PEMBAPTISAN KRISTUS
Matius 3:16-17
(Markus 1:9-11; Lukas
3:21-22; Yohanes 1:32-34)
Sidang
jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Hari
ini kita akan membahas satu topik tentang pembaptisan Yesus oleh Yohanes
Pembaptis. Peristiwa pembaptisan Yesus oleh Yohanes dicatat oleh ketiga Injil
Sinoptik, yaitu dalam Matius 3:1-17; Markus 1:9-11 dan Lukas 3:21-22. Sementara
dalam Injil Yohanes sendiri, rasul Yohanes memasukkan kesaksian Yohanes
Pembaptis secara pribadi dan tentang pengakuannya bahwa Yesus adalah Anak Allah
(Yohanes 1:29-34). Lagi pula kedatangan Yesus untuk dibaptis oleh Yohanes
disajikan secara cukup kontras dengan kedatangan yang orang-orang yang munafik
dari golongan Farisi dan Saduki. Kedatangannya bukan disertai pujian karena
pertobatan yang mereka alami, sebaliknya Yohanes menyebut mereka sebagai keturunan ular
beludak (Matius 3:7).
Saudara,
terkait dengan baptisan Yohanes yang diterima oleh Yesus, banyak menimbulkan
pertanyaan: Apakah maksud dari baptisan yang diterima oleh Tuhan Yesus sama
dengan baptisan yang diterima manusia pada umumnya? Apakah Yesus berdosa
sehingga perlu di baptis? Jika Yesus adalah manusia yang tanpa dosa mengapa
Tuhan Yesus masih perlu menerima pembaptisan Yohanes? Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, ada baiknya kita terlebih dahulu melihat latar
belakang tentang tugas Yohanes pembaptis.
Semenjak
peristiwa kelahiran Yohanes dan Yesus diceritakan dalam pasal-pasal terdepan. Tidak
ada kisah yang dapat kita temukan selain dari kisah saat Yesus berumur 12
tahun. Karenanya kemunculan Yesus dalam peristiwa pembaptisan-Nya adalah awal dari
pelayanan-Nya sebagai Mesias. Selama tiga puluh tahun lamanya baik Yohanes
maupun Yesus belum melaksanakan rencana Allah. Yohanes berada di Yudea membantu
imam Zakharia ayahnya. Sedangkan Yesus Kristus berada di Galilea membantu Yusuf
sebagai tukang kayu. Sebagai anak dari seorang tukang kayu, dengan setia Yesus telah
melakukan pekerjaan-nya sehari-hari dan menunaikan kewajiban-Nya terhadap keluarga-Nya.
Namun setelah sekian lama, Yesus pastinya menyadari bahwa waktunya sudah tiba
bagi-Nya untuk keluar.
Karenanya
sesudah melewati masa tenang itu, “Pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar,
datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia di padang Gurun” (Lukas
3:2). Di sana Allah memberinya perintah tentang apa yang harus
dikerjakannya. Sebab waktunya untuk mengerjakan perintah Allah sudah tiba. Saudara,
Yohanes tampil menjadi pembuka jalan untuk memberitakan pertobatan bagi orang-orang
di Yudea. Inilah ungkapan yang sama seperti yang digunakan untuk nabi-nabi
Perjanjian Lama. Dikatakan: “Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan
menyerukan: ‘Bertobatlah dan berilah dirimu di baptis dan Allah akan mengampuni
dosamu,’” (Lukas 3:3). Tindakan ini sekaligus menjadi penggenapan
akan nubuat nabi Yesaya, tentang orang yang berseru di padang gurun untuk
mempersiapkan jalan bagi Tuhan (Matius 3:3 band. Yesaya 40:3).
Dalam
hal ini terjadi kebangkitan rohani yang besar-besaran di daerah Yudea. Dimana kebangunan
rohani ini terjadi secara terus menerus dan tiap-tiap hari Yohanes berkhotbah
dan setiap hari pula banyak orang yang bertobat dan menyerahkan diri untuk
dibaptis. Dengan cara inilah mereka diberi kepastian akan pengampunan dosa, sebagai
hasil dari pertobatan mereka. Baptisan dilakukan Yohanes Pembaptis melepaskan
mereka dari kuasa dosa, dan memeteraikan mereka dengan anugerah kebebasan atas
kesalaan karena dosa (Band. Yehezkiel 18:30).
Pada
suatu hari Yesus berada di Yudea. Ia menyaksikan kebangkitan Rohani umat Allah
yang begitu luar biasa. Dan Yesus tahu bahwa Yohanes sudah menyiapkan umat
Allah untuk menyambut Mesias. Jalan sudah diluruskan. Jalan itu adalah hati
umat Allah yang diubahkan dalam pertobatan.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Setelah
menyaksikan semua yang terjadi di Yudea, Yesus memutuskan untuk memulai
mengerjakan misi yang dipertanggungjawabkan Bapa kepada-Nya. Dan langkah
pertama yang dibuat-Nya adalah meminta Yohanes untuk membaptis-Nya.
Perhatikan
saudara, dikatakan bahwa Yesus menempuh jarak yang lumayan jauh, yakni dari kota
Nazaret, Galiliea ke daerah Sungai Yordan untuk dibaptis. Karena itu kepergian
Yesus secara khusus ke sungai Yordan untuk dibaptis oleh Yohanes menunjukkan
tekad dan kesungguhan-Nya menuruti kehendak Allah sejak semula, yaitu menjadi
sama dengan manusia tanpa keculi. Sebab ketika Yohanes mengatakan bahwa dialah
yang membutuhkan baptisan, Yesus menjawabnya bahwa pembaptisan atas diri-Nya
bukan masalah kebutuhan tetapi masalah ketaatan-Nya untuk menggenapi
kehendak-Nya.
Pembaptisan
Yesus merupakan tanda awal Allah akan bekerja kembali dan masa anugerah telah dimulai.
Sebab sudah lebih dari 400 tahun Allah berdiam sejak akhir dari masa Perjanjian
Lama. Dalam masa itu, Allah “berhenti
berfirman,” tidak ada nabi yang berbicara atau menulis atas nama
Tuhan. Kehidupan manusia dijalankan berdasarkan kesukaan hatinya. Karenanya
dengan tampilnya Yohanes pembaptis menjadikan dia sebagai nabi Perjanjian Lama
yang hidup di masa Perjanjian Baru.
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Sekalipun
umumnya baptisan Yohanes merupakan tanda sebuah pertobatan (Matius 3:11). Namun
fakta menjelaskan kepada kita bahwa Yesuslah yang datang menemui Yohanes untuk
dibaptis (Matius 3:13). Kalau kita membaca secara sepintas ayat ini, pastilah menimbulkan
pertanyaan besar mengenai apakah Yesus berdosa sehingga Dia minta untuk dibaptis?
Kalau Yesus tidak berdosa, bukankah Ia tidak memerlukan pertobatan? Kalau tadi
dijelaskan bahwa baptisan Yohanes adalah baptisan untuk pertobatan! Jadi untuk apa Yesus harus memberi diri untuk dibaptis
oleh Yohanes?
Bapak/
ibu yang kekasih,
Sebenarnya
jawabannya ada dalam ayat selanjutnya. Dikatakan: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah
sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Matius 3:15).
Saudara perhatikan kalimat ini, tadi Yohanes pembaptis menjalankan tugasnya
sebagai penggenapan dari nubuatan, itu artinya sama dengan menggenapi kehendak
Allah. Sekarang dalam Yesus sendiri juga menyatakan bahwa keinginan-Nya untuk
dibaptis juga untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah. Jadi dalam hal ini,
baik Yohanes maupun Yesus sebenarnya tidak ada yang bertolak belakang satu sama
yang lain. Sebab dua-duanya sama-sama menggenapkan kehendak Allah. Kedatangan Yesus
kepada Yohanes dan memberi diri untuk dibaptis adalah sebagai tanda bahwa Dia
tunduk pada kehendak Allah. Dia dibaptis adalah untuk menggenapkan seluruh
kehendak Allah (Matius 3:15).
Sekarang
yang menjadi pertanyaan kita bapak/ ibu yang kekasih,
Baptisan
yang seperti apa yang diterima Yesus? Saudara, baptisan Yesus bukanlah baptisan
tentang pertobatan, sekalipun saat itu Yohanes pembaptis melakukan baptisan untuk
pertobatan. Baptisan Yesus berbeda dengan baptisan yang diterima manusia pada
Perjanjian Baru, karena kedatangan-Nya adalah untuk menggenapkan kehendak
Allah.
Di
sini kita melihat, Yesus yang adalah Anak Allah, Ia tidak lahir dari dosa
sehingga tidak ada satu dosa pun yang darinya menuntut Yesus harus bertobat. Dia
jelas tidak berdosa, tetapi mengambil bagian dalam hal yang seharusnya dijalani
dan dilakukan orang-orang berdosa. Jadi kedatangan Yesus kepada Yohanes bukan
sebagai orang berdosa yang perlu bertobat. Akan tetapi pembaptisan-Nya lebih
merupakan permulaan resmi dari pelayanan-Nya (Kisah 1:21-22; 10:37-38). Lagi
pula ketaatan Yesus untuk menerima baptisan Yohanes adalah suatu tindakan yang dikehendaki Allah.
Dalam
Lukas 7:29-30,
dijelaskan: “Seluruh
orang banyak yang mendengar perkataan-Nya, termasuk para pemungut cukai,
mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh
Yohanes. Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah
terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes.”
Kita melihat saudara, orang yang dibaptis Yohanes adalah orang yang mengerti
kebenaran Allah, dalam hal ini Yesus juga dibaptis Yohanes, karena itu Dia
pasti mengenal kebenaran Allah.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Dalam
bagian lain, Lukas juga mencatat bahwa pembaptisan Tuhan Yesus dilakukan-Nya
saat Ia berumur “tiga puluh tahun” (Lukas
3:23). Hal ini mengingatkan kita pada kaum Lewi Yahudi yang selalu memulai
tugasnya pada usia tiga puluh tahun (Bilangan 4:3, 35).
Dengan
demikian bapak/ ibu yang kekasih, baptisan yang dijelaskan dalam Perjanjian
Baru selalunya dilakukan sebagai bentuk penggambaran dari kematian, penguburan
dan kebangkitan dengan Yesus. Sedangkan Pembaptisan Tuhan Yesus dalam air
adalah sebuah gambaran dari karya penebusan-Nya di atas kayu salib (Lukas
12:50; Matius 20:22). Justru melalui baptisan, penderitaan-Nya di kayu salib,
Allah telah “memenuhi
semua kebenaran.”
Dengan
demikian, tindakan-Nya ini konsisten dan serasi dengan inkarnasi Yesus yang menjadi
manusia. Dia menjadi serupa dengan manusia dalam segala hal, walaupun Dia tetap
adalah pribadi Yang Suci tanpa dosa. Yesus tidak berdosa tetapi Ia datang untuk
menjadi Juruselamat orang berdosa. Untuk itu Ia perlu menempatkan diri-Nya di
posisi orang berdosa. Demikian pula Yesus dibaptis sebagai symbol dimulainya
pelayanan pengabaran Kerajaan Surga yang dilakukannya dalam periode selama
sekitar tiga setengah tahun hingga Yesus mati disalibkan.
Alkitab
menuliskan bahwa sebelum Yesus dibaptis, Yohanes sudah merasa tidak pantas
untuk membaptis Yesus, karena pikirnya seharusnya Yesuslah yang membaptis
dirinya. Yohanes menyadari bahwa dirinya tidak layak membaptis Yesus, sebab ia
tahu baptisan yang sejati adalah baptisan Roh Kudus yang dicurahkan hanya oleh
Yesus Kristus ke dalam hati orang-orang yang dipilih-Nya. Karena itu ia
berkata: “Lihatlah
Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia, Dialah yang kumaksud ketika
kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang yang telah mendahului aku,
sebab Dia telah ada sebelum aku” (Yohanes 1:29-30). Kita melihat saudara,
bahwa Yohanes Pembaptis memperkenalkan Yesus kepada orang banyak sebagai Anak
domba Allah yang menghapus dosa dunia. Yang kalau kita kaitkan dengan konteks Perjanjian
Lama, Yesus digambarkan sebagai anak domba yang akan dikurbankan maka darahnya
menjadi kurban penghapus dosa. Demikianlah Yesus berperan bagi penebusan
manusia, bahwa Ia menjadi Anak domba Allah. Meskipun Yesus akan datang setelah
Yohanes, namun keberadaan-Nya adalah kekal. Kesadaran Yohanes inilah yang pada
akhirnya tidak menuntut hormat karena dia muncul sebelum Yesus Kristus. Justru
kerendahan hati Yohanes mengisyaratkan kepada kita dua hal penting. Pertama, Yesus, Putera Allah lebih
berkuasa bagi manusia. Ia berkuasa untuk menyelamatkan manusia, Yohanes hanya
menyiapkan orang supaya bertobat dan layak menerima keselamatan dari Yesus
Kristus. Yesus membaptis dengan Roh Kudus, sedangkan Yohanes membaptis dengan
air sebagai tanda pertobatan. Kedua,
Yohanes adalah pribadi yang rendah hati. Ia mengerti tugasnya yaitu mengantar
orang kepada Yesus. Orang yang rendah hati bisa mengenal kelebihan dan
kekurangannya di hadirat Tuhan.
Pembaptisan
Yesus oleh Yohanes kemudian mengundang penyataan Allah Bapa dari langit yang
terbuka. Dituturkan, pada waktu Yesus sudah dibaptis dan keluar dari air,
langit terbuka dan dia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke
atasnya, lalu terdengar suara dari langit yang mengatakan, “Inilah Anak yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 3:17 band. Markus 1:11; Lukas 3:22).
Dalam Injil Yohanes dijelaskan bahwa Yohanes sendiri menjadi saksi hidup yang
menyaksikan bahwa Roh Tuhan turun ke atas Yesus seperti burung merpati (Yohanes
1:32). Itulah tanda bahwa Yesuslah Anak Allah yang akan membaptis manusia
dengan Roh Kudus.
Saudara,
ini adalah hal yang pertama dari ketiga peristiwa yang tercatat ketika Bapa
berbicara dari surga. Peristiwa yang kedua ialah ketika Yesus dimuliakan di
atas Gunung (Lukas 9:28-36) dan peristiwa yang ketiga ialah pada minggu
terakhir sebelum penyaliban-Nya (Yohanes 12:28).
Ketika
Allah berkata kepada-Nya “Engkau Anak-Ku yang Kukasihi; kepada-Mulah Aku berkenan”
(Lukas 3:22). Ucapan ini disusun dari dua teks. “Engkau Anak yang
Kukasihi” berasal dari teks Mazmur 2:7 dan biasanya diterima sebagai
gambaran Raja Mesias. “Kepada-Mulah Aku berkenan” adalah bagian dari
teks Yesaya 42:1, yaitu dari gambaran mengenai hamba Allah yang menderita
sebagaimana dijelaskan dalam Yesaya 53.
Di
sini nampak bahwa Allah Bapa ingin menyatakan secara terbuka kepada semua orang
bahwa pembaptisan Yesus tidaklah sama dengan pembaptisan manusia lain. Apa
kehendak Allah bagi Yesus di dunia ini? Yaitu tidak lain adalah untuk mencari
dan menyelamatkan yang hilang (Matius 18:11; Lukas 19:10). Dengan memberi diri
dibaptis, Tuhan Yesus menempatkan diri-Nya pada posisi orang berdosa. Di sisi
lain, tampilnya Yesus pertama kali di depan public pada saat itu menandai awal
dari masa pelayanan-Nya.
Hanya
Lukas yang menyebutkan bahwa Yesus sedang berdoa ketika diri-Nya menerima
baptisan (Lukas 3:21). Hal ini menunjukkan sebagai Anak Manusia yang sempurna,
Yesus bergantung pada Bapa-Nya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan-Nya dan
itulah sebabnya Ia berdoa.
Saudara
ini menjadi perenungan yang baik bagi kita, Yesus yang adalah Anak Allah, Ia
selalu mengisi kehidupan-Nya dengan doa. Kita banyak menemukan bukti-bukti dalam
kehidupan Yesus, bahwa Ia senantiasa menjalin relasinya dengan Bapa. Masakah
kita yang katanya adalah murid-murid Yesus, tetapi kehidupan kita tidak
meneladani apa yang telah diperbuat-Nya bagi kita. Justru seharusnya, doa
menjadi sebuah kebutuhan rohani bagi kita dalam menjalankan roda kehidupan
kita, baik dalam rumah tangga, dalam pekerjaan ataupun dalam kehidupan
pelayanan.
Yang
berikut bapak/ ibu yang kekasih,
Turunnya
Roh Allah menggenapi tanda yang dinubuatkan bagi Yohanes bahwa Yesus adalah
Mesias, Anak Allah (Yohanes 1:33-34 band. Yesaya 11:2; 42:1; 59:21; 61:1).
Sebagaimana Roh turun atas para nabi Perjanjian Lama pada awal pelayanan mereka
untuk menuntun mereka, demikianlah Roh turun atas Yesus secara luar biasa.
Tentu saja ini berkaitan dengan kemanusiaan Kristus.
Lagi
pula turunnya Roh Kudus ke atas Yesus bukan saja menandakan bahwa dia diurapi
oleh Roh Allah, menjadi sang Mesias, tetapi juga suatu peristiwa pelantikan
Yesus sebagai Anak Allah, sebagai sang Mesias pilihan Allah yang Allah kasihi
dan yang kepadanya Allah berkenan, yang ditugaskan untuk “menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa”
(Yesaya 42:1; bdk. Mazmur 2:1), yakni Taurat yang baru, yaitu
seluruh ajaran dan amanat Yesus yang ditulis dalam Injil Matius, dan disarikan
sebagai Hukum Kasih (Matius 22:37-39).
Dengan
demikian, pembaptisan Yesus bukan merupakan sebuah tanda pertobatan, melainkan
sebuah tindakan identifikasi diri dengan para pendosa, yang didorong oleh kasih
dan keinginan untuk menyenangkan hati Bapa. Maka ketika Allah Bapa berbicara
dari surga, setiap orang akan tahu bahwa Yesus berbeda dengan manusia lain,
karena Dia adalah Anak yang diperkenan Bapa!
Hal
yang tidak kalah penting untuk kita pahami adalah, Baptisan Yesus merupakan
perwujudan yang sangat baik untuk menunjukkan kebenaran tentang Trinitas. 1)
Yesus Kristus, yang dinyatakan setara denan Allah (Yohanes 10:30), dibaptis di
sungai Yordan. 2) Roh Kudus, yang juga setara dengan Bapa (Kisah 5:3-4) turun
ke atas Yesus sebagai burung merpati. 3) Bapa menyatakan bahwa Ia sangat
berkenan kepada Yesus. Jadi kita mempunyai tiga oknum Ilahi yang setara.
Karenanya adalah hal yang sangat bertentangan dengan seluruh Alkitab bila kita
menafsirkan peristiwa ini dengan cara yang lain.
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Pembaptisan
Kristus oleh Yohanes sejatinya tidak sama hakekatnya dengan pembaptisan manusia
pada Perjanjian Baru. Baptisan Yesus lebih menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa
dan demi menjalankan kehendak Allah. Melalui baptisan yang diterima Yesus, kita
beroleh jaminan sekaligus teladan. Jaminan bahwa Yesus sungguh-sungguh datang
dari Allah dan telah menyetarakan diri dengan manusia agar dapat menjadi
Juruselamat yang sejati. Teladan bahwa kita memiliki Tuhan yang taat kepada
kehendak Bapa dan karena itu kita pun harus taat kepada-Nya.
Ketaatan
kepada Tuhan akan memampukan kita untuk mengerti dan melihat rencana Tuhan
dalam hidup. Kita kembali mengingat bagaimana respon Yohanes saat ia bertemu
dengan Yesus di sungai Yordan. Mula-mula Yohanes menolak membaptis Yesus,
karena ia merasa bahwa Yesus jauh lebih besar darinya. Tetapi setelah Yesus
menjelaskan apa yang harus diperbuat Yohanes, Yohanes pun tunduk dan
melakukannya.
Dalam
kehidupan kita, terkadang kita pun menunjukkan keberatan-keberatan atau
bersikeras untuk tidak mentaati Tuhan karena kekurang pengertian kita kepada
rencana Allah. Kita lebih memakai pikiran kita yang terbatas, sehingga kita
tidak mengerti maksud Allah dalam kehidupan kita. Padahal banyak sekali
perbuatan-Nya yang ajaib. Namun saudara, ketika kita belajar untuk taat, Allah
akan membukakan rencana-Nya yang indah sehingga setiap orang yang yang mau
belajar rendah hati dan taat kepadanyalah Allah selalu menjanjikan berkat yang
tidak pernah ia duga sebelumnya.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Ketaatan
membutuhkan pengorbanan, Ketika Yesus menganggap baptisan itu penting untuk
persiapan-Nya menerima pelayanan yang lebih besar, Ia rela berjalan jauh dari
Galilea ke Yordan untuk dibabtis oleh Yohanes. Dengan demikian, Yesus menaati
Bapa-Nya dalam segala hal. Penyerahan diri-Nya membawa-Nya dari puncak
popularitas menuju keadaan dimana Dia akan ditinggalkan, dari keadaan di
elu-elukan orang banyak menuju pada penderitaan dan kesendirian.
Oleh
karena itu marilah dengan kerelaan hati kita taat kepada Tuhan dalam segala
hal, karena kita tahu bahwa terlalu besar jumlah berkat-Nya kepada kita untuk untuk
dihitung (Mazmur 40:6). Percayalah kepada Tuhan, sebab Dialah yang memegang
kendali. Dengan demikian kita bisa berserah, tidak khawatir atau menjadi stress.
Jangan pernah merasa kecewa, marah, atau kecil hati ketika rencana kita tidak
seperti yang kita harapkan. Sebaliknya percayalah kepada Tuhan maka Ia akan menyediakan
yang lebih baik bagi kita.
Kiranya
melalui peristiwa pembaptisan Kristus ini, meneguhkan keyakinan kita akan
Ke-ilahian Yesus sehingga setiap aspek kehidupan kita hanya berpusat kepada
Dia. sekaligus menyadarkan kita bahwa Kristus benar-benar Anak Allah yang
menguasai hidup kita sepenuhnya. Melalui pembaptisan-Nya kiranya juga menyadarkan
kita bahwa Dialah Mesias, Raja yang diurapi Allah dan bahwa dalam hal ini bukan
hanya mencakup kuasa dan kemuliaan-Nya, melainkan penderitaan dan penyalibannya.
Sebab salib yang menimpa Yesus bukannya tanpa disadari sebelumnya; sejak semula
Ia telah menyadarinya, dan untuk itulah Ia memenuhi seluruh tuntutan Allah.
Baptisan memperlihatkan kepada kita bagaimana Yesus meminta pengesahan Allah
dan menerima salib yang ditentukan bagi-Nya. Dan terbukanya surga merupakan pengakuan Ilahi
terhadap kedudukan Yesus sebagai Anak Allah. Dialah Mesias yang sejati.
Bapak/
ibu, saudara yang kekasih,
Bagi
kita yang hadir dan belum menyerahkan diri untuk dibaptis, kiranya firman ini
juga semakin meyakinkan kita akan kasih Allah yang telah dinyatakan-Nya dalam
Kristus Yesus. Sehingga dengan iman yang teguh kita dapat menyatakan diri untuk
menerima baptisan. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar