FIRMAN
YANG MENGUBAH HIDUP
(Kisah Para
Rasul 9:1-9)
Bpk,
ibu. sdr.i yang terkasih
Tema
kita sepanjang tahun ini adalah hidup berpusat pada firman Tuhan. Minggu yang lalu
kita membahas soal “Mengapa Kita Harus Taat” dan hari ini
kita akan membahas soal “Firman Yang Mengubah Hidup”.
Saudara,
Apakah
kita pernah mendengar sebuah nama yaitu Yusuf Rony? Mungkin tidak semua kita
yang mengenal nama ini. Dia ini adalah
seorang lulusan pesantren dan dia sangat membenci orang
Kristen. Bahkan pernah satu kali dia ini ingin membakar salah satu Sekolah Teologia yang ada di Malang, yaitu Sekolah Tinggi Teologi “I-3,” karena begitu bencinya dia
kepada orang Kristen saudara.
Yang
menjadi pertanyaan bagi dia saudara,
mengapa banyak orang Kristen mau
rela mati demi sebuah nama “Yesus”.
Pastinya nama itu memiliki pengaruh yang luar biasa
sehingga banyak orang Kristen mau
menderita demi namaNya.
Akhirnya
dengan rasa penasaran dia
mencoba mempelajari Alkitab saudara dan disitulah dia menemukan bahwa hanya ada
satu jalan keselamatan melalui Tuhan
Yesus. Singkat cerita saudara
ketika firman itu dia
renungkan siang dan malam,
bahkan setiap kali ada
waktu bagi dia untuk membaca firman Tuhan,
mendorong dia untuk mengambil
keputusan untuk mengikut Tuhan.
Saudara, kita percaya kuasa
firman Tuhan,
pada akhirnya
sanggup mengubah
hidupnya hingga dia mengalami pertobatan. Ditahun-tahun berikutnya saudara, dia dibentuk
menjadi hamba Tuhan di sekolah yang akan dia bakar itu.
Kita melihat saudara, Allah bisa saja mengubahkan hati
yang jahat, hati yang penuh dengan kebencian menjadi hati yang takut akan Tuhan.
Hati Yusuf Rony telah diubah
oleh Tuhan menjadi hati yang baru,
bahkan Allah memakai dia menjadi hambaNya secara penuh waktu.
Tidak lama dari pembentukkannya di sekolah teologia,
suatu saat Yusuf Rony ditahbiskan menjadi seorang Pendeta dan melayani
Tuhan secara luar biasa.
Tuhan memakai dia melayani dalam
beberapa KKR hingga ke daerah Makassar. Saudara, pengalaman
pertobatan Yusuf Rony menjadi
titik tolak kesaksian Injil yang baik. Tidak ada kesaksian yang lebih baik dan
lebih berdampak selain kesaksian pertobatan hidup seseorang kepada Tuhan.
Bpk,
ibu, sdr.i yang terkasih
Ada
sebuah syair lagu yang dikarang oleh Rufus H. McDaniel, di tahun 1914, terjemahannya berbunyi:
Perubahan
ajaib terjadi padaku
Sejak Yesus dihatiku
Ada t'rang dalam hati
dan harap penuh
Sejak Yesus dihatiku
Reff:
Sejak Yesus dihatiku
Ada t'rang dalam hati
dan harap penuh
Sejak Yesus dihatiku
Reff:
Sejak Yesus dihatiku
Sejak Yesus dihatiku
Hidupku berubah
Menjadi berarti
Sejak Yesus dihatiku
Sejak Yesus dihatiku
Hidupku berubah
Menjadi berarti
Sejak Yesus dihatiku
Syair
ini sangat jelas memberitahu arti atau maknanya, bahwa perubahan ajaib itu
terjadi karena Tuhan Yesus. Tanpa Tuhan, seseorang tidak akan mengalami
perubahan ajaib dalam hidupnya.
Demikianlah
juga yang terjadi dalam kehidupan Saulus. Ketika Kristus menyatakan diri
kepadanya dan tinggal di dalam hatinya (Saulus), ada perubahan besar terjadi
dalam hidupnya.
Dikatakan
sebelum hati Saulus diubah oleh Tuhan, hatinya penuh dengan kebencian begitu
banyak orang-orang kristen dia bunuh baik itu perempuan maupun laki-laki bahkan
begitu kejamnya dia tega memenjarakan banyak orang Kristen.
Saulus
dikenal sebagai tokoh yang sangat jahat pada waktu itu. Dan dia adalah pemimpin
yang sering menganiaya orang Kristen. Meskipun Saulus mempunyai pengetahuan
yang luar biasa namun sesungguhnya Saulus buta secara rohani. Saulus tidak
memahami apa sebenarnya yang diajarkan oleh PL tentang Mesias seperti juga
banyak orang sebangsanya.
Paulus
menjadi pemimpin di antara orang Yahudi. Para pemimpin yang lebih tua mundur
dan membiarkan kesempatan kepada Paulus menjadi pimpinan pasukan untuk
menghancurkan kekristenan. Paulus sendiri menggambarkan tindakannya yang
melawan kekristenan ini dengan berkata: “Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah
memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa
dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan
memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku
mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing"
(Kisah 26:10-11).
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Ketika
dia mendengar bahwa di Damsyik ada satu perkampungan yang dihuni oleh banyak
pengikut Kristus,
hati dan pikiranya semakin jahat ingin segera kesana untuk melakukan pembasmian terhadap orang Kristen.
Saudara, Kota Damsyik sebenarnya dihuni oleh sejumlah
besar penduduk Yahudi dan diperkirakan waktu itu ada sekitar tiga puluh sampai
empat puluh sinagoge di kota itu.
Namun, semenjak berita kebangkitan Kristus tersebar
disana, kota itu sudah ada orang-orang percaya yang menunjukkan betapa
efektifnya gereja menyebarkan berita itu. Kemungkinannya
beberapa dari orang percaya itu adalah mereka yang
melarikan diri dari penganiayaan di Yerusalem.
Hal
inilah yang membuat Saulus meminta wewenang untuk menyeret mereka kembali. Setelah
menerima surat
kuasa dari Imam besar maka diapun berangkat.
Karena ulah Saulus di Yerusalem, membuat
namanya ditakuti di antara semua orang Kristen di Yerusalem. Dia telah berhasil
memisahkan atau membungkam banyak orang Kristen di kota suci itu. Demikian pula, ketika berita
tentang kedatangan Saulus
telah sampai ke Damsyik pastinya
membawa ketakutan tersendiri bagi orang-orang percaya disana.
Saudara, Kota Damsyik, kira-kira berjarak 240 km jauhnya dari
Yerusalem. Dia memutuskan untuk pergi ke sana untuk melanjutkan penganiayaannya
kepada orang-orang percaya ini. Dia telah diberi kekuasaan penuh dan membawa
surat izin untuk memasuki kota dan menangkap semua orang Kristen di kota itu
dan membawa mereka kembali dalam keadaan terbelenggu ke Yerusalem.
Akhirnya saudara, Saulus
dan kawan-kawannya
memulai perjalanan yang panjang menuju Damsyik. Perja-lanan ini membutuhkan
waktu enam sampai tujuh hari dan selama perjalanan panjang ini memberi waktu yang cukup banyak untuk
berpikir.
Mungkin
ia mulai meragukan tindakannya. Mungkin
dia berpikir, mengapa Stefanus berani mati dengan begitu tenangnya, sebab ketika eksekusi itu dijatuhkan, Saulus
merupakan salah satu yang menyetujui pembunuhan Stefanus (Kis 8:1a).
Saudara, Saulus pastinya tidak
dapat melupakan doa Stefanus ketika Stefanus "menutup mata” dan berkata: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku" (Kis
7:59).
Pikiran Saulus mengalami pertentangan. Hatinya mulai
dipenuhi tanda tanya besar. Disatu sisi dia harus
melakukan hal yang ia pandang benar, tetapi disisi
yang lain, dia terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan
yang tidak dapat dijawabnya. Oleh karena itu, ia pun pergi ke Damsyik.
Bapak,
ibu, sdr.i yang terkasih
Pertobatan
Paulus terjadi ketika ia mendekati kota itu. Pada waktu tengah hari, tiba-tiba
sebuah cahaya yang membutakan mata bersinar mengelilingi Paulus dan
teman-temannya. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah suatu suara berkata
kepadanya, "Saulus,
Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?"
Jawab Saulus: "Siapakah Engkau,
Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kau aniaya itu” (Kis 9:4-5).
Saulus berharap dengan mengetahui identitas kuasa
itu, ia dapat mengerti. Namun jawaban itu membuat dia tambah bingung, bahkan
jawaban itu sekarang bagaikan ledakan yang lebih dahsyat daripada terang yang
membutakan itu. Kini ia tahu bahwa apa yang dipikirkannya selama ini
yaitu membela nama Tuhan ternyata justru merupakan penganiayaan terhadap
Kristus.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Perjumpaan Paulus dengan Tuhan Yesus inilah yang
merupakan titik balik dari pertobatan Paulus. Firman yang didengarnya kini
telah mengubah hidupnya. Disinilah Paulus
menemukan dirinya sebagai orang yang berdosa yang terhilang dan berada dalam bahaya
penghukuman Allah.
Saulus
berpikir bahwa selama ini dia
sedang melayani Allah, pada hal kenyataannya ia justru menganiaya sang Mesias. Dan sejak perjumpaan itu Paulus menjadi
pribadi yang baru karena ia percaya kepada Yesus Kristus.
Saulus
berharap dengan mengetahui identitas kuasa itu, ia dapat mengerti. Namun
jawaban itu membuat dia tambah bingung, bahkan jawaban itu sekarang bagaikan
ledakan yang lebih dahsyat daripada terang yang membutakan itu.
Perjumpaan Paulus dengan Tuhan Yesus ditandai oleh
kebutaan matanya sehingga beberapa anak buahnya harus menuntun dia dan
membawanya ke Damsyik.
Selama
tiga hari lamanya dia tidak dapat melihat dan tidak makan ataupun minum.
Pengalaman ini mengubah Paulus sepenuhnya. Sekarang orang Farisi yang sombong
ini berubah menjadi seorang yang kesakitan, gemetar, meraba-raba dan bergantung
pada tangan orang lain yang menuntunnya sampai ia tiba di Damsyik.
Ia
pergi ke rumah Ananias
dan langsung masuk ke kamarnya. Di sana ia tinggal selama tiga hari tanpa
makanan dan minuman. Selama tiga hari itu Paulus berdoa dan berpuasa. Seluruh
hidupnya telah berubah setelah pertemuannya dengan Kristus. Sekarang dia harus
membangun kembali kehidupannya yang baru di
dalam Kristus.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Pertobatan Paulus ini bukan berarti tanpa tantangan.
Semenjak perjumpa-annya dengan Tuhan Yesus, kini bukan lagi Paulus yang
menganiaya, tetapi Paulus yang mengasihi. Hanya masalahnya bagaimana ia bisa
menyakinkan orang-orang Kristen yang ada di Damsyik. Bagaimana dia harus
mempertanggung-jawabkan perbuatan-nya kepada Mahkamah Agama, jika pada akhirnya
ia tidak lagi menganiaya orang Kristen, tetapi mengasihi mereka.
Saudara,
Kalau
kita baca seterusnya sampai pasal 22 akibat Tuhan menampakkan diri kepada
Paulus membuat hidup dan hatinya sungguh dipulihkan oleh Tuhan. Dengan
pertobatan yang terjadi Paulus melayani Tuhan dengan hati yang baru yang dia
miliki. Bahkan dengan perjumpaannya dengan Tuhan dalam perjalanan ke Damsyik
dia berani bersaksi bahwa dia adalah murid Tuhan.
Dan
ketika dia diperhadapkan kepada pengadilan untuk memper-tanggung jawabkan
pemberitaannya, Paulus memulai pembelaannya dengan kesaksian tentang pertobatan
pribadinya (Kisah 22:3-21).
Paulus tidak memulai pembelaannya dengan ajaran
yang rumit, melainkan ia bertitik tolak dari pengalaman pribadinya
dengan Tuhan.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Paulus
berusaha menjelaskan tentang kasih karunia dan kedaulatan Allah yang telah
merubah arah hidupnya (Kisah 22:6).
Dari seorang penganiaya menjadi utusan Allah karena Allah dan ini bukanlah
pilihan Paulus karena pada saat itu yang ada di pikiran Paulus ingin menangkap
pengikut-pengikut Tuhan Yesus dan bawa ke Yerusalem tetapi Tuhan berkehendak
lain.
Melalui
kesaksian pertobatannya, Paulus berusaha meyakinkan bahwa Yesus adalah Allah
yang berkuasa melaksanakan kehendak-Nya tanpa meminta pertimbangan manusia.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Karena
pertemuanya dengan Tuhan itu Paulus tidak malu bersaksi tentang pribadinya
sebelum dia kenal Tuhan dan sesudah kenal Tuhan. Siapa dia? Bagaimana hidupnya
dulu?
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Namun
seringkali kita orang Kristen takut atau malu bersaksi karena merasa tidak
sanggup menjelaskan Injil dengan baik. Apalagi pengertian kita terhadap firman
Tuhan masih terbatas.
Bpk, ibu, sdr.i
Yang terjadi itu bukanlah
suatu alasan buat kita tetapi Tuhan bisa pakai kita untuk bawa jiwa jika dengan
pengalaman pertobatan pribadi kita atau kelahiran baru, maka pengalaman
tersebut dapat menjadi alat kesaksian bagi kemuliaan Tuhan. Sudahkah saudara
memiliki pengalaman hidup yang diubahkan
oleh Allah?
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Seringkali
kita memiliki dua pemikiran yang salah, bahwa: (1) seseorang yang sering
berbuat kejahatan tidak mungkin bisa bertobat. (2) jika seseorang tidak mau
bertobat, maka Tuhanpun tidak bisa membuatnya bertobat.
Saudara,
pemikiran ini tentu saja tidak tepat, sebab pertobatan seseorang adalah
anugerah Tuhan. “Anugerah” berarti “suatu pemberian yang diberikan pada
seseorang yang tidak layak untuk menerimanya, atau seseorang yang tidak berhak
memiliki, atau mengambilnya.”
Dalam
kasus Paulus, Tuhan secara melimpah menyatakan anugerah tersebut, sehingga
Paulus yang sebelumnya berlimpah amarah, menjadi berlimpah anugerah. Ketika
Paulus berkobar-kobar ingin menganiaya jemaat Tuhan, Tuhan justru menangkapnya
dan menjadikannya murid-Nya. Ia pun rebah, ketika Tuhan menyatakan diri dan
memanggilnya.
Bagi Paulus perubahan ini
datang pada perjalanan ke Damsyik: "Allah berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam
aku" (1 Korintus
9:1; 15:8). Paulus begitu terkesan bahwa ia merumuskan
pengalamannya dengan suatu kutipan dari nyanyian "Hamba Tuhan": "Tuhan telah
memanggil aku sejak dari kandungan, telah menyebut namaku sejak dari rahim
ibuku" (Yesaya 49:1; Yeremia 1:5).
Pengalaman
pada perjalanan ke Damsyik bagi Paulus betul-betul karya rahmat, tanpa jasa
manusia. Tetapi bukan rahmat untuk dinikmati saja, melainkan untuk dibagikan dengan
banyak orang lain. Seperti hamba Tuhan begitu juga Paulus merasa diri dipanggil
untuk menjadi "terang
bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan sampai ke ujung bumi" (Yesaya 49:6;
lihat juga Kisah Para Rasul 9:15).
Bagaimanapun
kerasnya hati Paulus, jika Tuhan beranugerah, ia tidak akan dapat menolaknya.
Paulus pun tertunduk di bawah kaki Tuhan. Namun dalam peristiwa pertobatan
Paulus, nampak bahwa Tuhan berdaulat atas hidup seseorang. Paulus memilih
sendiri jalan hidupnya dengan menjadi penganiaya jemaat Tuhan, namun tujuan
hidupnya ini berbalik 180 derajat, setelah Tuhan memanggilnya.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Setelah
berjumpa dengan Yesus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamatnya ,
Paulus tidak diam tapi dia berpuasa dan
berdoa memohon bimbingan dengan sikap penyerahan yang sepenuh hati kepada
Allah. Iman yang menyelamatkan dan kelahiran baru sesudah itu selalu
mengakibatkan orang percaya mencari persekutuan dengan Tuhan dan
Juruselamatnya.
Bpk, ibu, sdr.i
Perjumpaannya Paulus dengan Tuhan ini benar-benar telah
mengubah pikiran dan cara pandangnya. Ia kini sadar, bahwa dirinya bukan
siapa-siapa. Ia adalah manusia lemah tak berdaya, yang dibuktikan dengan
kebutaannya selama 3 hari. Karena itu, janganlah kita takut dalam memberitakan
Injil, sebab Tuhan lebih berdaulat daripada manusia.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Meskipun
banyak tantangan, ancaman-ancaman di mana-mana tapi membuat semangatnya semakin berapi-api dalam beritakan injil bahkan
melalui Paulus seluruh Yudea,
Galilea dan Samaria hidup dalam damai, hidup di dalam takut
akan Tuhan dan jumlahnya semakin bertambah besar.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Ketika Tuhan mengubah hidup Paulus Paulus
melayani dengan hati yang sungguh-sungguh baru di dalam Tuhan. Hati yang
senantiasa mau menyenangkan Tuhan dan hati yang mau melayani Tuhan. Kalau kita
coba renungkan dan membayangkan bagaimana kejamnya Paulus ini, tapi
sekejam-kejamnya dia Tuhan sanggup untuk mengubahnya menjadi hati yang penuh
lemah lembut. Mungkin bagi orang-orang yang ada di Damsyik pada saat itu mereka
berpikir apa ini hanya mimpi, bagaimana mungkin orang ini di kenal sangat jahat
tapi sekarang dia menjadi orang yang baik,dan penuh dengan kasih?
Saya pun secara pribadi
ketika mempersiapkan khotbah ini dan merenungkannya mana mungkin hal ini bisa
terjadi? Ya inilah pikiran manusia dan pendapat manusia yang seringkali ada
dalam pikiran kita.
Bpk, ibu, sdr.i yang saya kasihi
Segala
sesuatu tidak ada yang mustahil bagi Allah dan mustahil bagi kita. Hal inilah
memperlihatkan kepada kita bahwa Tuhan ini sanggup dan berdaulat melakukan apa saja yang sama sekali tidak ada
dalam pikiran kita, dan kita mengganggap bahwa itu mustahil.
Bpk, ibu, sdr.i yang terkasih
Bagaimana
dengan orang-orang yang sudah membakar gereja, menganiaya orang kristen apakah
mereka tidak bisa di ubah oleh Tuhan menjadi alat dalam tanganNya? Apakah
mereka tidak bisa memiliki hati yang baru di dalam melayani Tuhan? Jawabannya hanya satu bisa. Karena Tuhan
punya kuasa untuk melakukannya. Bagaimana dengan orang yang kita kenal dulunya
anak Tuhan tapi karena ada masalah dalam hidupnya dia meninggalkan Tuhan,dia
meninggalkan pelayanannya. Apakah dia tidak bisa berbalik lagi menjadi orang
percaya? Bisa.
Bpk, ibu, sdr.i
Paulus
bisa berubah mungkin banyak anak-anak Tuhan yang terus mendoakan dia dan
akhirnya Pauluspun bertobat. Dia melayani Tuhan dengan hati yang baru,hati yang
sudah diubahkan oleh Tuhan.
Pertanyaannya
bagaimana dengan hati kita sekarang apakah melaui pengalaman pribadi kita
dengan Tuhan sudah membuat hati kita
sungguh-sungguh baru di hadapan Tuhan? Ataukah hati kita sama sekali tidak ada
perubahan.
Hati
kita sudah tidak mau lagi melayani dengan berkobar-kobar, hati kita sudah mulai malas
melakukan pelayanan yang Tuhan percayakan, kita sudah mulai menjauhkan diri
dari pertemuan-pertemuan ibadah kita dengan Tuhan dengan alasan-alasan yang
kita buat sendiri.
Bpk, ibu, sdr.iku
Sejak
Tuhan Yesus ada di dalam hati kita, dan sejak ia menyatakan diri-Nya kepada
kita, pastilah kita mengalami perubahan. Pertanyaan, "Siapakah kita sebelum percaya kepada Tuhan
Yesus? Dan siapakah kita setelah percaya kepada-Nya?" Namun,
apakah kita juga memiliki beban yang mendalam untuk memberitakan Injil kepada
orang lain yang belum percaya? Salah satu ciri orang yang sudah mengalami
Kristus di dalam hidupnya adalah, ia rindu agar orang lain pun dapat mengenal
dan percaya kepada Tuhan Yesus.
Kalau
kita sudah diselamatkan oleh Tuhan, itu bukan karena kita sudah baik di hadapan
Tuhan. Kalau hati kita di jadikan baru oleh Tuhan itu semua karena anugerah Tuhan. Kalau hati
kita yang dulunya penuh dengan kejahatan tetapi ketika kita percaya dan menjadikan
Tuhan sebagai juruselamat kita biarlah hati kita menjadi baru dan terus baru di
dalam Tuhan secara khusus dalam melayani Tuhan. Karena dengan hati yang baru
itulah Tuhan akan pakai kita secara luar biasa. Amin
0 komentar:
Posting Komentar