PENYEMBAH YANG SIA-SIA
Yesaya 44:9-20
Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan.
Berbicara tentang pemujaan, kata ini merupakan kata benda
yang berarti cara atau perbuatan. Sedangkan penyembahan lebih diartikan sebagai
puncak penghormatan dan pengagungan manusia kepada ilahnya. Bagi orang-orang
kafir, menyembah oknum yang dianggap lebih tinggi atau suci adalah sesuatu yang
sudah lazim. Mereka biasanya membentuk ilah-ilah dalam bentuk yang kasat mata.
Dalam bentuk patung-patung tuangan, patung-patung pahatan, mezbah-mezbah
penyembahan dan lain sebagainya. Karena itu umumnya berhala adalah berupa patung-patung
yang menyerupai bentuk apa pun.
Faktanya saudara, patung yang terbuat dari kayu atau besi
adalah benda-benda mati yang tidak memiliki kehidupan sedikit pun. Benda-benda
tersebut tidak dapat menolong apalagi menyelamatkan. Jadi saudara, sangat
menyedihkan apabila kita melihat ada anak Tuhan yang memperlakukan patung
sebagai obyek penyembahan mereka, yang kepadanya ia meminta pertolongan atau
jawaban doa yang dipanjatkan, padahal yang memahat dan membentuk patung itu
adalah manusia juga.
Mengenai fakta ini firman Tuhan menegaskan dalam Mazmur 135:15-18, “mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata,
mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak
dapat mendengar, juga nafas tidak ada dalam mulutnya”.
Berhala-berhala yang demikian, tidak akan pernah memuaskan atau memenuhi janji-janji
mereka (Yesaya 44:9-20).
Bukankah
demikian pula dengan kehidupan kita sebelum mengenal Allah? Kita diperbudak
sehingga menyembah ilah-ilah dari kebudayaan kita yang pada hakekatnya bukan
Allah (Galatia 4:8) yang berpegang teguh kepada berhala kesia-siaan dan
meninggalkan kasih Allah demi sebuah patung yang tidak menguntungkan (Yunus
2:8). Mengapa saudara?
Karena
semua ini terjadi akibat dari tipu muslihat Iblis yang berusaha menumpulkan
pikiran manusia kemudian menjeratnya, sehingga dengan mudahnya kita diperhamba
oleh dosa. Demikianlah saudara, firman Tuhan dalam Yohanes 8:34 berkata: “…setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.” Saat ini pengaruh dunia kegelapan begitu
merajalela sehingga banyak orang terjebak dalam penyembahan berhala. Maka
sebagai umat Tuhan kita harus selalu berhati-hati dan waspada!
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Seorang
teolog terkenal bernama William Barclay, menjelaskan bahwa: "penyembahan
berhala bukanlah sebuah relik antik dari masa silam, melainkan ancaman nyata untuk
masa sekarang" Sekarang ini saudara,
malah ada bahaya yang lebih nyata dan cenderung lebih berbahaya daripada "memper-'Tuhan'kan
berhala", yaitu: kecenderungan untuk "mem'berhala' kan Tuhan".
Dalam Mazmur 19:1 firman Tuhan berkata: “Langit
menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya.”
Tetapi ayat ini bukan berarti bahwa kita harus menyembah ciptaan untuk menunjukkan
kita sedang memuliakan Tuhan.
Mengapa kita tidak boleh menyembah gambaran-gambaran yang
ada di dunia ini? Karena pada dasarnya Tuhan Allah tidak mau diriNya dibatasi
di dalam keterbatasan ciptaan. Diri Allah terlalu limpah, terlalu penuh dengan
kemuliaan, bahkan terlalu besar untuk digambarkan dalam sebuah wujud, maka
tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang bisa menyatakanNya secara lengkap.
Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Tuhan Allah yang kita kenal di dalam Tuhan Yesus,
sebenarnya sangat suka dengan yang namanya penyembahan. Namun tidak semua
bentuk penyembahan yang dilakukan manusia dapat berkenan kepadaNya. Allah
memang memerintahkan kita untuk melakukan penyembahan dengan cara yang benar.
Ini bukan menyangkut tempat-tempat penyembahan tetapi lebih kepada natur dari
penyembahan itu sendiri. Allah yang membuat perintah-perintah ini adalah Allah
Tritunggal yang telah menyatakan diriNya dalam Yesus Kristus, AnakNya. Karena
itu, satu-satunya penyembahan yang benar dan dapat diterima adalah penyembahan
yang diarahkan kepadaNya. Jika penyembahan tidak diarahkan kepadaNya, itu bukan
penyembahan yang benar, tidak peduli betapa sopan atau berkesannya bentuk
ibadah itu.
Penyembahan kepada Allah adalah sebuah tanda dari iman yang
menyelamatkan. Dalam hal inilah, Rasul Paulus berkata dalam surat Filipi: “Karena kitalah
orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus
Yesus dan tidak menaruh percaya kepada hal-hal lahiriah (Filipi 3:3). Ayat ini berbicara tentang tiga tanda dari iman,
yaitu beribadah oleh Roh, bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya
kepada hal-hal lahiriah. Dari sini kita pahami, bahwa kemegahan orang Kristen
bukanlah terletak pada kehidupan lamanya yang sia-sia, tetapi kemegahannya
hanyalah di dalam Kristus Yesus.
Lagi pula penyembahan yang dalam ekspresi yang paling
lengkap adalah yang melibatkan seluruh umat Allah. Ketika kita berkumpul
bersama sebagai umat Allah, bagian yang terpenting dalam penyembahan kita
adalah membaca firmanNya dan mendengarkannya ketika dikhotbahkan atau
diajarkan. Dengan cara ini, umat Allah melindungi diri dari menyembah allah
yang mereka ciptakan menurut pikiran mereka sendiri.
Dari sini kita pahami saudara, bahwa Allah memang
menginginkan dan memerintahkan penyembahan. Akan tetapi meskipun penyembahan
adalah suatu tanda yang penting dan pokok dari umat Allah secara komunal, namun
perlu kita ketahui bahwa tidak semua yang disebut sebagai penyembahan itu
diperkenan olehNya. Hal inilah yang akan kita bahas dalam perenungan kita kali
ini.
Bapak/ Ibu yang kekasih,
Pembahasan firman Tuhan minggu lalu dijabarkan dalam
Keluaran 20:4-5, yang secara umum kita ketahui sebagai Hukum kedua dari sepuluh
Hukum Allah. Perintah ini berbunyi: “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun
yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di
dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah
kepadanya” (Keluaran 20:4-5).
Pembagian ini tidak sama dengan pembagian yang diakui dalam
Gereja Katolik. Gereja Katolik menyebutkan bunyi hukum ini sebagai bagian dari
hukum yang pertama. Jadi gereja katolik tidak memisahkan ayat 2-5 sebagai dua
bagian yang terpisah dari Perintah Tuhan. Bagi gereja katolik, ayat 4-5 lebih
dipandang sebagai ayat pelengkap dari ayat yang ke-3.
Namun dalam kekristenan pemisahan ini sangat jelas, dimaksudkan.
Yang walaupun kedua perintah ini kedengarannya sama, tetapi esensinya jelas berbeda.
Dalam perintah pertama, Allah memberitahu kita apa yang harus kita
sembah. Kita harus menyembah Allah yang sejati dan yang hidup dan hanya kepadaNyalah
kita berbakti. Perintah kedua lebih memberi tahu kita tentang bagaimana kita
harus menyembah. Kita tidak boleh menggunakan patung atau berhala dalam
menyembah Allah, ataupun melakukan hal-hal lain yang tidak diperkenankan
olehNya di dalam penyembahan kita.
Karena
itu saudara, kalau kita meneliti lebih dalam pada hukum kedua ini, sebenarnya,
Musa melarang segala bentuk dan upacara penyembahan, dengan menggunakan istilah
“menyembah”
atau “melayani”. Yohanes Calvin
menganggap kedua istilah ini mencakup tentang segala bentuk penghormatan. Dari
sini kita mengerti saudara, bahwa kita pun harus berhati-hati terhadap rasa
hormat/ kagum terhadap seorang hamba Tuhan sekalipun, tak peduli siapapun dia
adanya. Sebab semua hamba Tuhan ada di bawah Firman Tuhan!
Akan tetapi
sesungguhnya yang dimaksudkan dengan berhala lebih berarti mementingkan sesuatu
lebih besar daripada mengutamakan Tuhan. Jadi bukan sekedar patung, tetapi
sesuatu yang merintangi kita untuk datang pada Tuhan.
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Perintah
kedua ini sama sekali tidak bermaksud mau menghancurkan atau mengharamkan seni
rupa dengan segala hasil karyanya. Akan tetapi yang ditentang dengan sangat
keras dalam hal ini yaitu, bila seseorang memberhalakannya. Yang terlarang
adalah semua bentuk pemberhalaan baik "dengan"
atau pun "tanpa" patung!
Dengan
demikian, bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Walaupun
saudara tidak memakai patung sebagai simbol untuk Allah, atau dirumah saudara tidak
ada lagi ilah-ilah lain dalam bentuk yang kasat mata, namun sejatinya kita
tetap harus berhati-hati agar kita tidak memegang keyakinan yang keliru tentang
Allah.
Salah
satu keyakinan yang keliru tentang Allah adalah tentang paham pluralisme agama.
Paham ini mengajarkan bahwa ada kebenaran di dalam semua agama. Bahaya dari paham
pluralisme ini antara lain adalah menyamaratakan semua agama serta
menyingkirkan keunikan Kristus sebagai satu-satunya jalan untuk membangun
relasi dengan Allah (Yohanes 14:6; Kisah Para Rasul 4:12). Saya pribadi tidak
setuju dengan paham pluralisme yang seperti ini.
Yang
berikutnya, bapak/ ibu yang kekasih,
Jangan terlampau
cepat merasa aman dan bebas dari bahaya penyembahan berhala, hanya karena saudara
tidak menyimpan satu patung pun di rumah saudara. Memang benar, titah Allah
yang kedua itu "resmi"nya
berbunyi, "Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun. (dan)
jangan sujud menyembah kepadanya". Namun
demikian, ingatlah, "dosa"
ini tidak terutama berkenaan dengan "ada-tidak"nya
benda-benda tertentu di luar kita. Tidak!
Penyembahan
berhala adalah bahaya serius, yang bakal merasuk, menusuk dan menyusup ke dalam
jiwa. Bayangkan saudara secarik kain yang terkena lumpur di luarnya, tak akan sulit
untuk dibersihkan. Tapi bila secarik kain tersebut tersiram tinta, dan tinta
itu telah meresap sampai ke pori-porinya, bisa dipastikan bahwa noda itu akan
sulit untuk dihilangkan.
Karenanya saudara, tidak heran jika banyak orang begitu
sulitnya melepaskan berhala mereka dan tunduk dalam pengajaran yang benar.
Malahan yang terjadi adalah, mereka rela melakukan apa saja, bahkan mereka juga
tidak segan-segan menyerahkan nyawa sebagai wujud pengabdian dan penyembahannya
kepada ilahnya tersebut. Kondisi yang sama dapat kita lihat disekitar kita
hingga sekarang. Dimana ada begitu banyak orang-orang yang belum mengenal Tuhan
dan tetap melakukan pemujaan terhadap patung ataupun ilah dalam bentuk yang
lain.
Pertanyaannya apakah kita hanya dapat berdiam diri dan
tertawa dalam hati tentang kebodohan mereka? Kalau saudara sadar akan anugerah
Allah yang menyelamatkan, pastinya saudara akan tergerak untuk pergi menginjili
mereka yang sedang tersesat oleh dosa.
Lagi
pula kalau kita melihat penjabaran dalam Yesaya ini, penyembahan berhala adalah
sebuah ironi yang tidak masuk akal yang dilakukan oleh manusia. Gregory Beale,
mengatakan dalam bukunya “setiap penyembahan berhala adalah bentuk ekspresi iman
yang sangat korup” iman yang begitu rusak dinyatakannya dalam bentuk
penyembahan berhala. Dalam hal apa iman itu rusak? Dalam hal bahwa sebenarnya
dia tidak percaya bahwa dewa-dewa itu ada. Saudara membuat patung berhala tetapi
tidak percaya dewa itu ada, karena itu Saudara menyembah patungnya. Atau saudara
tidak tahu lagi dimana dewa ini sekarang tinggal, karenanya Saudara menyembah
patungnya. Maka secara tidak langsung hal ini menyatakan sebuah ekspresi: “dewaku ada atau
tidak, saya tidak tahu. Tapi karena saya tidak tahu saya sembah saja patungnya”. Maka penyembahan berhala akan selalu menjadi
sesuatu yang tidak logis.
Mengapa
saudara? Pada satu pihak, ini merupakan tindakan yang paling bodoh/ yang paling
konyol yang bisa dilakukan oleh makhluk yang memiliki akal dan pikiran
diseluruh alam semesta – itulah manusia! Namun pada pihak yang lain, kenyataan
ini banyak sekali kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
Keironisan
itu tergambar dalam Yesaya 44:12-15 yang berkata demikian: “Tukang besi membuatnya dalam bara api dan
menempanya dengan palu, ia mengerjakannya dengan segala tenaga yang ada
ditangannya. Bahkan ia menahan lapar sehingga habislah tenaganya, dan ia tidak
minum air sehingga ia letih lesu” (ayat 12). Atau seperti seorang
tukang kayu yang menebang pohon. Kemudian kayu yang diambinya dibuat sebuah
patung yang menyerupai laki-laki dan ditempatkannya di dalam sebuah kuil. Atau
ia menebang pohon-pohon, lalu kayunya dipakai menjadi kayu bakar untuk
memanaskan diri juga membakar roti. Tetapi tukang kayu itu juga membuat
sebagian kayu tersebut membuatnya menjadi allah lalu menyembah padanya; ia
mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya (13-15).
Saudara,
tentunya Yesaya mengerti bahwa penyembah berhala bukan sekadar menyembah
patung. Mereka yang menyembah berhala menganggap diri mereka menyembah allah
yang diwakili oleh patung tersebut.
Dan tidak
mengherankan, kita melihat bahwa berhala mempunyai kelemahan seperti manusia,
yang perlu untuk merenung, menyelesaikan urusannya, bepergian, ataupun tidur
karena kelelahan (bnd. 1 Raja 18:27), yang mempunyai kekuasaan terbatas, dan
dapat dibujuk atau dimanipulasi.
Akibat
bagi mereka yang menyembah berhala adalah mereka menjadi seperti berhala yang
mereka sembah, yaitu kesia-siaan. Tidak ada faedahnya sama sekali. Malahan mereka
telah mejadi buta dan bodoh, sehingga mereka akan mendapat malu (9).
Mereka
menjadi lupa atas semua persiapan yang begitu melelahkannya karena orang yang
seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab mata
hati mereka telah tertutup sehingga mereka tidak melihat kebenaran apalagi
memahaminya (18).
Lagi
pula saudara, orang yang demikian tidak akan mempertimbangkan apakah perbuatan
mereka adalah kekejian bagi Tuhan? sebab mereka tidak memiliki pengetahuan yang
cukup (19) malahan, mereka telah "disesatkan oleh hatinya yang tertipu,"
dan "ia
tidak dapat menyelamatkan jiwanya" (20). Inilah buah dosa, yang
membawa manusia pada akhirnya membenarkan hal yang salah dan menyalahkan hal
yang benar.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Menukar
Allah dengan berhala merupakan kebodohan ganda. Allah adalah pencipta manusia,
sehingga Ia pantas untuk disembah, sedangkan berhala adalah allah yang dicipta
oleh manusia yang jelas tidak masuk akal kalau ditempatkan untuk disembah. Karena
itu jangan pernah mengurung kebesaran Tuhan dalam bentuk yang menyerupai apapun
untuk disembah. Allah terlalu besar untuk digambarkan. Upaya manusia untuk
menggambarkan kebesaran Allah melalui media yang dibuatnya jelas adalah
tindakan penyembahan berhala.
Umat
Katolik berusaha membenarkan diri dengan mengatakan: yang dilarang dalam perintah
Tuhan disini adalah patung berhala yang disembahnya sebagai Tuhan, bukannya
semua jenis patung/ gambar. Patung/
gambar yang ada di gereja Katolik, hanya merupakan alat saja yang membantu
mengarahkan kita pada Tuhan, sama seperti alat musik yang mengantar kita untuk
menyembah Tuhan. Jadi manakah yang benar?
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Perintah kedua ini bukan larangan bagi orang Israel untuk membuat
patung, tetapi yang dilarang Allah adalah jangan membuat patung lalu mengatakan
“ini allah,” melalui hal inilah aku
dapat menyembahnya. Dengan demikian pemahaman gereja Katolik tidaklah tepat.
Inilah kesalahan yang pernah terjadi dalam Keluaran 32, dimana
Harun melihat Musa yang tengah pergi ke gunung Allah tidak kunjung datang,
lagipula Harun menjadi panik oleh desakan bangsa Israel yang telah lama
ditinggalkan. Karena itu ia berpikir “Musa sudah berumur 80 tahun, ia naik ke gunung tidak ada
yang boleh ikut, hanya Yosua, masalahnya Yosua pun hanya diijinkan separuh
jalan. Jadi Musa yang pergi sampai tempat paling tinggi, dan orang Israel
menunggu.”
Waktu mereka tunggu Musa berhari-hari lamanya tidak
kembali, maka mereka sudah mengasumsikan kejadian yang paling buruk, sepertinya
Musa sudah mati. Dalam kekalutan yang tidak jelas inilah, Harun mendapat ide sesat
“kalau begitu
kumpulkan semua anting-anting emas, kumpulkan semua barang-barang perhiasanmu”
lalu mereka kumpulkan itu semua, mereka membuat anak lembu emas. Tepatnya Harun
yang membuat. Harun membuat anak lembu emas, lalu ditegakkan, dan Harun
mengatakan “inilah
Yehovah, inilah yang membebaskan kita keluar dari Mesir” (Keluaran 32:4).
Dari sini kita melihat mereka tidak membuat patung berhala yang lain,
mereka justru membuat patung berhalanya Tuhan. Jadi perintah kedua melarang
kita untuk membuat patung yang menggambarkan Tuhan, bukan patung menggambarkan
dewa lain.
Dengan
demikian adalah ironi bahwa manusia menyembah apa yang telah diciptanya. Lebih
ironi lagi ialah ketika manusia menukar Allah yang menciptakannya dengan para berhala
yang dibuat manusia. Akibatnya ialah kesia-siaan dan kebinasaan.
Bagian
firman Tuhan ini adalah teguran Tuhan terhadap para pembuat dan pemuja berhala.
Penyembahan berhala adalah hal yang dibenci Tuhan, yang umumnya kita lihat
terjadi dalam kehidupan bangsa-bangsa sekitar Israel. Celakanya, seringkali bangsa
Israel mengikuti tingkah-laku mereka, yang pada akhirnya mendukakan hati Tuhan.
Mungkinkah Tuhan yang hidup disamakan dengan berhala-berhala yang mati itu? Dan
sebaliknya? Karena itu tepatlah jika Yesaya menyamakan para penyembah berhala dengan
orang-orang yang bodoh.
Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kita tidak bisa mengatakan “saya ingin menyembah Tuhan, karena disini
sudah ada gambar atau patungnya maka saya menyembah gambarnya, atau patungnya” ini sama sekali salah. Inilah yang mau diajarkan
di dalam perintah kedua, dimana engkau tidak boleh menghormati Tuhan dan
menyatakan penghormatan itu dengan menyembah gambarNya. Kita tidak boleh
menyembah gambaran tentang Tuhan, Kita juga tidak boleh menghina gambaran
tentang Tuhan. Maka Tuhan mau nyatakan “Aku benar-benar ada, jangan sekali-kali membuat patung
yang menyerupai bentuk apapun lalu sujud menyembah kepadanya”, jangan
sembah gambar apa pun yang menyatakan itu adalah Tuhan.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Tidak ada pernah tercatat dalam sejarah bahwa kuasa yang
dari atas turun ke bawah untuk mengumpulkan bagi dirinya suatu umat. Bapak/ ibu
bisa membandingkannya dengan mitologi apa pun, tidak ada yang seperti ini,
tidak ada yang menyatakan bahwa suatu bangsa yang nyata, benar-benar ada dalam
sejarah, benar-benar dibebaskan dan benar-benar mengalami pembebasan keluar
dari suatu perbudakan di tengah-tengah bangsa lain, selain daripada Tuhan Allah
yang telah menyatakan perbuatannya kepada bangsa Israel. Maka penyataan diri Tuhan
kepada bangsa Israel inilah yang membuat semuanya menjadi berbeda.
Tuhan menyatakan Diri kepada orang Isreal sehingga mereka
dapat percaya kepada Tuhan yang sejati. Maka orang yang menyembah Allah yang
sejati tidak pernah bisa disamakan dengan penyembah-penyembah berhala. Penyembah
berhala membentuk dewanya sendiri menurut apa yang dipikirkannya, dan
mengatakan “ini dewaku”. Tetapi Tuhan
Allah menyatakan Diri, dan menentukan penyembahan yang harus dilakukan bangsa
pilihanNya.
Itulah sebabnya bangsa Israel tidak boleh membuat gambarNya,
karena kehadiran Tuhan bukanlah sebuah proyeksi pikiran bangsa Israel.
Melainkan Allah yang menyatakan diri kepada Musa, Kepada Abraham, kepada Ishak
dan kepada Yakub. Dan yang hari ini, kita mengenalNya di dalam pribadi Tuhan
kita Yesus Kristus.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Saat
ini peradaban manusia semakin maju dan teknologi pun makin canggih, namun
kepercayaan kepada dunia mistis masih saja dipegang oleh cukup banyak orang.
Buktinya masih banyak orang yang mendatangi tempat-tempat keramat untuk meminta
berkat. Saat ini masih saja anak-anak Tuhan menyembah berhala: datang ke
kuburan, gunung, patung atau tempat-tempat yang dianggap keramat untuk melakukan
pemujaan, penyembahan dan meminta kekayaan. Juga khususnya warga keturunan
Tionghoa, banyak yang masih terikat dengan tradisi cum beng, dimana mereka
pergi berziarah ke kubur, membakar kemenyan dan bersembahyang disana? Untuk
apa? Selain daripada semua adalah kesia-sia belaka.
Saat
ini, mungkin kita tidak sedang menyembah berhala sebagaimana bangsa-bangsa di
sekitar Israel pada waktu itu. Atau seperti orang-orang yang belum mengenal
Tuhan yang membuat patung-patung penyembahan dan menyimpannya di rumah. Tetapi
wujud penyembahan berhala bisa jadi adalah sesuatu yang tidak kasat mata. Pada hidup
yang tertuju kepada harta atau hal-hal lain, misalnya pada uang, perusahaan,
kekayaan dan kepopuleran, yang menjadi fokus dan sandaran hidup kita, yang
menggantikan Tuhan. Sadarilah semua bentuk penyembahan yang demikian adalah
kesia-siaan.
Penyembahan
berhala lebih banyak menyangkut cara berpikir, cara menafsir, dan cara
bersikap, yang bersumber jauh di "ruang
kendali" yang ada dalam diri manusia. Dengan istilah yang lebih
canggih, hal itu menyangkut "paradigma"
kita.
Berita
dalam Yesaya ini ingin mengajarkan satu hal kepada kita bahwa pada dasarnya Tuhan
tidak menyangkal adanya kuasa yang dianggap orang sebagai allah. Namun dengan
sikap Allah yang tegas, Allah memperkenalkan diriNya dengan mengatakan bahwa
Ialah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat mereka, memberikan satu pemahaman
bahwa tidak ada Allah lain yang dapat ditempatkan sejajar dengan Allah pencipta
langit dan bumi. Allah melarang kita menyembah allah lain selain Allah. Dia
memperingatkan kita agar hanya menyembahNya dengan cara-cara yang telah
difirmankanNya kepada kita.
Berpegang teguh pada kebenaran berarti kita harus mengenal
kebenaran itu. Dan bagaimana kita dapat mengenal kebenaran kalau kita tidak
bersekutu dengan Tuhan? Karena apa yang menurut dunia itu benar, belum tentu
benar menurut Alkitab.
Kiranya
Tuhan selalu memberikan kepada kita kepekaan rohani dan ingatan yang tajam,
agar jangan sampai kita jatuh dalam penyembahan berhala, yaitu menggantikan
Tuhan dengan hal lainnya sebagai yang segala-galanya dalam hidup kita.
Perintah kedua ini ingin mengajarkan kepada kita bagaimana
melakukan penyembahan dengan benar. Yaitu kita harus menyembah Allah sesuai
dengan perintahNya bagi kita untuk menyembahNya. Segala sesuatu yang
dimunculkan, diciptakan atau diimajinasikan oleh manusia telah merusak
penghormatan dan penyembahan yang sebenarnya kepada Allah.
Bagaimana
dengan kita saudara, sudahkah kita menyembah Allah dengan cara yang benar?
Ataukah selama ini kita memiliki konsep yang salah dalam penyembahan? Sekarang,
apa yang menyebabkan Saudara sering sekali tidak beribadah kepada Tuhan, baik
pada hari minggu untuk pergi ke gereja atau saat teduh pribadi? Apa yang
menjadi berhala kita sehingga kita tidak datang untuk menyembah Tuhan? mungkin
kesibukan mengurus rumah tangga, pekerjaan yang menumpuk, pasangan kita, uang
atau apapun bisa menjadi berhala kita.
Saidaraku
yang kekasih,
Jangan
biarkan kita menjadi penyembah yang sia-sia dalam kehidupan kita. Sebaliknya
biarlah kita dapat menyembah Allah dengan sikap yang benar. Sebab Allah telah memperingatkan
kepada kita “Tetapi
saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar
akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:23-24). Kiranya sebagai umat pilihan Allah, kita dapat
sungguh-sungguh menyatakan penyembahan kita yang berkenan kepadaNya. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar