KEKUATAN DOA GETSEMANI
Matius 26:36-46
Sidang jemaat yang
kekasih,
Di dalam kehidupan kita,
seringkali kita diperhadapkan dengan yang namanya pergumulan. Saya yakin, tidak
ada satupun manusia di dunia ini yang tidak pernah tidak mengalami pergumulan.
Semuanya pasti pernah mengalami pergumulan walaupun itu berbeda-beda dalam
kadar dan tingkat pergumulannya. Mungkin yang satu diperhadapkan dengan
pergumulan yang ringan, tetapi yang lain ia diijinkan Tuhan masuk dalam pergumulan
yang berat.
Demikian pun yang terjadi
pada Yesus saudara. Dalam perjalanan pelayanan Yesus di bumi, ia pun pernah
mengalami yang namanya pergumulan yang sangat berat. Namun pergumulan yang dialamiNya
bukanlah mengarah kepada diriNya sendiri, melainkan pergumulan yang seharusnya menjadi
tanggungan umat manusia, tetapi itu semua dibebankan kepadaNya.
Saudara, pernahkah kita
terpikir bahwa penebusan manusia karena dosa menuntut suatu harga yang harus
dibayar? Yesus datang untuk mengerjakan
penebusan Allah agar umat manusia dapat bebas dari hukuman yang harus
ditanggung karena berdosa. Ia harus mati, seperti domba Paskah yang harus
mengorbankan darah-Nya untuk melepaskan umat Allah dari kematian. Demikian pula
Yesus sudah siap untuk menjalani kematian dengan penumpahan darahNya yang kudus.
Karena Ia taat pada Bapa yang menghendakiNya. Dan karyaNya yang besar itu harus
Ia mulai dengan pergumulanNya di taman Getsemani.
Sidang jemaat yang
kekasih,
Getsemani (bahasa Aramnya adalah “gat
semen” = yang artinya
“perasan
minyak”). Getsemani sebenarnya
adalah nama sebuah bukit, yang di dalamnya terdapat sebuah taman yang dipenuhi dengan pohon-pohon
zaitun. Letaknya ada di timur Yerusalem, seberang lembah Kidron
dekat Bukit Zaitun (Mat. 26:30). Taman ini memiliki luas kira-kira 50m2, dan dikelilingi
oleh tembok yang mengitarinya.
Dalam ayat 36 yang tadi
kita baca, kita menemukan bahwa Getsemani bukanlah tempat yang asing bagi
Yesus, karena Yesus sudah terbiasa dan mengenal kondisi dan situasi di taman
itu. Hal ini membuktikan bahwa relasi antara Yesus dengan pemilik taman
sepertinya sudah sangat erat, karena bukan pada jam-jam biasa Yesus berkunjung
ke taman, tetapi pada tengah malam, ketika hari masih dalam keadaan sangat gelap.
Saudara, hanya orang-orang
yang sudah dikenal baiklah, yang diijinkan masuk pada pagi hari yang gelap.
Orang asing pasti tidak dapat diijinkan masuk pada jam-jam tersebut.
Dalam Lukas 22:39, menambahkan kata-kata “sebagaimana biasa”,
yang menunjukkan bahwa Yesus memang pergi kesana bukan untuk bersembunyi/
melarikan diri. Tetapi Ia pergi ke tempat yang sudah biasa Ia datangi bersama
murid-muridNya, dan karena itu tidak heran jika dikemudian waktu Yudas tahu dimana
ia bisa mendapatkan Tuhan Yesus dan menyerahkannya kepada imam-imam (Yohanes
18:1-2).
Seperti namanya Getsemani,
taman ini di penuhi dengan pohon-pohon zaitun, yang memungkinkan ketika malam
hari tiba, suasana yang rindang membuat tempat itu menjadi lebih sejuk. Ditambah
lagi tempat ini jauh dari keramaian kota, sehingga Yesus menyenangi untuk berada
disana.
Saudara, Di Yerusalem
sendiri tidak ada taman. Kota itu sudah terlalu padat oleh penduduk. Karenanya
Tuhan Yesus lebih memilih Getsemani sebagai tempat terbaik untuk mengasingkan
diri berdoa di sana.
Namun siapa yang sangka saudara, kalau malam
itu menjadi malam yang terakhir bagi Dia. Dalam kesunyian malam, dan dinginnya
angin taman, Yesus membawa serta Petrus, Yakobus dan Yohanes dengan harapan
mereka dapat turut mendukung Yesus dalam doa. Dan malam itu dikatakan bahwa, hati
Yesus nampak sangat sedih. Ia berkata kepada ketiga muridNya, bahwa hatinya
sedih, sepertinya Ia mau mati saja saat itu.
Jemaatku, Yesus sedih itu sebenarnya
bukan sesuatu yang mengherankan bagi kita. Bayangkan saudara, kondisi Yesus
saat itu, Ia sedang dikhianati oleh Yudas Iskariot, Ia akan ditinggal oleh
murid-muridNya, Ia akan disangkal oleh Petrus yang Ia kasihi, Ia akan ditolak
oleh orang-orang Yahudi, dan yang lebih menyedihkan hatiNya bahwa Ia akan
terpisah dari Allah. Tetapi kesedihan yang demikian bukan dosa, saudara.
Demikian pula dengan tekanan
yang dialami Yesus bukanlah tekanan yang biasa, sehingga Injil mencatat bahwa
Yesus berdoa saat itu sebanyak 3X dalam doaNya yang sama. Yaitu doa yang menyatakan
bahwa suatu hal yang besar telah terjadi pada malam terakhir dalam hidup Yesus.
Bapak/ Ibu Saudara yang
saya kasihi.
Injil Lukas menggambarkan
bahwa kesedihan Yesus membawa tekanan yang cukup hebat digambarkan sebagai
suatu keringat yang keluar bercampur darah.
Dalam Lukas 22:44 menjelaskan: "Ia sangat ketakutan dan makin
bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang
bertetesan ke tanah."
Saudara, Lukas yang
memiliki latar belakang sebagai seorang dokter, menjelaskan kepada kita satu
kondisi yang memungkinkan terjadi pada seseorang yang mengalami tekanan yang
begitu hebat, sehingga keringat dingin bercampur dengan tekanan pembuluh darah
menyebabkan kelenjar-kelenjar keringat menjadi pecah. Dan itulah yang dialami
oleh Yesus pada malam itu.
Dr. Frederick Zugibe (Kepala Penguji Medis dari Rockland
County, New York) menjelaskan bahwa kondisi ini luas diketahui, dan telah
banyak kasus seperti ini. Istilah klinisnya adalah "hemato-hidrosis." Yaitu suatu
kondisi "Sekitar kelenjar keringat, ada banyak pembuluh darah berbentuk
seperti jaring." Di bawah tekanan yang besar pembuluh-pembuluh tersebut
menyusut. Kemudian saat kegelisahan berlalu "pembuluh darah mengembang
sampai mencapai ambang pecah. Darah mengalir masuk ke kelenjar keringat."
Sementara kelenjar keringat menghasilkan banyak keringat, darah terdorong ke
permukaan kulit – sehingga keluar sebagai tetesan darah.
Sidang jemaat yang
kekasih,
Apa yang menjadi sumber
dari tekanan dan kegelisahan begitu besar yang dialami Yesus? Yang jelas, Ia
bukan takut kepada kematian atau penderitaan yang akan dialamiNya, melainkan Ia
takut pada murka Allah yang akan menimpaNya pada saat Ia menanggung hukuman
umat manusia.
Saudara, Yesus bisa takut
melihat murka Allah itu, sebenarnya menunjukkan kepada kita secara jelas
betapa hebatnya dan mengerikannya murka Allah atas dosa-dosa kita itu! Karena
itu:
-
Bagi
saudara yang belum betul-betul percaya kepada Yesus, sadarilah bahwa saudara
akan ditimpa oleh murka Allah yang mengerikan itu! Karena itu, cepatlah datang
dan percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat/ Penebus saudara, supaya saudara
terhindar dari murka Allah itu.
-
Bagi
saudara yang mempunyai suami/ istri/ orang tua/ anak/ saudara/ teman yang belum
percaya kepada Yesus, sadarilah bahwa orang-orang yang saudara kasihi itu akan
ditimpa oleh murka Allah yang mengerikan itu! Karena itu doakanlah mereka
dengan tekun dan sunggguh-sungguh, dan beritakanlah Injil kepada mereka, supaya
mereka bisa bertobat dan terhindar dari murka Allah itu!
-
Dan
bagi saudara yang seringkali bermain-main dengan dosa, meremeh-kan dosa dan
sebagainya, maka sadarilah bahwa murka Allah terhadap dosa adalah sesuatu yang
luar biasa! Karena itu, berhentilah berbuat dosa!
Sidang jemaat yang
kekasih,
Sebagai Anak Allah, Yesus
pasti telah mengetahui secara rinci semua yang akan terjadi padaNya. Dia tahu
bahwa secara jasmani Ia akan mengalami salah satu bentuk hukuman mati yang
paling mengerikan sekaligus yang paling hina dari yang pernah ada. TubuhNya
adalah manusia, dan Ia dapat merasakan semuanya itu setidaknya dalam taraf yang
sama dengan kita.
Tetapi yang paling
membebani Yesus adalah pengetahuan bahwa Ia akan menderita oleh trauma
mengerikan akibat dari menanggung semua dosa kita di atas diriNya – dosa saya dan
dosa saudara. Ia tahu bahwa di bawah beban dosa, Allah Bapa akan
meninggalkan-Nya dan dengan demikian Ia akan mengalami suatu wujud neraka untuk
para orang berdosa.
Begitu pula dengan kuasa
yang dimiliki Yesus, seharusnya Ia dapat dengan mudah menghindari semuanya ini,
atau bisa saja Ia menghilang begitu saja. Ia dapat saja membawa turun sepasukan
besar para malaikat untuk melindungi Dia. Ia dapat saja membuat kulitnya menjadi
kebal. Atau paling tidak, Ia dapat saja membius rasa sakit-Nya supaya Ia tidak
merasakan efek sakit sedikitpun.
Tetapi Ia justru memilih
untuk tidak melakukan hal-hal seperti ini. Ia justru dengan rela hati memilih
untuk secara nyata "tertikam oleh karena pemberontakan kita" dan "diremukkan
oleh karena kejahatan kita" sehingga Ia dapat benar-benar
melunasi dosa-dosa kita dan menderita kematian sebagai manusia.
Yesus memang menjalani
kehendak Bapa dengan harus mati akibat dosa-dosa manusia. Namun bukan di taman
Getsemani Yesus harus mati, melainkan Ia mati di kayu salib. Karena itu yang
Yesus tahu, bahwa Ia harus terus maju dengan satu keyakinan, bahwa kemuliaan
kelak yang akan Ia peroleh.
Sidang jemaat yang
terkasih
Pelajaran apa yang dapat
kita ambil dari pergumulan Yesus di taman Getsemani? Hari ini kita akan merenungkan
2 hal sebagai prinsip rohani yang dapat menjadi teladan dalam hidup kita:
1. Dalam Kondisi Apapun Kita Harus Membangun Relasi Kita Dengan
Bapa. (ayat 39, 42).
Sidang jemaat yang
kekasih,
Ditaman Getsemani inilah
Yesus selalu berdoa, kepada Bapa-Nya. Biasanya Ia berdoa seorang diri saja, Biasanya
Ia berdoa secara pribadi. Dan dalam doa pribadi tidak ada kata-kata yang dapat
diketahui oleh orang lain. Tetapi malam itu, Yesus tahu adalah malam yang sangat
berbeda. Karenanya Yesus tidak pergi seorang diri untuk berdoa. Tetapi Ia pergi
membawa murid-murid-Nya, khususnya Petrus, Yohanes dan Yakobus. Dengan satu
harapan, dalam kecemasan yang Ia rasakan, kehadiran para murid akan cukup
meredakan kecemasan-Nya.
Karenanya di ayat 38, Yesus
menceritakan perasaanNya kepada murid-muridNya dan Ia membutuhkan dukungan dari
murid-muridNya.
Mengapa Yesus menginginkan
dukungan dari manusia? Tidakkah cukup dengan Ia hanya berdoa kepada Bapa? Saudara
didalam kemanusiaan Yesus, jelas Ia membutuhkan dukungan disaat-saat yang
demikian.
Ia membutuhkan kehadiran
mereka untuk bersama Dia. Karenanya Ia berkata: “Tinggallah disini dan berjaga-jagalah dengan Aku” (ayat 38). Ia
juga membutuhkan dukungan doa dari murid-muridNya, dengan demikian Ia semakin
kuat untuk membangun relasiNya dengan Bapa. Sehingga dari sini kita melihat, bahwa
Ia bukannya bersandar kepada manusia, tetapi tetap kepada Tuhan.
Saudara, kalau ada orang
yang menceritakan kesedihan/ penderitaannya kepada saudara, sebenarnya bukanlah
menjadi tujuan akhir dari penyelesaian masalahnya. Ia meminta saudara untuk
turut mendukung beban pergumulan itu dan bersama-sama membangun iman yang kuat
kepada Bapa.
Karena itu jangan bersikap
acuh tak acuh, atau membuatnya sebagai bahan guyonan, apalagi membuatnya
sebagai gossip! Sebab ini akan membuat orang menjadi kapok untuk sharing kepada
saudara! Sebaliknya yang harus saudara lakukan adalah mendoakan orang itu!
Paling tidak dengan
mendengarkan beban pergumulan orang yang curhat kepada kita, setidaknya kita
telah mengurangi bebannya beberapa persen. Apalagi kita turut mendoakan
pergumu-lannya, itu akan jauh lebih efektif untuk ia dapat bangkit dari
pergumulannya.
Sidang jemaat yang saya
muliakan.
Dalam hal ini, Tuhan Yesus
memberikan teladan yang indah untuk kita lakukan. Kita mungkin dapat berbagi
kepada saudara-saudara kita ketika kita dalam pergumulan, tetapi bukan sebagai
ajang gossip, sebaliknya biarlah saat itu menjadi moment untuk kita meneguhkan sesama
kita untuk lebih kuat menjalin relasi dengan Tuhan.
Dalam hal ini, pergumulan
hidup memang tidak dapat dielakkan. Masalah memang tidak dapat diduga kapan
akan datang, menimpa kita. Tetapi satu hal yang tidak boleh kita lupakan
adalah, membawa Tuhan dalam pergumulan hidup kita. Karena dari Dialah segala
pertolongan dan jalan keluar, agar kita mampu menghadapi masalah kita.
Jemaat Tuhan…
Bagaimana dengan kita
sekalian? Akankah kitapun terus menerus membangun relasi dengan Allah kita,
dalam segala kondisi, seperti yang Yesus lakukan? Jikalau kita ingin menang
menghadapi pergumulan, bawalah Tuhan dalam pergumulan kita, dan Ia akan
menyiapkan jalan keluar yang terbaik bagi kita.
2. Dalam Doa, Mintalah Agar Kehendak Tuhanlah Yang
Jadi. (ayat 39, 42).
Sidang jemaat yang
kekasih,
Dalam penyerahan penuh
kepada Bapa, Yesus tidak meminta agar kehendakNyalah yang jadi. Dalam
kemanusiaanNya, Yesus memang sempat memikirkan untuk lari dari kenyataan,
sehingga Ia berkata: “Ya, Bapa-Ku jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari
pada-Ku,” (ayat 39). Ia memikirkan mungkin ada cara lain yang bisa
Ia dapatkan sebagai peluang kedua. Akan tetapi Yesus sadar, sebagai utusan
Allah, Ia tidak boleh menghindar dari kenyataan. Sebab Ia tahu, Ia diutus bukan
untuk mati ditaman Getsemani, tetapi Ia di utus untuk mati di atas kayu Salib.
Inilah yang membedakan
Yesus dengan para murid dalam menghadapi cawan kehendak Allah. Ia memiliki
pilihan untuk menolak cawan pahit tersebut, tetapi menyerahkan pilihan itu pada
kehendak Bapa. Yesus memilih untuk taat dan menundukkan diri pada rencana Bapa.
Bukan pilhan yang mudah dan bukan juga pilihan tanpa pergumulan, karena
kehendak Bapa adalah Yesus menderita dan mati untuk menebus dosa manusia.
Sementara para murid
tertidur bukan hanya karena rasa ngantuk yang tak tertahankan tetapi juga
karena mereka tidak menyelami pergumulan Guru mereka.
Saudara…
Penderitaan yang akan
Yesus alami tidak hanya menyangkut Dia sendiri. Tetapi, penderitaanNya selaku
Hamba Tuhan, mempunyai kekuatan khusus untuk mendamaikan dan menyelamatkan
manusia yang berdosa.
Di taman Getsemani, merupakan saat-saat Tuhan Yesus penuh pergumulan, Ia harus membuang jauh-jauh "kedagingan-Nya". Sehingga tiga kali berturut-turut Yesus berdoa pada malam itu dalam doa yang sama. Dengan peluh yang membasahi sekujur tubuhNya, Yesus datang pada Bapa. Dia
mengatakan "Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari
padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang
Engkau kehendaki" (Matius 26:39).
Hal ini membuktikan bahwa penderitaan tidak dapat dielakkan lagi, Namun, Yesus bersedia menjalaniNya, karena kecintaanNya pada Bapa dan kepada manusia yang
percaya padaNya.
Doa Yesus mengungkapkan satu rahasia keberhasilan doa. Bahwa bukan doa
yang penuh dengan keegoisan yang Yesus ajarkan, tetapi doa yang penuh penyerahan diri.
Bukan doa yang memimpin kehendak Bapa, tetapi doa yang dipimpin oleh kehendak
Bapa.
Doa yang penuh kerendahan
hati dan penyerahan total pada otoritas Allah, adalah doa yang berkenan di
hadapan Allah. Dan doaNya itu didengarkan Allah Bapa karenanya Bapa menguatkan
Dia untuk meminum cawan murka yang sudah ditetapkan.
Dalam hal inilah Ibrani 5:7 berkata: “Dalam
hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan
ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut
dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.”
Sidang jemaat yang
kekasih,
Tindakan Yesus ini adalah teladan
dari apa yang harus dilakukan orang percaya ketika menderita kesusahan atau
kesedihan yang besar yaitu:
Hampirilah Allah dalam
doa
Akuilah di dalam hati
bahwa Allah adalah Bapamu yang disorga yang sanggup memperhatikan saudara.
Percayalah kepada Allah
dan serahkanlah dirimu kepada kehendak-Nya, bukan kehendak kita yang jadi.
Dari sini kita memahami,
bahwa sebenarnya Tuhan mau melihat seberapa dalam kita berusaha mengenal Tuhan
kita, seberapa besar kita mengandalkan Tuhan dalam pergumulan kita. Kemenangan
Yesus dalam menghadapi pergumulan berat, menjadikan dasar dimampukannya
orang-orang percaya yang mengandalkan Allah dalam pergumulannya. Namun satu hal
yang harus kita yakini adalah kita akan mengalami kekuatan Allah di
tengah-tengah ketegangan pergumulan kita, justru ketika kita datang kepadaNya.
Sama seperti kemenangan
Yesus menghadapi pergumulan yang hebat di taman Getsemani, terkadang pergumulan
itu justru kita perlukan untuk menjadikan kita pribadi yang sesuai dengan
maksud Allah. Kiranya damai sejahtera dari Allah melingkupi kita sekalian.
Amin.
0 komentar:
Posting Komentar