MAU MINTA APA?
1 Raja 3:2-15
(2 Tawarikh 1:1-13)
Kaum
muda yang saya kasihi dalam Tuhan,
Ada
tiga orang bersahabat terjebak disebuah pulau yang terpencil. Mereka terdampar
akibat perahu mereka yang rusak dihempas ombak lautan. Suatu hari ketika mereka
berjalan-jalan menyusuri tepian pantai, mereka menemukan sebuah benda yang
mirip lampu aladin. Karena penasaran, mereka pun menyeka kotoran yang menempel
di badan lampu kuno tersebut dengan menggosok-gosoknya. Dan tiba-tiba busss…
sesuatu keluar dari dalam lampu kuno itu. Ternyata dia seorang jin. Kemudian
jin itu berkata: “kalian
bisa meminta 3 hal sesuai dengan keinginan kalian.” Karena mereka 3 bersahabat, maka peluangnya
setiap orang hanya bisa mengucapkan satu permintaannya.
Orang
yang pertama berkata: “Jin, pulangkan aku ke rumah orangtuaku, sebab mereka
menjanjikan aku sebuah perusahaan, namun karena aku pergi rekreasi bersama 2
sahabatku dan terjebak disini, pastilah seminggu ini orangtuaku sudah gelisah
mencariku!” Tidak berselang lama,
hilanglah orang pertama.
Lalu
orang yang kedua berkata: “Jin, pulangkan aku ke rumah orang tuaku, sebenarnya aku
sudah dijodohkan sama orangtuaku, tapi karena aku menolak dan memilih untuk
pergi bersama 2 sahabatku, ternyata justru terdampar di pulau ini. Jadi
daripada aku disini merana, lebih baik aku pulang.” Kemudian orangkedua pun tiba-tiba hilang,
Tiba
giliran orang ketiga. Ia tampak begitu murung, ia sedih karena dia tidak tahu
lagi harus berbuat apa. Ia adalah anak sebatang kara. Sudah lama orangtuanya
meninggal dunia. Rumah pun dia tidak punya. Satu-satunya yang dia punya hanya
kedua sahabatnya. Maka dalam kesedihannya dia berkata: “jin, aku kesepian, tidak mungkin aku bisa
hidup seorang diri, bisakah kamu kembalikan teman-temanku kepadaku” Maka seketika itu juga kedua temannya kembali
didekatnya dalam wajah yang menyimpan perasaan masing-masing.
Rekan-rekan
Pemuda,
Jika
pada saat ini Tuhan hadir di hadapan Saudara dan berkata, “Mintalah apa saja yang kamu inginkan, maka
Aku akan memberikannya kepadamu!” Kira-kira apakah yang akan kamu
minta kepadaNya? Umumnya orang akan meminta kesehatan, berkat (baca: harta),
dan perlindungan. Tapi, pernahkah kalian, memikirkan untuk apa kesehatan,
berkat, dan perlindungan yang kamu minta itu? Apa yang akan kamu lakukan
dengannya?
Saudara,
di awal pemerintahan Salomo sebagai Raja Israel, bangsa Israel biasa
mempersembahkan kurban kepada Allah di bukit-bukit atau dataran tinggi,
kadang-kadang di tempat bekas penyembahan berhala bangsa Kanaan, karenanya di
zaman itu belum ada Bait Allah yang didirikan. Masalahnya saudara, Tuhan tidak
pernah mengghendaki penyembahan yang demikian.
Tetapi,
ditengah-tengah kondisi bangsa Israel yang demikian, muncul sosok Raja baru.
Itulah Salomo dan Salomo bertekad untuk menjalani ketetapan-ketetapan yang
diajarkan ayahnya yaitu Daud dengan iman dan kasih kepada Allah; hanya ia masih
mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan (1 Raja
3:3). Karena itulah Tuhan Allah menyertai Salomo dan menjadikan kekuasaannya
luar biasa besarnya (2 Tawarikh 1:1).
Suatu
hari Salomo pergi ke bukit Gibeon untuk mempersembahkan korban. Bukit itu
adalah bukit pengorbanan yang paling besar dan Salomo mempersembahkan seribu
korban bakaran bagi Tuhan (1 Raja 3:4). Saudara mungkin ini korban persembahan
yang paling besar yang pernah diadakan di Israel. Lagipula ia memberi perintah
kepada seluruh Israel, kepada kepala-kepala pasukan seribu dan pasukan seratus,
kepada para hakim dan kepada semua pemimpin di seluruh Israel, yakni para
kepala keluarga (2 Tawarikh 1:2). Bersama-sama dengan mereka, Salomo pergi ke
bukit Gibeon, sebuah kemah Petemuan Allah yang dulu pernah dibuat oleh Musa,
hamba Tuhan itu, ketika mereka masih di padang Gurun (2 Tawarikh 1:4).
Malam
itu Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam sebuah mimpi. Saudara, dimasa
itu mimpi seringkali dipakai Tuhan untuk menyatakan maksud Tuhan kepada umat
yang dikasihiNya. Satu misal kepada Abimelekh (Kejadian 1:1), Kepada Yusuf
(Kejadian 37:5), kepada Gideon (Hakim 7:15) dll. Hal ini juga terjadi hingga
pada masa Perjanjian Baru. Misalnya kepada Yusuf (Matius 1:20), kepada orang
Majus (Matius 2:12), kepada isteri Pilatus (Matius 27:19). Namun sejak saat
itu, Tuhan sangat jarang memakai mimpi untuk menyatakan maksudNya. Pada masa
sekarang mimpi selalu dianggapnya sebagai bunga tidur.
Mengapa?
Karena sekarang Tuhan tidak lagi berbicara secara verbal kepada manusia. Saat
ini, Tuhan hanya berbicara melalui firmanNya yang dituliskan di dalam Alkitab.
Jadi saudara, kalau ada orang yang berkata: “tadi
malam Tuhan berbicara kepada saya dalam mimpi…” atau seorang hamba Tuhan berkata:
“Tuhan berbisik kepada saya tadi malam…”
jangan percaya itu! Itu sesat! Sebab Tuhan tidak lagi berbicara kepada umatNya
melalui bahasa verbal.
Tetapi
lain ceritanya dengan yang difirmankan Tuhan kepada Salomo. Tuhan memang masih
berbicara secara verbal kepada umat pilihanNya. Karenanya dikatakan pada malam
itu di Gibeon, Tuhan Allah mendatangi Salomo dalam mimpi dan berkata, “Mintalah apa
yang hendak Kuberikan kepadamu.” (1 Raja 3:5; 2 Tawarikh 1:7).
Kita
melihat saudara, ketika Raja Salomo mendapat kesempatan yang baik untuk meminta
apa saja yang ia inginkan, hati Salomo lantas tidak segera menjadi tamak. Salomo
tidak mencari kepuasan diri, ia tidak mencari kemuliaan diri seperti umur
panjang, kekayaan, terlebih lagi nyawa para musuhnya. Karena itu, ia lebih
memilih meminta hikmat daripada semua hal yang lain dalam hidupnya (1 Raja
3:11).
Atau
Salomo juga tidak meminta kenyamanan atau kemudahan, tetapi ia meminta hikmat
sebagai bekal agar ia dapat melakukan tugasnya dengan baik. Karena itu Salomo berkata:
1. Jabatan
yang diperolehnya sekarang adalah kasih karunia Tuhan (1 Raja 3:6-7; 2 Taw
1:8).
2. Kiranya
Tuhan meneguhkan janji yang sudah diirarkannya kepada Daud, ayahnya (1 Raja
3:8; 2 Taw 1:9).
3. Berikanlah
hikmat dan pengertian untuk memimpin bangsa yang sangat besar itu (2 Taw 1:10).
Sebuah hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat yang besar (1
Raja 3:9).
Saudara,
permohonan Salomo dalam mimpi mencerminkan suatu permohonan yang lahir dari
hatinya yang terdalam. Dengan menyadari bahwa dalam mimpi merupakan suatu
ekspresi ketidaksadaran seseorang, sehingga isi mimpi merupakan cermin dari
keutamaan moral yang dimiliki oleh kepribadian seseorang. Dan dalam mimpinya
itu Salomo meminta hikmat kepada Tuhan.
Saudara,
hikmat, adalah hati yang bijaksana dan penyelidikan yang lebih tajam, yang
melihat dan menimbang segala sesuatu dari sudut pandang Allah dan firmanNya
adalah salah satu harta terbesar dalam kehidupan ini (Amsal 3:15). Karena itu
bagi Salomo mendapatkan kebijaksanaan untuk memutuskan suatu perkara dengan
benar dan adil adalah lebih berharga daripada hal yang lainnya.
Dalam
hal ini kita menjumpai ada tiga kata yang saling berkaitan, yaitu “pengertian”
(biyn), “memutuskan” (shama`), dan “hukum” (mishpat). Arti kata “biyn” adalah: membedakan, memahami,
dan mempertim-bangkan (digunakan di Mazmur 139:2, Daniel 9:2; 10:1). Dalam
bentuk yang pasif, kata “biyn”
berarti: menjadi cerdas, cerdas, bijaksana, memiliki pemahaman. Jadi saudara, Salomo
memohon agar Allah mengaruniakan kepadanya suatu kecerdasan untuk memahami
suatu perkara. Lalu kata “shama”
berarti: mendengar, dan mendengar dengan perhatian atau sikap tertarik. Kata yang
juga juga digunakan di dalam Kejadian 18:10, Yesaya 6:9, Kejadian 3:10, 24:52,
dan Keluaran 2:15.
Dengan
demikian Allah mengaruniakan kepada Salomo suatu kemampuan untuk mendengar
secara utuh dan mendalam untuk dioleh secara lebih cerdas, sehingga mampu
bertindak bijaksana dalam menegakkan pemerintahannya
secara adil dan benar sesuai dengan ketentuan Tuhan. Itulah “mishpat”
yang lebih dikaitkan dengan hukum-hukum Allah.
Mengapa
Salomo meminta hikmat bijaksana? Karena ia membutuhkannya
untuk menjalankan tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepadanya.
Tuhan telah memilihnya untuk menggantikan ayahnya memerintah atas Israel,
meskipun waktu itu usianya masih muda dan belum tahu apa-apa tentang
seluk-beluk pemerintahan. Ia meminta hikmat bijaksana agar ia dapat memerintah
rakyatnya dengan baik dan adil sesuai dengan apa yang dimaksudkan Tuhan bagi
dirinya.
Karena
itu dari sudut pandang Allah, permohonan Salomo tersebut adalah “baik di
mata-Nya” (1 Raja 3:10). Pilihan Salomo adalah pilihan yang sangat
tepat karena itu Allah sendiri memandang permintaan itu sebagai sesuatu yang
baik. Allah mengabulkan, bahkan Allah memberi Salomo hal-hal penting yang
dimintanya dan menambahkan dengan hal-hal lain yang tidak dimintanya. Allah
berkata, "Dan
juga apa yang tidak kau minta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun
kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorang pun seperti engkau di
antara raja-raja" (1 Raja 3:13).
Dari
sini kita melihat bahwa Allah memang peduli kepada umat yang mengasihiNya, dan
Ia senantiasa menyediakan berkat-berkatNya jauh melebihi dari apa yang diminta
manusia.
Namun
masalahnya saudara, karunia hikmat dari Allah tidak menjamin bahwa Salomo akan
senantiasa bertekun dalam kesalehan. Hal ini memberikan pengertian kepada kita
bahwa kebutuhan hikmat harus disertai dengan kehidupan yang tetap berpaut
kepada Allah. Kita tidak bisa meminta hikmat kepada Tuhan lalu dalam kehidupan
sehari-hari kita tidak mencerminkan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Hikmat
adalah karunia terbesar yang berasal dari Tuhan, dan hikmat itu hanya diberikan
Tuhan kepada orang-orang yang mau berpaut kepada kehendakNya.
Karena
alasan inilah Allah menekankan bahwa Dia akan memperpanjang umur Salomo "Jika
engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala
ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan
memperpanjang umurmu" (1 Raja 3:14). Karena itu Allah
memperingatkan Salomo untuk berhati-hati dalam hidup supaya sepanjang hidupnya
ia dapat menurut jalan-jalanNya dan menaati semua perintahNya.
Hari
ini, Allah memberikan berbagai karunia yang baik kepada anak-anakNya. Kalau
Allah berkenan memberikan Salomo apa saja yang dimintanya, yaitu hikmat, Allah yang
sama pun ingin memberikan hikmat ini kepada setiap orang yang percaya kepadaNya.
Dan hikmat itu dapat diterimanya melalui doa (2 Tawarikh 1:7).
Saudara,
Allah
berkenan ketika orang percaya dengan sungguh-sungguh mencari dan memohon hikmat
rohani dan hati yang paham. Demikianlah firman Tuhan berkata dalam Yakobus 1:5,
“Apabila
diantara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada
Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak
membangkit-bangkit -, maka hal itu akan diberikan kepadanya”.
Kaum
muda yang kekasih dalam Tuhan,
Selama
ini mungkin kita selalu meminta kesehatan, berkat, dan perlindungan dalam
doa-doa kita kepada Tuhan, itu tidaklah salah, namun ketahuilah hidup tanpa
hikmat dari Tuhan, kita akan selalunya merasa kurang, selalunya merasa
terancam, selalunya hidup di dalam kekhawatiran. Maka hikmat Tuhanlah yang
paling kita butuhkan. Dengan hikmat dari Tuhan itu, kita akan mampu untuk
bersyukur atas apa yang kita miliki. Kita juga akan mampu untuk melihat
penyertaan Tuhan dalam hidup kita setiap hari. Dengan demikian, kita tidak akan
lagi merasa khawatir akan hari esok. Kita juga tidak akan khawatir untuk
memasuki tahun yang baru sebab kita tahu bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita.
Jadi senantiasa berdoalah dan renungkanlah firman Tuhan, maka hikmatNya akan selalu
menyertai kita.
Hari
ini saudara, jika Allah datang kepadamu dan berkata: "Kamu boleh meminta apa saja, maka Aku
akan mengabulkannya." Kira-kira apakah jawabanmu saudara? Apa
yang akan kamu minta hari ini? Ingatlah, Salomo menginginkan kasih karunia dan
kebijaksanaan dan kuasa untuk setiap situasi yang timbul dalam kerajaan. Ia
tidak meminta apa-apa untuk dirinya sendiri kecuali kebijaksanaan untuk
memerintah umat Allah secara bijaksana. Dan lihatlah, Allah berkenan pada
permintaan Salomo itu.
Bagaimana
dengan kita? Marilah kita meminta kepada Tuhan apa yang terbaik bagiNya, supaya
ketika apa yang kita doakan sesuai dengan kehendakNya, maka itu akan
ditambahkannya kepadamu.
Sebagai
ayat terakhir dari perenungan ini, mari kita membaca Matius 7:7-8, “Mintalah, maka akan
diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatl ketoklah, maka pintu akan
dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang
yang mencari, mendapat dan setiap orang yang menetok, baginya pintu dibukakan.”
Artinya
adalah, Allah tidak pernah menolak doa kita. Dan Allah juga tidak akan pernah
mempermainkan doa-doa kita. Ia akan selalu menjawab doa kita, tetapi jawabanNya
itu akan Ia berikan menurut caraNya sendiri. Dan cara Allah adalah cara yang
penuh kebijaksanaan dan kasih. Jadi saudara rahasia doa kita terletak dari apa
yang dikehendaki Tuhan bukan pada apa yang ingin kita nikmati. Lagi pula Tuhan
menghendaki kita untuk senantiasa berdoa dengan tiada putusnya, sambal terus
berharap kepadaNya. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar