PIKULLAH SALIBMU DAN
IKUTLAH AKU
Markus 8:34-38;9:1
(Matius 16:24-28; Lukas
9:22-27)
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan
Malam
hari ini kita akan membahas satu topik yang sangat penting untuk kita pahami,
yaitu tentang bagaimana syarat-syarat mengikut Yesus. Saudara, mengapa syarat
mengikut Yesus begitu penting untuk kita pelajari? Karena bagi saya, syarat
yang diajukan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya ini, sekarang sudah banyak
dipelintir oleh sebagian orang, oleh hamba-hamba Tuhan yang tidak bertanggung
jawab. Oleh pelayan-pelayan gereja sendiri. Setuju atau tidak, sering kita temui
fakta yang sangat menyedihkan, dimana gereja mengumbar promo-promo yang
menggiurkan banyak orang untuk datang dan mengikuti kebaktian. Dalam kebaktian,
mereka mengajarkan bahwa “jika orang mengikut Yesus maka semua masalah akan beres,
jika orang yakin bahwa dirinya adalah anak raja maka minta apa saja kepada-Nya
maka Allah akan memenuhinya.”
Kita
melihat saudara, teologi kesuksesan dan teologi kemakmuran rasa-rasanya sudah banyak mencekoki
gereja-gereja saat ini, sehingga dengan iming-iming bahwa “dengan mengikut Tuhan Yesus, maka hidup
kita akan menjadi sukses, hidup kita akan makmur. Jika hidup kita tidak
sukses-sukses juga itu artinya saudara belum memprak-tekkan iman, saudara masih
menyimpan dosa yang mengganjal untuk meraih kesuksesan.” Ini sebuah
kengerian saudara. Bagaimana kebenaran Alkitab diputar balik sedemikian rupa
seakan-akan menjadi sebuah doktrin kebenaran bagi mereka yang haus akan
kebenaran. Ini kejahatan rohani yang banyak dimunculkan gereja-gereja saat ini.
Kalau
kita kembali kepada Alkitab, rasa-rasanya tidak pernah Allah menjanjikan
sesuatu dapat diraih dengan mudah. Kalau kita melihat kembali ke masa PL, tidak
pernah kita temui orang-orang Israel dengan mudahnya memasuki tanah Kanaan.
Justru kenyataannya sebaliknya, yang walaupun secara jarak perjalanan bangsa
Israel dari tanah Gosyen di Mesir menuju tanah Kanaan tidak terlalu jauh,
tetapi mengapa Allah membuatnya berputar-putar hingga 40 tahun lamanya. Mengapa
Allah mengijinkan kesulitan datang dalam kehidupan mereka. Jawabanya tidak lain
adalah untuk mengajar bangsa Israel memahami dengan benar siapa Allah yang
memimpin mereka, bagaimana karakter Allah dalam membentuk bangsa Israel yang
tegar tengkuk menjadi sebuah bangsa yang sesuai dengan rencana Allah.
Begitu
pula, dengan apa yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus. Tawaran untuk mengikut Tuhan
Yesus juga bukan jalan yang mudah untuk di tempuh. Tuhan Yesus tidak pernah
menjanjikan suatu jalan mulus bagi para pengikutnya. Jalan-Nya selalunya disertai
dengan tantangan dan hambatan, sebab pada kenyataan yang demikianlah Tuhan Yesus
diutus, yakni “Mesias
harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” (Lukas 24:26).
Maka Tuhan Yesus menegaskan kepada kita: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia
tidak layak bagi-Ku” (Matius 10:38). Sehingga seruan kepada setiap
orang yang mau mengikut Kristus, mau tidak mau mereka harus melintasi jalan
yang telah dilalui-Nya, yaitu jalan penyangkalan diri dan memikul salib.
Salib
adalah lambang penderitaan (1 Petrus 2:21; 4:13), kematian (Kisah 10:39), kehinaan
(Ibrani 12:2), cemoohan (Matius 27:39), penolakkan (1 Petrus 2:4) dan
penyangkalan diri melambangkan kesediaan untuk menderita bagi orang lain. Kita
melihat saudara bahwa Kristus telah memberikan teladan bagi kita dan sebagai
murid-murid-Nya, kita harus meneladani apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita.
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Demikian
pula pada konteks bacaan kita kali ini. Pada teks ini dijelaskan bahwa ketika
Tuhan Yesus berada di sekitar Kaisarea Filipi (Markus 8:27). Tuhan Yesus mulai
mengajar mereka tentang penderitaan-Nya. Ini adalah pemberitahuan pertama
tentang penderitaan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya dan dilanjutkan dengan
penjelasan mengenai syarat-syarat mengikut Yesus. Saudara, rupanya untuk dapat
menjadi pengikut Yesus, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi setiap
pengikut-Nya. Dan syarat ini sangatlah irasional bagi manusia lama kita, sangat
tidak masuk di akal sebab bagi manusia lama hal mengikut Yesus seperti ini
sangatlah tidak menguntungkan. Manusia lama tidak mungkin mau untuk diajak
menyangkal diri, karena mereka diajar untuk menonjolkan keakuannya,
keegoisannya, hawa nafsunya apalagi untuk memikul salib. Bagi dunia salib
adalah suatu kebodohan.
Kita
melihat dari gambaran Petrus yang menarik Yesus ke samping dan menegur Dia, seolah-olah
berusaha untuk menghentikan dan menghalangi Yesus. Saudara Petrus mendekap
Gurunya karena tidak tahan mendengar bahwa Yesus yang dikasihinya harus menanggung
banyak penderitaan. Sebab bagi Petrus kematian yang mengerikan yang akan
dialami oleh Tuhan Yesus sangat tidak cocok dengan martabat seorang Mesias.
Tetapi
saudara, jalan pikiran Petruslah yang sebenarnya tidak cocok dengan
maksud-maksud Allah. Usaha Petrus agar Tuhan tidak pergi ke salib sama dengan
pencobaan di padang Gurun. Dalam hal ini iblis dengan sangat licik memakai
salah satu murid terdekat Kristus (Band. Lukas 4:13). Karena itu Tuhan Yesus
menegurnya dengan keras.
“Enyahlah Iblis,
sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang
dipikirkan manusia” (Markus 8:33). Dari sini kita melihat bagaimana
Petrus menjadi gambaran sebagai seorang yang tidak mengerti dengan baik dan
tidak mempertimbangkan dengan semestinya maksud dan nasihat Allah.
Bapak
ibu saudara yang kekasih,
Yesus
tahu “bahwa
Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat lalu di bunuh dan bangkit sesudah hari
yang ketiga” (Markus 8:31). Karena itu salib merupakan aspek yang
diperlukan dalam karya Mesias. Dalam hal ini Dia sadar bahwa Dia harus
menanggung banyak penderitaan. Dan fakta tentang kematian dan kebangkitan Yesus
akan menjadi bukti yang paling menyakinkan mengenai keberadaannya sebagai
Mesias dari Allah. Karena itu kewajiban Kristus adalah memenuhi maksud Allah
sebagaimana terungkap dalam di dalam kitab
suci. Kematian Yesus merupakan suatu tragedy, tetapi bukan suatu kebetulan;
sebab Dia sedang menggenapi rencana penebusan Allah.
Sekarang
dalam arah memper-siapkan iman para murid-Nya, Tuhan Yesus mengajukan sebuah
syarat yang harus dipenuhi setiap pengikut-Nya untuk mereka boleh siap dalam
mengikut Yesus.
Yesus
berkata: “Setiap
orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan
mengikut Aku.” Saudara, kalimat ini adalah sebuah ajakan yang terbuka
bagi siapa saja yang mendengar-Nya, bahwa mereka yang hendak mengikut Dia akan
di berikan sebuah syarat, yaitu “penyangkalan diri dan memikul salib.”
Para
murid mengikuti sang Guru ketika Dia memanggil mereka (Matius 5:11), tetapi
pada waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa karier-Nya akan berakhir di salib.
Mereka masih berpikir tentang penaklukan dan kuasa (Lukas 22:24). Karena itu
pernyataan ini merupakan peringatan penting bagi para murid untuk mengevaluasi
ulang harga untuk menjadi murid-Nya.
Sekarang
kita melihat satu demi satu aspek-aspek dari syarat mengikut Yesus.
1. Menyangkal diri
Menyangkal
diri adalah tidak mengakui hak atas diri sendiri, atau sama artinya dengan menyalibkan
ke-ego-an hidup kita. Kita harus menyerahkan segala yang ada pada diri kita
kepada Tuhan. Pada saat kita percaya Tuhan, saat itu juga kita menjadi orang yang
lahir baru. Kita tidak lagi berhak untuk memutuskan kehidupan kita. Sebaliknya
kita harus menolak dosa dan kehidupan yang lama dan mulai menjalani kehidupan
yang baru di dalam Tuhan (2 Korintus 5:17).
Tuhan
Yesus harus di atas segala-galanya. Kita harus memiliki hubungan yang baik
dengan-Nya. Menyangkal diri bukan sekedar tidak mau memakan makanan yang kita
sukai tetapi kita harus menyangkal ke-ego-an dan sifat-sfat yang buruk yang
pada diri kita. Menjadi murid berarti mau untuk mempertaruhkan seluruh dirinya,
maka harus bersedia untuk menanggalkan haknya untuk mengorbankan diri dan
mempersembahkan hidup hanya untuk Tuhan Yesus. Menyangkal diri adalah
pengendalian diri, mau jujur menilai diri sebagai respon iman kepada Tuhan,
bahwa kita dipanggil bukan untuk keinginan duniawi tetapi untuk keinginan
Tuhan.
Dengan
demikian, Tuhan Yesus tidak berusaha untuk memikat orang dengan menawarkan jalan
yang mudah; sebaliknya Ia berusaha menantang mereka dengan membangkitkan
semangat yang sedang tidur, dengan menawarkan jalan yang lebih tinggi dan lebih
sulit. Ia datang bukan untuk membuat hidup menjadi mudah, melainkan untuk
membentuk manusia yang mulia.
Sekarang
pilihannya ada pada kita, mau hidup menyangkal diri atau hidup untuk keinginan
kita yang mementingkan diri sendiri. Yang jelas kedua pilihan itu akan
menentukan nasib akhir kita kemudian. Saat kita sadar bahwa kita mau menjadi
murid Tuhan Yesus itu artinya kita siap untuk menyangkal diri kita. Kita harus
memilih keselamatan dan kebahagiaan jiwa kita melebihi urusan dunia apa pun.
2. Memikul salib
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Menurut
para ahli, Yesus memikul salib yang berukuran 3 meter dengan berat 15 kg sampai
ke tempat yang ditentukan yaitu Bukit Tengkorak. Di dalam Perjanjian Baru salib
adalah lambang yang memalukan dan hina. Orang-orang Roma menggunakan salib
bukan hanya untuk menyiksa seseorang tetapi juga untuk mempermalukan orang di
tempat umum. Salib adalah lambang kehinaan bagi orang yang disalibkan karena
orang yang disalibkan dianggap sebagai orang keji. Bagi orang Yahudi, salib
adalah lambang kutukan.
Namun
salib sebenarnya adalah lambang hubungan antara manusia dengan Allah. Melalui
salib manusia diperdamaikan dengan Allah karena setelah manusia jatuh ke dalam
dosa manusia telah terpisah dengan Allah. Manusia yang sudah diperdamaikan
dengan Allah tidak hidup menurut daging lagi. Karena itu memikul salib sama
artinya dengan merendahkan diri, rela menanggung beban yang berat namun kita
tidak sendirian dan salib bagi kita bukanlah pencobaan atau kesulitan. Yesus
membuat beban kita menjadi ringan (Matius 11:28-30).
Memikul
salib juga sama artinya dengan siap menerima konsekuensi untuk kehilangan nyawa
untuk mengikut Yesus. Ketika salib itu diletakkan dibahu kita untuk dipikul,
apakah kita akan tetap setia menjadi murid Yesus?
Salib
adalah penderitaan yang harus ditanggung sebagaimana Kristus juga telah
mengalami-Nya. Saudara, Kelihatannya memikul salib adalah beban yang begitu
berat sehingga banyak orang Kristen tidak mau memikul salibnya, padahal dalam
kita memikul salib, kita tidak memikulnya sendirian. Sebab tuntutan ini berlaku
bagi semua yang mau mengikut Yesus. Justru dengan salib yang kita pikul, mengajar
kepada kita untuk tetap fokus pada tujuan hidup kita.
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kekristenan
tak dapat dipisahkan dari penyangkalan diri dan memikul salib. Apa maksudnya?
Penyangkalan diri berarti harus menyalibkan segala keinginan daging kita, rela
meninggalkan dosa dan berkomitmen untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Dalam
memikul salib kita itu artinya kita menderita dalam perjuangan seumur hidup
melawan dosa (Roma 6:1-23; 1 Petrus 4:1-2) dengan menyalibkan semua keinginan
yang berdosa (Roma 6:1-23; 8:13; Galatia 2:20; 6:14; Titus 2:12; 1 Petrus 2:11,
22-24).
Dengan
memikul salib berarti juga kita menderita dalam peperangan terhadap Iblis dan
kuasa-kuasa kegelapan sewaktu ita memajukan Kerajaan Allah (2 Korintus 10:4-5;
6:7; Efesus 6:12; 1 Timotius 6:12). Kita mengalami baik perseteruan dari Iblis
dengan pasukan setannya (2 Korintus 6:3-7; 11:23-29; 1 Petrus 5:8-10) maupun
penganiayaan yang datang dari perlawanan kita terhadap para guru palsu yang
memutarbalikkan Injil yang benar (Matius 23:1-36; Galatia 1:9; Filipi 1:15-17).
Memikul
salib berarti harus rela dibenci dan dimusuhi oleh dunia ini karena nama Yesus.
Dikatakan, "...siapa
yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya"
(Markus 8:35). Kita menanggung kebencian dan ejekkan dari dunia
(Yohanes 15:18-25; Ibrani 11:25-26) ketika bersaksi dengan kasih bahwa perbuatan
itu jahat (Yohanes 7:7), dengan memisahkan diri kita dari dunia secara moral
dan rohani dan menolak semua norma dan falsafahnya.
Bahkan
dengan memikul salib mungkin kita juga akan menerima ejekan dan penganiayaan
dari dunia (Markus 8:31). Memikul salib juga berarti mengalami penderitaan
karena nama-Nya. Dengan demikian, mengikut Kristus dibutuhkan komitmen yang
tinggi, yang tidak bisa dibuat setengah-setengah. Tuhan Yesus tidak sedang
menjebak kita dengan sebuah umpan yang mencelakakan kita dengan iming-iming
mengikut Dia.
3. Mengikut Tuhan
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Yang
terakhir aspek dari syarat mengikut Yesus adalah kita mengikut Tuhan. Mengikut
Tuhan artinya kita mentaati dan melaksanakan segala yang diperintahkan Tuhan.
Segala perintah Tuhan ada di dalam Alkitab. Untuk dapat mengikut Tuhan dengan
baik maka kita harus setia dan taat kepada apa yang ditulis oleh Firman Tuhan. Mengikut
yang dimaksud adalah tetap secara terus-menerus. Sehingga kerelaan untuk mengikut
Yesus berarti taat mengikuti dan melakukan perintah Tuhan Yesus. Menerima Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat tidak hanya menuntut percaya akan kebenaran
Injil, tetapi juga menyerahkan diri kita untuk mengikuti Dia dengan
pengorbanan.
Jadi
yang harus kita mengerti adalah, tuntutan Tuhan Yesus supaya kita dapat
mengikuti Dia adalah tuntutan yang relevan bukan hanya pada masa Ia hidup
secara fisik di dunia, tetapi juga sepanjang waktu. Ia dengan jelas menyatakan
ini di akhir pelayanan-Nya di bumi. Bahwa sekarang Ia telah menyatakan
kebenarannya bahwa Ia mengalami kematian, dan setelah hari yang ketiga Ia
bangkit dari kubur dan kembali kepada Bapa-Nya.
Implikasinya
bagi kita saudara, bahwa mengikut Yesus berlaku pada saat kita mengikrarkan
iman kita, sampai Tuhan Yesus datang kembali, dan Ia berharap murid-murid-Nya
di dunia dapat mengikuti Dia. Jadi mengikut Yesus tidak dibatasi dengan
berjalan secara fisik di sekitar Palestina di belakang Yesus. Sebaliknya, Tuhan
Yesus menuntutnya untuk setiap orang di tiap negara di tiap zaman dapat
mengikuti Dia sepanjang umurnya. Dengan demikian, mengikut Yesus berarti
melanjutkan pekerjaan-Nya yang telah dimulai-Nya untuk kemuliaan Bapa di sorga.
Mengikut
Yesus berarti bahwa kita turut dalam penderitaan-Nya. Dari zaman ke zaman
merupakan fakta bahwa konsekuensi mengikut Yesus sering berbentuk aniaya dari
dunia ini. Meski sekarang konsekuensi itu belum tentu harus kita pikul dalam
bentuk fisik, tapi banyak bentuk penderitaan memang harus kita tanggung.
Namun
demikian, ketiga hal di atas bukanlah persyaratan keagamaan karena keselamatan
kita. Kita disela-matkan bukan karena perbuatan tetapi semata-mata karena
Anugerah Allah. Ini adalah sifat kehidupan Kristen yang bukan hanya terjadi
pada saat kita menjadi orang Kristen tetapi adalah seumur hidup. Sepanjang
hidup kita harus melakukan yaitu jalan salib kita. Karena itu pikullah salibmu
dan ikutlah Aku, itulah yang Tuhan Yesus tuntut dari setiap kita yang percaya
kepada-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar