Kamis, 24 November 2016

JANGANLAH KHAWATIR AKAN ANCAMAN MANUSIA

JANGANLAH KHAWATIR AKAN ANCAMAN MANUSIA
Matius 10:16-33
(Markus 13:9-13; Lukas 12:2-9, 21:12-19)


Sidang jemaat yang kekasih,
Beberapa minggu sebelumnya kita sudah belajar bagaimana kehidupan manusia selalunya diliputi oleh perasaan takut atau pun kuatir, takut akan kebutuhan pangan yang tidak tercukupi, takut akan kebutuhan sandang yang kurang layak, atau takut akan kebutuhan papan kita tidak memadai, dan kita diingatkan saudara, untuk tidak kuatir dan takut terhadap semuanya itu. Karena Allah yang kita sembah adalah Allah pemelihara kehidupan kita. Dan jika Allah adalah pemelihara hidup kita, maka Ia pun akan mencukupkan segala kebutuhan hidup kita.
Saudara, hal yang seringkali juga menjadi sumber kekuatiran manusia, adalah kita sering menjadi takut dengan ancaman manusia. Kita perlu tahu bahwa menjadi menjadi orang Kristen bukan berarti kita akan terhindar dari yang namanya penderitaan. Sebab Tuhan sudah memberikan syarat, bahwa setiap orang yang mau mengikut Yesus, ia harus terlebih dahulu menyangkal diri, memikul salib lalu mengikut Yesus (Matius 16:24; Markus 8:34, Lukas 9:23). Dalam hal ini, saya tidak akan kembali mengulas pembahasan tentang hal mengikut Yesus, akan tetapi hari ini saya ingin lebih memfokuskan pembahasan kita mengenai konsekuensi yang bakal kita terima sebagai pengikut Yesus, yaitu bahwa setiap orang percaya pastinya akan diperhadapkan dengan yang namanya penderitaan, penganiayaan bahkan pembunuhan.
Dalam hal ini, Tuhan menggambarkan keadaan kita seperti “seekor domba yang berada di tengah-tengah srigala, dan Tuhan menghendaki kita untuk dapat bersikap cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Band. ayat 16). Kondisi ini memang sulit untuk kita pikirkan, bagaimana seekor domba harus berada di tengah-tengah srigala. Mungkin dunia akan berpikir bahwa analogi ini sama artinya dengan bunuh diri. Sehingga pikiran dunia pada akhirnya sudah meracuni sebagian dari orang Kristen.
Karenanya tidak heran saudara, kalau banyak orang percaya berusaha untuk menghindari kenyataan pahit ini. Daripada harus menelan pil pahit, bukankah lebih baik minum suplemen. Suplemen itu lebih enak, suplemen itu menyehatkan. Nah, kalau pil pahit, jangankan meminumnya, mencium baunya saja semua orang menghindar. Akhirnya mereka punya konsep, daripada mati konyol bukankah lebih baik hidup happy ya ya ya, happy ye ye ye. Sehingga tidak heran saudara, jika pada akhirnya banyak anak Tuhan yang lebih menyenangi nasihat-nasihat yang menjanjikan penghiburan, khotbah-khotbah yang ringan dan menghiburkan. Sebab konsep berpikir mereka adalah karena mereka sudah penat dengan kesibukan pekerjaan mereka, kalau pun mereka datang ke gereja adalah bukan untuk diajak untuk berpikir, bukan mau diajar untuk memahami kehendak Tuhan, tetapi lebih untuk mencari kepuasan batin. Mereka mencari pengkhotbah-pengkhotbah yang bisa menyenangkan hati mereka, daripada harus menjalani kenyataan hidup yang pahit. Nah, kalau hanya mau mencari kepuasan hati, untuk apa panggil pengkhotbah, panggil saja komika-komika ternama yang bisa “standup komedy” sehingga gereja bisa menghadirkan lelucon yang menyenangkan hati. Sebab pengkhotbah sejati tidak pernah berusaha menyenangkan hati jemaat, tetapi selalunya menyenangkan hati Tuhan.
Di sinilah letak permasalahannya, saudara! Mengapa banyak jemaat ogahogahan datang beribadah? karena mereka tidak mau belajar dari Tuhan! Mengapa banyak orang asal mencari Tuhan? karena sebenarnya mereka tidak mau di atur Tuhan! Sebab kalau kita kembali membaca baik-baik apa yang disampaikan Tuhan Yesus, sebenarnya di sana jelas dikatakan bahwa Tuhanlah yang menghendaki kita masuk ke dalam dunia. Perhatikan frase “Lihat, Aku mengutus kamu…” Saudara, kalimat ini jelas menyatakan bahwa atas kehendak Tuhanlah kita masuk ke dalam dunia dan tinggal di dalam dunia. Tuhan mengutus kita ke tengah-tengah dunia bukan untuk berleha-leha, untuk bersantai-santai, tidak! Tetapi Tuhan mengutus kita untuk belajar menelan pil pahit. Karena itulah Ia menggambarkan “seperti seekor domba di tengah-tengah srigala.”
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Apa yang bisa diharapkan dari kawanan domba yang lemah, tidak berdaya, dan yang tidak bisa melindungi diri di tengah-tengah kawanan srigala yang buas? Selain mereka akan hidup dalam kegelisahan, mereka akan terus mengembik karena ketaktan dan akhirnya ia menjadi mangsa srigala hingga mati tercabik-cabik? Tetapi kondisi ini tidak sama artinya dengan mati konyol. Karena kita tidak sendirian, Ia akan selalunya berada di dekat kita. Dalam hal ini, sebenarnya Tuhan ingin mengingatkan kepada kita, inilah kondisi dunia yang harus dihadapi anak-anak Tuhan.
Saudara, dunia tidak lagi memandang kita sebagai bagiannya, sebab dunia tidak lagi melihat bagian diri kita yang lama, karena itu mereka membenci kita (ayat 22). Namun ketika kita sadar bahwa Tuhan Yesuslah yang mengutus kita, seharusnya ini menjadi penghiburan bagi kita. Sebab jika Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya pasti juga Ia akan melindungi dan meneguhkan mereka.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Saat kita menerima Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamat, bukankah kita tidak membayar harga apapun. Persembahan dan perpuluhan yang kita berikan kepada gereja, bukan sebagai pengganti bahwa kita telah membayar jasa Tuhan. Terlalu picik jika kita memikirkannya demikian. Alkitab dengan tegas mengatakan kepada kita bahwa kita ditebus bukan dengan perak atau emas, melainkan  dengan darah Kristus yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat (1 Petrus 1:18-19). Karena itu tidak ada seorangpun yang berjasa menggantikan pengorbanan Kristus. Namun ketika kita mulai mengikut Yesus ada harga yang harus dibayar. Dan ketika kita mulai melayani Yesus, kita harus membayar segala-galanya. Tetapi itu tidaklah seberapa, jika dibandingkan dengan kehormatan yang dipikul para hamba-Nya kini dan kemuliaan yang kelak diberikan pada kita (Roma 8:18).
Dan tujuan peringatan yang diberikan Tuhan Yesus ini adalah bukan supaya kita menjadi mundur dari panggilan kita. Justru sebaliknya, Tuhan menghendaki kita agar memiliki satu keberanian untuk mengatakan kebenaran dengan jelas dan terbuka. Kita dituntut Tuhan untuk menyadari konsekuensi yang bakal kita hadapi sebagai anak Tuhan dan bersiap-siap untuk menghadapinya.
Karena itu saudara, setiap kita dipanggil untuk bersikap cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Apa maksudnya saudara? Maksud dari “cerdik seperti ular” berarti kita dituntut untuk waspada dan tidak lengah. Waspada betapa jahatnya orang-orang yang belum kenal Tuhan. Namun demikian, Tuhan Yesus mempunyai kasih yang sempurna. Sehingga sekali pun Dia tahu betapa jahatnya manusia, Dia tetap rela datang ke dalam dunia dan melayani manusia.
Jadi saudara, setiap pengikut Kristus harus tahu betapa jahatnya manusia. Jika mereka tidak menyadarinya, bayangkan betapa mudahnya mereka kecewa dan putus asa ketika akhirnya mereka tersadar bahwa dunia memang sangat kejam.
Kita memang tidak dipanggil untuk memakai kekuatan fisik ataupun senjata militer untuk menghadapi penolakan dan serangan dari penguasa-penguasa dunia. Sebaliknya kita dipanggil untuk memakai senjata Ilahi, yaitu pimpinan Roh Kudus (ayat 19-20). Sampai di sini, kita melihat ternyata mengikut Tuhan itu sangat mengerikan. Di dalamnya penuh aniaya dan penuh bahaya. Apakah ini berarti lebih baik kita tidak usah mengikut Dia? Tidak saudara!
Sekarang mari kita lihat, siapakah manusia yang ada di dunia ini yang bebas dari aniaya dan bahaya? Apakah presiden bebas dari aniaya? Begitu ada revolusi para pemberontak itu akan menganiaya, bahkan membunuh presiden yang terguling. Ada banyak sejarah membuktikan kepala-kepala negara yang harus mengakhiri masa jabatannya karena tuntutan ini. Salah satunya kasus yang baru-baru ini terjadi dimana Senat Brasil pada Rabu (31/8/2016) melengserkan Presiden Dilma Rousseff dari posisinya karena dinilai melanggar undang-undang anggaran negara. Dengan demikian, berakhir sudah kekuasaan partai bergaris kiri, Partai Buruh, yang selama 13 tahun terakhir berhasil menempatkan kadernya di posisi tertinggi di negara dengan perekonomian terbesar kawasan Amerika Latin tersebut.
Apakah tentara bebas aniaya? Mereka justru menjadi target senjata tentara lawan. Para tentara diutus negara menjadi garda terdepan, yang siap melindungi negaranya dari serangan musuh. Jadi pastinya mereka sudah bersumpah untuk rela mati bagi negaranya. Siapakah manusia di dunia ini yang bebas dari bahaya dan aniaya? Saya rasa tidak ada! Itu sebabnya bodoh sekali kalau orang Kristen menjadi takut mengikut Tuhan karena takut acaman bahaya. Terlalu banyak orang penakut di dunia ini, karena itu jangan lagi kita menambah-nambah jumlahnya dengan menjadi salah satu orang penakut.
Sebaliknya, biarlah kita “tulus seperti merpati” maksudnya adalah dalam memberitakan Injil, kita tidak boleh bertujuan yang salah apalagi mengkompromikan isi beritanya. Kita adalah marketing-marketing Allah yang dipanggil untuk menjadi saksi-Nya. Kita dipanggil untuk menyaksikan bagaimana Allah berkarya di dalam kehidupan kita, bagaimana Allah memelihara kita, bagaimana Allah memilih dan menyelamatkan kita. Dengan berani kita mengakui Yesus adalah Raja kerajaan surga di hadapan semua manusia (32). Maka Tuhan Yesus pun akan mengakui kita di hadapan Allah Bapa. Justru dengan ketulusan seperti merpati ini, akan mencegah mereka dari cara yang berdosa untuk meloloskan diri dari bahaya tersebut.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Tuhan Yesus sudah mengingatkan bahwa orang-orang yang tidak takut Tuhan akan membenci, memfitnah, menghukum, menyiksa, dan mempermalukan utusan-utusan Tuhan. Bukan saja orang-orang fasik itu memiliki rencana jahat, mereka juga mempunyai akses kepada pemerintah dan pemimpin-pemimpin sehingga mereka pun melawan para murid. Sebagian akan dibenci tanpa alasan, sebagian difitnah dan dianggap penjahat. Sebagian dianiaya, sebagian bahkan dibunuh. Sebagian lagi akan dikejar-kejar dan harus hidup di dalam pelarian. Mereka begitu membenci anak-anak Tuhan yang selalunya memberitakan kabar pentingnya pertobatan dari dosa-dosa mereka.
Tetapi, dikatakan di dalam ayat 23, “Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.” Maksudnya adalah sebelum kehabisan tempat berlindung, Tuhan sudah datang memberikan pertolongan-Nya. Saudara, Tuhan memang tidak menjanjikan akan meloloskan mereka dari bahaya, sebaliknya Tuhan menghendaki kita untuk bersikap waspada terhadap rencana jahat, yang sekalipun pada akhirnya kita harus tertangkap dan diadili, tetapi Tuhan mengatakan bahwa Roh Kudus akan memberikan kekuatan kepada kita untuk terus bersaksi. Roh Kudus akan secara aktif senantiasa menyertai mereka. Faktanya saudara, sejarah membuktikan, sejak para Rasul itu tersebar, sejak anak-anak Tuhan semakin menderita, sejak Injil makin ditekan, tetapi kasih karunia Tuhan tidak pernah berkurang. Bahkan kalau kita mau hitung-hitungan sampai hari ini, pekerjaan Tuhan semakin banyak tersiar ke belahan bumi.
Dalam hal inilah Tuhan ingin mengingatkan murid-murid-Nya bagaimana mereka menghadapi sistem dunia ini. Ini adalah tugas yang sangat berat, tetapi Tuhan terus menjanjikan penyertaan-Nya. Kesadaran akan penyertaan Tuhan yang melampaui hidup dan mati, menjadi kunci kemenangan bagi kita yang percaya.
Karena itu saudara, tiga kali Tuhan menegaskan kepada setiap murid-murid-Nya agar mereka tidak takut terhadap semua itu, yakni dalam ayat 26-27, 28 dan 31.
Mari kita perhatikan perintah pertama Tuhan Yesus dalam ayat 26-27, ini merupakan perintah ganda kepada para murid-Nya agar mereka tidak perlu takut. Dikatakan “Jadi janganklah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah.” Maksudnya adalah Tuhan Yesus ingin menyatakan dengan secara gamblang bahwa para pelayan Tuhan, para pemberita Injil tidak perlu takut. Kebenaran pasti akan menang. Karena itu mereka harus tetap setia kepada Firman Allah, berkhotbah secara terang-terangan, tegas dan dengan berani. Kalau ada orang Kristen yang mengalami aniaya, sengsara dan bahkan sampai harus mati syahid karena imannya, maka ia harus ingat bahwa harinya akan tiba ketika semuanya akan tampak jelas bagaimana adanya. Dan pada hari itu juga kepalsuan kekuatan di penganiaya akan nyata, dan kepahlawanan saksi kristiani akan nyata dan masing-masing akan mendapatkan ganjaran.
Saudara inilah yang dirasakan oleh Paulus, bagi Paulus menderita bagi Kristus bukanlah sebuah kerugian. Justru “ia menghendaki agar setiap pembaca tahu, bahwa apa yang terjadi atasnya justru telah menyebabkan kemajuan Injil. Sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa ia dipenjarakan tidak lain oleh karena Kristus” (Band. Filipi 1:12-13). Dari sini kita melihat saudara, karena perjumpaannya dengan Kristuslah, saat ia melihat kembali ke belakang, semua yang ia lakukan dianggapnya sebagai sampah. Ia tidak pernah menyesal untuk menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadinya, terlebih harus menderita bagi Kristus. Dari sinilah Paulus mengambil satu kesimpulan yang sangat tepat ketika ia mengatakan “Karena bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21).
Perintah kedua dalam ayat 28, “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” Ayat ini secara sederhana ingin menjelaskan bahwa tidak ada hukuman yang dikenakan oleh manusia kepada manusia lain, yang dapat dibandingkan dengan nasib akhir dari manusia yang bersalah karena tidak taat dan tidak setia kepada Tuhan. Dengan kata lain, memang benar manusia bisa membunuh jasmani manusia yang lain, tetapi kutukan dan hukuman Tuhan atas manusia akan mematikan baik jasmani maupun jiwa manusia.
Karena itu saudara, maut bukan saja berbicara soal kematian jasmani, tetapi maut yang sesungguhnya yang dimaksudkan Alkitab adalah keterpisahan manusia dari hadapan Allah. Keterpisahan ini begitu mengerikan sehingga Anak Manusia pun menjerit mewakili manusia yang berdosa, “Eloi, Eloi, lama Sabaktani?” yang berarti “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46; Markus 15:34). Saudara, dalam konteks ini, Allah sebagai Bapa memang tidak meninggalkan diri-Nya (Lukas 23:46); tetapi Allah Sebagai Hakim harus memisahkan diri dari Dia apabila Dia akan mengalami kematian rohani menggantikan manusia berdosa. Karenanya saudara, kita yang telah mengenal kebenaran, seharusnya kita tidak takut terhadap ancaman manusia yang ingin mengambil nyawa kita, karena Tuhan telah terlebih dahulu berjanji akan menjamin kita. Sebaliknya, takutlah kepada Allah sebagai Hakim yang akan menghakimi semua manusia, baik yang telah mati ataupun yang masih hidup. Ia akan menghukum setiap manusia yang berdosa dengan hukuman kekal-Nya. Karenanya tidak ada alasan untuk kita tidak setia kepada Tuhan. Seharusnya kenyataan ini semakin menambah kecintaan kita kepada Tuhan.
Perintah ketiga dalam ayat 31, “Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” Perintah ini didasarkan pada kepastian akan penyertaan dan perhatian Tuhan. Kalau burung pipit saja yang harganya sangat murah dipelihara dan diperhatikan oleh Tuhan, apalagi hidup manusia. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa Allah Bapa sanggup memelihara hidup dan Dia juga yang menentukan hidup matinya seseorang. Hidup kita dianggap begitu berharga sehingga rambut di kepala kita pun terhitung semua (ayat 30). Tuhan tidak akan meninggalkan kita dalam keadaan apa pun. Jika demikian, mari kita berjanji untuk tidak meninggalkan Dia dalam keadaan apa pun.
Di dalam ayat 32 Tuhan Yesus memperingatkan bahwa takut kepada manusia hingga menyangkal nama Yesus adalah dosa yang sangat besar. “Setiap orang yang mengakui AKu di depan manusia, Aku pun akan mengakuinya di depan Bapa-ku yang di sorga.” Karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk dapat mengelak dari kenyataan, dengan alasan takut mati sehingga kita, menyangkal nama Tuhan Yesus?
Karena itu saudara, bahwa keberanian dan keteguhan hati para utusan Sang Raja itu bukanlah suatu hal yang tanpa dasar. Keberanian dan keteguhan mereka itu didasarkan pada keyakinan, bahwa apa pun yang terjadi mereka tidak akan dapat terlepas atau hanyut keluar dari perlindungan kasih Allah. Mereka tahu bahwa segenap waktu hidup dan matinya ada pada tangan Tuhan. Mereka tahu bahwa Allah tidak akan meninggalkan atau mengkhianati mereka. Mereka tahu bahwa mereka selalunya disertai dan dilindungi oleh pemeliharaan Tuhan. Kalau demikian keadaanya, masihkah kita harus takut? Dan kalaupun memang masih takut, kepada siapakah kita harus takut?
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan, 
Tuntutan Yesus ini berlaku bagi siapa saja, dari generasi ke generasi. Faktanya ada begitu banyak alasan untuk kita tetap menaati Tuhan dengan penuh sukacita dan keberanian. Mari layani Tuhan dengan mengabarkan firman-Nya. Mari layani Tuhan dengan tulus dan tidak ada motivasi egois apa pun. Mari layani Tuhan dengan kesadaran betapa bahayanya dunia tempat kita berada ini. Mari layani Tuhan dengan kesadaran bahwa Tuhan akan memimpin, menyediakan jalan, menyertai, dan menjaga hidup kita. Sebab Tuhan Yesus sudah berkata: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang (Matius 10:34). Maksudnya adalah pedang kebenaran yang akan memberi hidup kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu jangan pernah kita takut terhadap ancaman dunia, sebaliknya “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibrani 10:25). Kiranya Firman Tuhan ini menguatkan kita sekalian. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar