MENGAPA KITA HARUS BERDOA, KALAU TUHAN MAHA TAHU?
Kejadian 18:16-33
Rekan-rekan
pemuda yang kekasih,
Suatu
kali saya mendapati satu buku yang berjudul “Pemburu Tuhan!,” karangan Tommy Tenney. Dalam
buku ini dijelaskan bahwa “Seorang pemburu Tuhan adalah orang yang merindukan
hadirat Tuhan sehingga ia memburu hal-hal yang mustahil dengan harapan bahwa sesuatu
yang sulit ditangkap akhirnya dapat diperoleh.
Penulis
mengumpamakan seorang anak yang memburu orang tuanya sehingga lengan ayah yang
sangat kuat merangkul pemburunya. Pemburu menjadi mangsa; yang diburu menjadi
penangkap. Kemudian dia mengutip sebuah ayat yang ditulis oleh Rasul Paulus "...melainkan
aku mengejarnya kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya karena aku pun telah
ditangkap" (Filipi 3:12).
Kemudian
saya juga menemukan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Vania Larissa yang
berjudul “Doa
Mengubah Segala Sesuatu.” Dalam
lagu ini dituliskan bahwa “Saat keadaan sekelilingku, ada di luar kemampuanku. Ku
berdiam diri mencari Mu. Doa mengubah segala sesuatu. Saat kenyataan di depanku Mengecewakan perasaanku, kumenutup mata memandang Mu. Sbab doa mengubah segala
sesuatu.”
Saudara,
dua contoh diatas seolah-olah ingin mengatakan bahwa kehendak Tuhan bisa kita
ubah berdasarkan kehendak kita. Namun, pertanyaannya, benarkah pernyataan ini?
Apakah ini sesuai dengan pengajaran Alkitab?
Jika
kita kaitkan dengan sifat Allah yang maha tahu, pertanyaan lain akan muncul. Kalau
memang Tuhan kita itu Maha Tahu, apakah Tuhan tidak konsisten dengan
keputusan-Nya saat Dia berinteraksi dengan Abraham? Kalau Tuhan Maha Tahu,
untuk apakah kita harus berdoa lagi? Bukankah kehendakNya pasti akan terjadi dan
bukan kehendak kita.
Rekan-rekan
yang saya kasihi dalam Tuhan,
Berbicara
soal doa, kita mengerti bahwa doa adalah sarana komunikasi yang Tuhan berikan
kepada manusia. Manusia diciptakan Allah menurut gambar Allah, sehingga ia
diberikan kemampuan untuk berhubungan dengan penciptanya. Dalam Alkitab banyak
sekali kita dapatkan tokoh-tokoh yang menjalin relasi dengan Tuhan. Misalnya dalam
Kitab Kejadian, nama Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub, berulang kali disebutkan dimana
mereka mendirikan mezbah dan mempersembahkan korban bakaran.
Juga
Daud, Hana, Naomi dan Yeremia, mereka berkeluh-kesah dan meratap kepada Tuhan
untuk bermacam-macam pergumulannya. Dengan kata lain saudara, di sinilah letak
kepentingan doa dalam kehidupan umat-Nya.
Disisi
yang lain, Tuhan memakai sarana spiritualitas ini untuk menyampaikan pesan-Nya
kepada manusia. Seperti ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Ia datang mencari
untuk menghakimi dan memberikan jalan keluar bagi manusia. Hal inilah yang
terjadi dengan kota Sodom dan Gomora yang penuh dosa dan kekejian, sehingga Ia
mau berbicara kepada Abraham tentang maksud-Nya.
Pertanyaan
kita, siapa yang berinisiatif dalam memulai pembicaraan? Ternyata memang bukan
Abraham yang memulai mengajukan permintaan kepada Allah, melainkan Allahlah
yang memberitahu rencanaNya kepada Abraham. Bagaimana Allah mengasihi dan
memperlakukan Abraham, berdasarkan kedaulatan-Nya, termasuk menyatakan apa
yang akan dilakukan-Nya atas Sodom dan Gomora.
Jadi
di sini jelas kita dapatkan bahwa Tuhan sendirilah yang membuka diri untuk
berkomunikasi dengan Abraham. Inisiatif ini muncul dari Tuhan yang rindu untuk menyampaikan
apa yang menjadi isi hati dan rencana Tuhan atas keadaan kota yang terkenal jahatnya,
yaitu Sodom.
Karena
itu di dalam ayat
17 dijelaskan: “Berpikirlah
Tuhan: “Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan
ini? Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta
berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat?”
Saudaraku,
kalau Abraham mendapatkan kemurahan untuk mengetahui kehendak dan rencana Allah,
jelas ini merupakan kesempatan yang baik dan berharga yang ia dapatkan dari
Allah. Sebab tidak semua orang bisa mengerti rencana Tuhan dengan baik.
Didalamnya diperlukan kepekaan dan relasi yang mendalam dengan Tuhan. Dan
itulah yang terjadi dengan Abraham.
Dan
lagi, saat Tuhan menyatakan dalan pikiran-Nya (Kejadian 18:20-21), bukan karena
Tuhan bingung atau tidak Maha Tahu sehingga harus turun memeriksa kebenaran doa
orang-orang percaya. Karena Kata yang dipakai, untuk menyatakan “…Aku hendak
mengetahui.” (ayat 21) memiliki pengertian “mengetahui untuk membedakan.” Dengan demikian, frase ini bukan bermaksud menyatakan
Tuhan tidak tahu dan hendak mencari tahu. Sebaliknya frase ini justru ingin menegaskan
bahwa Tuhan adalah Allah yang Maha Tahu dan menyatakan rencana-Nya kepada
Abraham dalam bahasa manusia yang sederhana. Sebab hanya Tuhanlah yang tahu
membedakan keselamatan orang benar dan salah,
Rekan-rekan
pemuda yang kekasih,
Tuhan
Allah memang tidak sembarangan mendatangkan musibah dan malapetaka (lihat ayat
32). Setiap kejadian yang tidak baik bahkan yang kita tidak mengerti alasannya,
ada maksud dan jalan Tuhan yang bijaksana.
Perhatikan
bagaimana permohonan Abraham terakhir dikatakan: “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku
berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?” (ayat 32).
Membuktikan
bahwa memang Abraham tidak tahu kondisi bangsa Sodom dan Gomora. Dan ternyata
memang tidak ada 10 orang benar disana. Artinya permohonan Abraham tidak mengubah
apapun terhadap kehendak Allah.
Lagi
pula saat Abraham berinteraksi dengan Tuhan, ia bukan sedang tawar menawar
sesuatu dengan Tuhan. Ini bukan suasana sedang bernegosiasi. Sebab menawar atau
negosiasi, itu terjadi pada posisi yang sama. Sementara memohon adalah menaruh
pengharapan pada yang berkuasa. Sikap inilah yang terjadi pada Abraham, sebab dia
kenal betul siapa Allah yang sedang berbicara kepadanya.
Bagaimana
Lot dan keluarganya yang semua berjumlah 4 orang? Apakah mereka selamat? Dalam
kasus ini bisa dikatakan ya, dimana mereka lepas dari api Sodom, Gomora, tetapi
istrinya menjadi tiang garam karena dihukum Allah.
Namun,
penyelamatan Lot, tak ada kaitan langsung dengan permohonan Abraham. Dalam 2
Petrus 2:6-9, jelas dikatakan, Lot adalah orang benar, dengan pilihan hidup
yang tidak benar. Lot terhisab sebagai orang benar karena ikut menerima janji
Allah kepada Abraham. Lot adalah orang bersunat (Kejadian 17). Jadi jelas
sekali alasan penyelamatan Lot.
Dengan
demikian saudara, tidak ada alasan apa pun bagi Allah untuk mengubah
rancangan-Nya ataupun memperbaharui rencana-Nya, karena semua itu dibentuk
berdasarkan kebajikan yang sempurna dan hikmat yang tak bercacat dari Allah.
Dan
disini Abraham belajar melalui komunikasi dengan Tuhan tentang keadilan dan
kebenaran Tuhan dalam menghakimi dan menghukum manusia.
Di
sinilah keindahan yang Abraham alami dan nikmati dengan mengerti kepekaan
rohani, sekaligus tidak bermain-main dengan keadilan dan kebenaran Allah.
Karena
itu saudaraku, marilah kita belajar seperti Abraham dalam doa-doa yang kita
panjatkan. Doa bukan ditetapkan untuk memberi informasi kepada Allah,
seolah-olah Ia tidak mengetahui apa pun, sebaliknya doa dinaikan adalah untuk
menyatakan bahwa Dia benar-benar mengetahui segala keperluan kita. Demikianlah
yang Tuhan Yesus jelaskan kepada kita dalam Matius
6:8 yang menyatakan, ”Karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum
kamu minta kepada-Nya.”
Yang
berikutnya adalah doa bukan dimaksudkan untuk memberitahukan kepada Allah apa
yang kita butuhkan, melainkan untuk menyatakan pengakuan atas kebutuhan kita
kepada-Nya. Dalam hal ini, menyadarkan kita bahwa rencana Allah pastinya berbeda
dengan rencana kita.
Masalahnya
adalah, Tuhan tidak menciptakan manusia seperti robot yang hanya bisa berjalan
sesuai dengan sistem yang telah dibuat. Tetapi Tuhan menciptakan manusia dengan
dilengkapi perasaan dan akal pikiran. Dengan hal inilah Tuhan menghendaki terjadinya
komunikasi antara Allah dan umat-Nya. Lagi pula komunikasi bukan laporan atau
hanya diisi dengan permintaan-permintaan orang percaya. Komunikasi lebih kepada
saling mengenal isi hati ketika bertukar informasi.
Hari
ini banyak orang berdoa, tetapi jauh di dalam motivasi hatinya hanya meminta,
memerintah, mengklaim, atau bahkan memaksa Tuhan mengubah haluan sesuai dengan
kehendak pribadinya. Padahal komunikasi ditujukkan supaya kita mengerti isi
hati Tuhan.
Saat
ini, komunikasi Tuhan dengan kita diberikan melalui Alkitab dan perenungan
Firman Tuhan dengan tujuan untuk menyatakan dan memperjelas isi hati Tuhan.
Dan
melalui doa, kita belajar menyelaraskan apakah kehendak kita sudah sejalan
dengan kehendak Tuhan ataukah kehendak kita justru telah melenceng jauh dari
rencana dan kehendak Tuhan.
Dengan
demikian, apakah kita masih perlu berdoa walaupun Tuhan sudah tahu bahkan tidak
mengubah kehendak Tuhan? Jawabannya ialah, Ya! Tuhan memang menghendaki kita untuk
berdoa terus menerus (Lukas 18:7-8; Roma 8:26; 12:12; Filipi 4:6; I Tesalonika
5:17; Yakobus 4:3; 5:16; dst).
Sekalipun
dikaitkan dengan predestinasi Allah/ ketentuan Allah, doa bukanlah sesuatu yang
sia-sia untuk dilakukan. Sebab memang doa bukan untuk mengubah hati dan
kebijaksanaan Tuhan, tetapi mengubah hati dan perbuatan kita agar sesuai dengan
rencana Tuhan. Jika doa kita bisa mengubah kehendak Allah, maka bisa dipastikan
bukan Allah lagi yang maha kuasa (sovereign) melainkan kita. Kenyataannya hanya
Allahlah yang Maha Tahu sebab Ia tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu.
Lagi
pula Tuhan Yesus sendiri telah memberikan satu teladan yang baik dimana Ia
sendiri senantiasa berdoa. Doa adalah sarana yang dipakai Allah untuk
menggenapi kehendakNya dalam dunia ini. Doa juga adalah untuk kepentingan kita,
supaya kita dikuatkan dalam hidup bagi Dia di tengah dunia yang berdosa ini.
Kita
melihat dimana Tuhan Yesus pagi-pagi benar sudah bercakap dengan BapaNya untuk
menghadapi harinya yang sibuk. Tuhan Yesus juga bergumul dalam doa di taman
Getsemani sebelum menjalani misinya yang final ke kayu salib.
Namun demikian, berdoa harus dengan cara yang benar dan tujuan yang benar. Yaitu menyelaraskan kehendakNya dalam kehidupan kita. Jadi marilah kita senantiasa hidup dalam doa karena inilah perintah Allah bagi kita. Amin.
Namun demikian, berdoa harus dengan cara yang benar dan tujuan yang benar. Yaitu menyelaraskan kehendakNya dalam kehidupan kita. Jadi marilah kita senantiasa hidup dalam doa karena inilah perintah Allah bagi kita. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar