
perkataan, hati, maupun gairah. Mungkin dia tidak tidur
dengan orang lain, tetapi hatinya menginginkan orang lain. Mungkin dia tidak
berhubungan dengan orang lain secara seksual, tetapi gairahnya ada pada orang
lain. Mungkin dia tidak memeluk orang lain tetapi perkataannya merayu orang
lain yang bukan pasangannya. Semua ini adalah dosa perzinahan.
Kecemaran hati yang tidak bisa setia, atau
yang tidak bisa menguduskan diri dari hawa nafsu cemar, inilah akar dosa dari
perzinahan. Karena
perzinahan adalah pelanggaran terhadap pernikahan, dan pernikahan adalah janji
yang mengikat seluruh hidup seseorang kepada orang lain. Pernikahan bukan hanya
mengenai relasi seksual, tetapi seluruh hidup, dan karena itu pelanggaran
terhadap pernikahan berarti hukuman mati (Imamat 20:10).
Pernikahan orang
beriman diumpamakan dengan hubungan Kristus
dengan jemaat-Nya. Mereka
menjadi satu daging atau satu manusia. Kita perlu menyelami arti satu daging
atau satu manusia. Mereka sudah satu rumah dan satu tempat tidur pada waktu
mereka menikah. Tiap pihak mengaku bahwa partnernya dijodohkan oleh Allah.
Mereka adalah anak-anak Allah. Mereka memiliki kasih satu kepada yang lain.
Namun mereka adalah pribadi yang berbeda. Di dalam dan oleh pernikahan ini
mereka mengenal satu dengan lainnya, mengetahui kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Lalu semua kelainnan itu dipadukan sehingga mencapai tingkat
yang sepenuhnya dari menjadi satu daging atau satu manusia. Itulah solusi nikah
yang lestari bahkan tidak mungkin dipisahkan, kecuali maut yang memisahkan
mereka. Kiranya melalui kebenaran firman ini, kita lebih berhati-hati dalam
menjaga hati kita di hadapan Tuhan. agar melalui kehidupan kita, kita dapat
mencerminkan kemuliaan Tuhan. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar