TAHUN BARU
TAMBAH MAJU
Yeremia
17:5-8
Sidang jemaat
yang kekasih didalam Tuhan.
Memasuki tahun yang
baru ini, pastinya kita memiliki segudang harapan yang kita panjatkan kepada
Tuhan. Harapan tentang sesuatu yang baik, yang bakal terjadi didalam kehidupan
kita di hari depan. Entah itu kehidupan yang lebih tentram, lebih sejahtera.
Usaha yang lebih lancar, dll.
Saudara, tidak
salah kalau kita memiliki harapan-harapan yang demikian! Karenanya setiap manusia
pastinya mengharapkan segala yang baik terjadi dalam kehidupannya.
Namun dari
sekian banyak harapan-harapan yang sudah saya sebutkan tadi, apakah ada
diantara kita yang berdoa, agar ditahun yang baru ini, agar kerohaniannya
semakin lebih baik? Semakin mencintai Tuhan? Ataukah kita hanya terfokus dengan
kebutuhan-kebutuhan jasmani kita saudara. Kira-kira, manakah yang menjadi
prioritas dalam kehidupan kita?
Saudara, baru-baru
ini saya melihat sebuah tayangan di TV tentang wawancara singkat antara seorang
wartawan dengan seorang artis Indonesia yang cukup terkenal. Wartawan tersebut
menanyakan kepada sang artis tentang apa yang menjadi prioritas utama dalam
hidupnya. Kemudian sang artis yang kebetulan beragama Kristen ini menjawab
bahwa prioritas utamanya tahun ini adalah karirnya, sebab karir itulah akan
menjamin masa depannya. Karena itu ia berharap agar ditahun baru ini, kariernya
bisa tetap cemerlang.
Sidang jemaat
yang kekasih didalam Tuhan.
Memiliki
harapan merupakan sebuah cita-cita mulia yang dimiliki seseorang. Karena tanpa
harapan, maka seseorang akan menjalani kehidupan seperti seekor ikan yang mati,
yang terbawa arus air. Ia akan pergi kemana arah air itu mengalir, tanpa ada
sedikitpun keinginan untuk melawannya.
Karenanya sangat
disayangkan saudara, jika ada seseorang yang hidupnya hanya menyerah kepada
arus dimana dia berada. Pastinya ia seorang yang malang.
Karena itu yang
mesti kita mengerti adalah, siapa yang kita andalkan dalam hidup ini, siapakah
yang kita percaya dapat menjadi jaminan masa depan kita?
Permasalahannya
adalah, ternyata banyak orang Kristen yang masih menaruh harapan dan mengandalkan
diri sendiri untuk mencapai sesuatu, sehingga mereka bekerja banting tulang
agar masa depan mereka bisa lebih sejahtera.
Bisa jadi mereka,
mengandalkan karirnya, uang tabungannya, pekerjaan yang sementara digeluti.
Karena bagi mereka, semua yang dikerjakannya maksimal atau tidak, tergantung
dari hasil usaha mereka.
Sidang jemaat
yang kekasih,
Pertanyaan yang
mendasar bagi kita adalah, benarkah semua yang kita kerjakan, semua masa depan
kita tergantung dari hasil usaha kita semata-mata?
Kenyataannya dalam
pembacaan Firman Tuhan tadi, Yeremia justru mendahului pengajarannya dengan
sebuah peringatan keras akan hal ini. Bahwa ternyata Tuhan tidak senang dengan
seseorang yang selalu mengandalkan kekuatan diri sendiri atau kepada kekuatan
manusia untuk memperoleh masa depannya. Perhatikan kalimat didalam ayat 5, dengan keras Tuhan berfirman, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang
mengandal-kan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan.”
Saudara coba
kita perhatikan 3 frase dalam ayat 5-6 dan kemudian coba kita bandingkan dengan
ayat 7-8. Ada kaitan antara apa yang menjadi harapan seseorang dengan apa yang
menjadi pegangan hidupnya:
Yeremia
17:5-6
|
Yeremia
17:7-8:
|
|
Premis Mayor
|
Orang yang
mengandalkan manusia
Orang yang
mengandalkan kekuatannya sendiri.
|
Orang yang
mengandalkan Tuhan
Orang yang
menaruh harapan pada Tuhan
|
Premis Minor
|
Hati yang
jauh daripada Tuhan.
|
Ia seperti
pohon yang ditanam di tepi air.
|
Silogisme
|
Mengalami
kutukkan Tuhan.
|
Menerima
berkat dari Tuhan.
|
Dari sini kita
melihat bahwa orang yang mengandalkan Tuhan akan jauh lebih berbahagia dibandingkan
dengan orang yang mengandalkan diri sendiri atau manusia. Mengapa saudara?
Sebab akhir kehidupannya sangat berbeda. Orang yang mengandalkan diri sendiri
atau manusia ujung-ujungnya akan semakin jauh dari Tuhan, dan kalau sudah
demikian, ia tinggal mengalami kutukan Tuhan.
Saudara kita
bisa membandingkan dengan Firman Tuhan dari Matius
6:21, yang mengatakan “Karena di mana
hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Artinya apa saudara? Orang
yang focus hidupnya hanya tertuju pada harta, maka seluruh hati dan
perhatiannya akan tertuju pada harta.
Karena itu
sangat berbeda dengan orang yang mengandalkan Tuhan saudara, ujung-ujungnya mereka
akan seperti pohon yang ditanam ditepi aliran air, ia akan memiliki kualitas
hidup yang lebih baik sebab pusat hidupnya bukan kepada berkat, tetapi pada
sipemberi berkat yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.
Karena itu sebagai
orang yang telah lahir baru, seharusnya pilihannya jatuh kepada hidup
mengandalkan Tuhan. Karena hanya Tuhanlah satu-satunya yang harus menjadi
sumber pengharapan dan jaminan masa depan kita.
Saudara,
Jika kita
mengerti bahwa plihan terbaik adalah pada kehidupan yang mengandalkan Tuhan.
Timbul satu pertanyaan baru, yaitu bagaimana caranya kita dapat mengandalkan
Tuhan?
Mengandalkan
Tuhan bukan berarti kita tidak perlu bekerja dengan giat dan tekun. Firman
Tuhan mengajarkan kepada kita untuk bekerja dengan giat dan tekun agar bisa
berhasil. Tetapi pekerjaan yang kita lakukan bukanlah jaminan atau sumber
pengharapan kita di masa depan. Pekerjaan hanyalah saluran berkat dari Tuhan. Sebab
sumber berkat dan jaminan hidup itu sendiri asalnya dari Tuhan yang empunya
langit dan bumi.
Di dalam
Amsal 10:22 dijelaskan kepada kita
bahwa: “Karena berkat Tuhan sajalah orang
menjadi kaya, kerja keras tidak dapat menambah harta.”
Saudaraku, Ada
seorang pemuda ditanya oleh rekannya tentang tujuan hidup. Saat itu ia sedang
duduk dibangku SMA, katanya:
Jojo: “Di,
kira-kira tahu tidak untuk apa kamu sekolah?” Lalu tanpa berpikir, si Andi
menjawab:
Andi: “Ya
pasti supaya pandailah..” jawab Andi ringan.
Jojo: “Trus
kalau sudah pandai untuk apa?” Tanya Jojo lagi.
Andi: “Kalau
kita pandai, kita dapat memilih jenjang kuliah yang kita mau, mungkin kita bisa
mendapat beasiswa.”
Jojo: “Trus
kalau sudah kuliah dan mendapat beasiswa, kamu mau apa lagi Andi?” Tanya
rekannya lagi.
Andi: “Ya…
Pastinya kita bekerja dong..” Jawab Andi
yang sudah mulai emosi.
Jojo: “Nah,
kalau sudah bekerja, terus mau apa lagi.” Tanya rekannya lagi.
Andi: “Gini
sob gue jelasin ya, Kalau gue sudah kerja, gue pasti nikah sob, punya rumah,
terus punya anak, dan menikmati hidup..”
Jojo: “Oh, …
jadi kalau sudah kerja, lu nikah, punya rumah, punya anak, nikmati hidup, hanya
itu? Atau ada yang lainnya John?” Sekarang John benar-benar
mulai marah. Kemudian dia berdiri memandang rekannya dengan seksama.
Andi: “Kalau
semuanya sudah didapat, lalu gue senang, sekarang tinggal tunggu matilah.”
Mendengar ucapan Andi yang emosi, kemudian Jojo mendekati Andi dengan lemah
lembut.
Jojo: “Jadi
inti dari semua yang lu dapat, lu cuma nunggu mati, kalau gue jadi lu, gue
kagak mau”
Andi: “Memangnya
lu punya pilihan lain apa?”
Jojo: “Pasti
punya Di, gue mau hidup gue menyenangkan Tuhan, apapun yang nantinya bakal gue dialami,
gue yakin, semua yang Tuhan beri itu yang terbaik yang gue terima. Sebab hidup
bukan cuma untuk hari ini dan didunia ini. Tetapi kita juga perlu mikir
kehidupan diakhirat nanti. Jadi dari pada gue mati sia-sia, lebih baik gue
mikir yang terbaik dari sekarang.”
Sidang jemaat
yang kekasih,
Banyak orang
tidak terpikirkan untuk hidup mengandalkan Tuhan. Karena kesibukan, dan focus
hidup yang dijalani di dalam dunia, membawa mereka lebih melihat pada apa yang
bisa mereka nikmati dalam hidup.
Begitu pula
dengan Hamba-hamba Tuhan, saudara. Jangan kira, Hamba-hamba Tuhan bisa secara otomatis
pasti bisa mengandalkan Tuhan dalam hidup mereka. Kenyataannya, banyak yang
masih menaruh pengharapan kepada karir rohani/ pelayanan yang mereka bangun
sehingga tidak sedikit diantaranya yang terjadi perpecahan akibat kasus pencurian
domba antar gereja. Bila seorang Hamba Tuhan itu benar-benar mengandalkan Tuhan
sepenuhnya dalam melayani, maka seharusnya ia tidak akan takut dan marah bila
ada jemaat/ domba yang digembalakannya dicuri oleh gereja lain. Sebaliknya dia
harus memikirkan bagaimana caranya merawat dan memelihara dombanya dengan pola
dan gizi yang lebih baik.
Saudara,
Kenyataannya,
kehidupan yang kita jalani tidak selamanya berjalan sesuai harapan. Ada kalanya
kita menikmati berkat yang melimpah, namun juga tidak jarang kita diijinkan
Tuhan mengalami hal-hal sulit dalam kehidupan kita. Namun, bagi orang yang
percaya kepada Tuhan saudara. Kita tidak perlu merasa cemas dan putus asa. Atau
mulai meragukan janji pemeliharaanNya. Akan tetapi melalui masalah yang kita
hadapi itu saudara, kita diajar mengenai arti mengandalkan Tuhan yang sebenarnya.
Seandainya, kita tidak pernah mengalami pergumulan dan situasi terjepit, maka
akan sulit untuk bisa memahami arti mengandalkan Tuhan. Justru hanya setelah
melewati pergumulan demi pergumulan dan ujian demi ujian itulah, maka kita akan
benar-benar bisa berserah dan sepenuhnya berharap kepadaNya.
Karena itu
saudara,
Letak
permasalahan sebenarnya adalah pada apa yang kita genggam dalam hidup ini. Setuju
atau tidak, pada dasarnya setiap kita merupakan penyembah-penyembah berhala
dimana berhala tersebut adalah diri kita sendiri. Saat ini berhala yang perlu
dibuang dari hidup orang Kristen bukanlah berupa patung atau pohon keramat
melainkan diri sendiri. Seperti Ambisi, karir, keinginan daging dan keangkuhan
hidup merupakan berhala yang harus dihancurkan bila kita ingin dipakai oleh
Tuhan dengan lebih efektif.
Karena itu, musuh
terbesar kita bukanlah iblis, melainkan nafsu kedagingan kita. Sebab Iblis bisa
masuk dan mempengaruhi manusia hanya jika ia diberi celah dan kesempatan. Ketika
manusia merasa lengah dan kehilangan arah, disitulah Iblis masuk dan menggoda
mereka. Karena itu tepatlah Firman Tuhan di dalam Yakobus 1:14-15, yang
mengatakan: “Tetapi
tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat
olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan
apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut”.
Karena itu
saudara-saudaraku yang kekasih,
Bila kita ingin
dipakai Tuhan untuk menjadi berkat dan mengubah dunia maka kita harus terlebih
dahulu mati terhadap diri sendiri. Kematian terhadap diri sendiri merupakan
kunci utama bila kita ingin dipakai menjadi saluran berkatNya. Bukan talenta
atau karunia yang utama melainkan hati yang dipersembahkan sepenuhnya yang
dapat dipakai menjadi alatNya.
Dan untuk bisa
mati terhadap diri sendiri maka Tuhan mengijinkan penderitaan/ salib yang harus
kita pikul. Proses kematian dengan disalib merupakan proses kematian yang
paling menyakitkan diantara cara kematian lainnya. Jadi jangan heran kalau dalam
mengikut Kristus maka kita akan mengalami penderitaan yang sangat menyakitkan.
Karena itu hal
yang paling mengerikan ketika Tuhan Yesus disalibkan bukanlah siksaan secara
jasmani. Melainkan untuk sesaat Tuhan Yesus harus ditinggalkan oleh Bapa karena
murka Allah yang harus ditanggungNya.
Sidang jemaat
yang kekasih,
Tuhan memang mengijinkan
setiap masalah dan ujian datang dalam kehidupan kita. Dengan satu harapan agar
kita bisa semakin mengakar pada firmanNya dan mengandalkanNya sepenuhnya dalam
hidup ini. Karena itu tujuan utama Tuhan memanggil kita adalah agar kita bisa
menjadi berbuah sehingga dunia bisa melihat kemulianNya yang terpancar lewat kehidupan
kita. Hanya Tuhanlah satu-satunya sumber berkat dan harapan bagi masa depan
hidup kita.
Bapak/ Ibu
saudara yang kekasih,
Dari sini kita
dapat menarik kesimpulan sekalipun dunia akan berguncang, bisnis boleh saja
pasang surut, ekonomi boleh menjadi krisis, tetapi iman pada Firman Tuhan harus tetap ada
dan berbicara pada setiap anak-anak Tuhan. Seperti halnya Firman Tuhan yang
kita renungkan ini, yang mengatakan: "Diberkatilah orang
yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!. Ia akan seperti
pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang
air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau,
yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan
buah." (Yeremia 17:7-8).
Saudara,
Memang banyak
di antara umat Tuhan yang saat ini tidak dapat bangkit dari tengah-tengah ujian
dan pencobaan. Sebab, mereka hanya hidup di alam nyata dan membiarkan keadaan
menguasai mereka. Sebagai orang yang mengandalkan Tuhan, seharusnya kita jangan
membiarkan keadaan yang menguasai kita, tetapi kitalah yang seharusnya
mengendalikan keadaan. Dan kita yang mau berusaha mengendalikan keadaan,
terlebih dahulu kita mesti menyerahkan segenap pengharapan kita hanya kepada
Tuhan.
Jadi jika
akarnya dalam dan kuat, sebuah pohon tidak perlu kuatir dengan angin kencang,
pasti akan tetap kuat berdiri. Bila kita kuat dalam hidup dan selalu
mengandalkan Tuhan, saya rasa tidak ada masalah/ problem apapun yang dapat
menghancurkan kita. Asalkan setialah serta tinggallah dan andalkan Tuhan!
Karena itu, pastikan
tetap semangat dan kuat selalu dalam Tuhan dan Dia pasti menjadikanmu berhasil.
Biarlah ditahun baru ini, kita dapat semakin maju, bukan hanya berbicara soal
hal-hal lahiriah kita, tetapi yang terutama adalah maju didalam iman kita
kepada Tuhan didalam Yesus Kristus. Andalkanlah Tuhan, maka Ia akan menguatkan
dan meneguhkan hatimu. Serta mengubah cara pandang pesimis dengan cara pandang
yang lebih optimis.
Dua ayat diatas
yang ditulis oleh nabi Yeremia merupakan ayat-ayat favorit yang menjadi
pegangan hidup saya. Sudah dari belasan tahun yang lalu saya membaca dan merenungkan
ayat-ayat tersebut.
Semakin hari
saya semakin mengerti bahwa memang mengandalkan Tuhan dalam hidup ini merupakan
kunci untuk hidup diberkati dan berhasil.
Dan saya yakin,
itu juga yang menjadi jawaban dari setiap pertanyaan kita saudara. Bahwa kunci
untuk hidup yang diberkati dan berhasil adalah terletak pada mengandalkan Tuhan
dalam hidupnya.
Untuk
mengakhiri renungan kita pagi ini, saya ingin memutarkan sebuah klip yang dapat
menginspirasi kita. Sehingga ketika kita menapaki hari-hari di tahun yang baru
ini, kita dapat semakin maju di dalam Tuhan.
Selamat menjalani Tahun
baru, dan biarlah kita semakin tambah maju. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar