KEMBALI PADA
TUJUAN SEMULA
Yohanes 20:30-31
Bapak/ ibu yang
kekasih,
Diakhir dari ibadah
sepekan kita kali ini, saya ingin mengajak kita untuk melihat satu perikop yang
cukup unik yang kembali mengingatkan kepada kita mengenai tujuan semula: Untuk
apa kita berada disini, dan mengapa kita memperingati kesengsaraan Tuhan Yesus.
Saudara, bukan satu
kebetulan jika Rasul Yohanes menempatkan perikop ini setelah kisah penderitaan,
kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Secara pribadi pastinya Yohanes kembali akan
merasa sedih saat ia mengingat kembali peristiwa kesengsaraan Tuhan Yesus
Kristus saat berada di dalam dunia.
Namun saudara,
sepertinya Rasul Yohanes ingin mengajak para pembaca Injil untuk tidak larut
dalam kesedihan. Sebaliknya Ia ingin mengingatkan hal yang paling esensi dari
seluruh pemberitaan Injil, yaitu iman di dalam Yesus Kristus. Mari kita
membaca Yohanes 20:30-31.
Bapak/ ibu yang
kekasih,
Pernahkah kita merenungkan, saat kita membeli suatu barang elektronik (atau barang lain yang cukup mahal), di dalam kemasannya
kita pasti menemukan dua dokumen yang sangat penting? Yang satu adalah kartu garansi, dan yang satu lagi adalah buku panduan!
Dengan kartu garansi,
kita mendapatkan satu jaminan, bahwa barang yang kita beli telah melalui suatu
proses uji kelayakan pakai. Sehingga barang yang kita beli itu memang benar-benar adalah
barang yang berkualitas.
Lalu agar garansi tersebut dapat tetap berlaku - biasanya hingga jangka
waktu tertentu, kita perlu menggunakan barang tersebut sebagaimana mestinya,
sehingga untuk
kepentingan itulah buku panduan disertakan, agar kita meng-gunakannya sesuai tujuan yang diharapkan.
Demikian pula
dengan kehidupan kita
saudara. Ketika Yesus Kristus menawarkan anugerah keselamatan bagi kita, Tuhan
Yesus memberikan satu Garansi kehidupan yang bernilai kekal, kepada siapa saja
yang mau percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Nilai ini tidak ada seorang
pun yang mampu menakarnya. Tidak juga dengan emas atau pun perak, tidak dengan
barang yang fana. Tetapi dengan jiwa Anak Allah yang Mahakuasa, yang rela mati
di atas kayu salib.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Saat kita membaca
Injil Yohanes, khususnya bagian yang dituliskan Rasul Yohanes pada pasal
20:30-31. Sepertinya Rasul Yohanes ingin menjelaskan kepada kita bahwa kita yang sudah percaya kepada Yesus, telah menerima jaminan kehidupan
kekal. Dan sebagai
tanggung jawab kita untuk mengisi kehidupan kita adalah kita wajib
tetap mengerjakan keselamatan kita tersebut dengan takut dan
gentar (Filipi 2:12).
Pertanyaannya
saudara, bagaimana kita bisa yakin bahwa kita telah mendapatkan
jaminan hidup kekal, dan bagaimana pula cara kita tahu “buku panduan” kita dapat memimpin
kehidupan kita mencapai keselamatan itu?
Saudara, jawabannya tidak lain dan tidak bukan, kedua hal tersebut telah ada di dalam kitab suci kita yang saat ini sedang
kita baca bersama-sama.
Kita percaya bahwa kitab suci yang
absah terdiri dari 66 kitab, dimulai dari kitab Kejadian hingga kepada kitab Wahyu. Kitab suci
kita diawali dengan kisah penciptaan langit dan bumi, dan diakhiri pula dengan penciptaan langit dan bumi yang baru. Jika boleh saya rangkumkan, isi dari semua kitab suci tersebut adalah “Keselamatan di dalam Yesus Kristus”. Dengan kata lain,
seluruh berita dari Kitab Suci kita adalah berita tentang Yesus Kristus.
Kita melihat saudara,
Perjanjian Lama menggambarkan segala sesuatu tentang
Yesus, yang masih samar-samar karena Yesus memang belum turun ke dalam
dunia.
Barulah dalam
Perjanjian Baru digambarkan dengan sangat
jelas, bagai-mana pekerjaan Yesus,
hingga pada
penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikanNya yang
menyelamatkan kita.
Saudara, Jika saja Yesus hidup di zaman sekarang, mungkin seluruh koran, televisi,
internet berisikan berita tentang segala pekerjaan Kristus. Saya yakin tidak ada
sesuatu yang terlewatkan yang tidak bisa tidak diwartakan kepada dunia.
Namun masalahnya
saudara, Tuhan Yesus hidup 2.000 tahun yang lalu, dalam segala keterbatasan teknologi, sehingga masih banyak hal-hal lain yang sebenarnya dibuat Yesus namun tidak tercatat
di dalam Alkitab.
Dikatakan: “Memang masih
banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-muridNya, yang tidak
tercatat dalam kitab ini” (ayat 30).
Disini kita melihat bahwa tanda-tanda
atau mujizat yang dibuat Tuhan Yesus sebenarnya begitu banyak. Bahkan saking
banyaknya, maka tidak semuanya tertuliskan. Karena itu tanda-tanda yang dicatat
oleh Yohanes sebenarnya lebih menekankan mengenai konsep saksi mata.
Saudara, dalam ayat ini ataupun
dalam pasal 19:35, konsep saksi mata dan iman para pembaca sangatlah berkaitan
erat. Jadi dalam pemahaman Yohanes, Injil lebih merupakan kitab kesaksian para
saksi mata yang mengalami sendiri, bagaimana Tuhan Yesus berkarya. Bagaimana
Tuhan Yesus mengharapkan kita untuk berubah dan melakukan perbuatan sesuai
dengan apa yang dikehendaki-Nya. Dan pada intinya tanda-tanda yang dipilih dan
diuraikan Yohanes dalam kitab ini adalah bukti Ketuhanan Kristus.
Bapak/ ibu yang kekasih
dalam Tuhan,
Tanda-tanda memang penting.
Namun, berita Injil sengaja tidak menitikberatkan pada konsep mujizat/ tanda
saudara. Orang-orang berdosa tidak diselamatkan oleh kepercayaan kepada mujizat/
tanda; sebaliknya mereka diselamatkan oleh iman kepada Yesus Kristus.
Saudara, hari ini banyak
gereja lebih menekankan pada pentingnya tanda atau mujizat Tuhan. Banyak gereja
menjanjikan mujizat-mujizat yang spektakuler bagi jemaat yang haus akan
tanda-tanda. Apakah hal ini adalah suatu kebenaran?
Kenyataannya saudara, banyak
orang Yahudi di Yerusalem yang percaya kepada Yesus karena mujizat-mujizat yang
dilakukanNya, tetapi Ia sendiri tidak memercayakan diriNya kepada mereka,
karena Ia mengenal mereka semua (Yohanes 2:23-25). Saudara, Tuhan Yesus
mengenal bahwa mereka hanya datang kepada Tuhan Yesus adalah untuk menerima
mujizatNya, tetapi sebenarnya mereka sendiri tidak membutuhkan sumber mujizat
itu sendiri.
Atau dalam kasus Nikodemus,
ia memang percaya kepada mujizat-mujizatNya, tetapi Ia sendiri tidak dilahirkan
kembali karena hal itu! (Yohanes 3:3). Demikian juha sejumlah besar orang
mengikutiNya karena mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus (Yohanes 6:2),
tetapi pada akhirnya, kebanyakan dari mereka justru meninggalkan Dia untuk
selamanya (Yohanes 6:66).
Saudara, pemimpin agama sendiri
percaya bahwa Tuhan Yesus sanggup melakukan banyak mujizat, tetapi “iman” itu tidak menyelamatkan mereka,
karena mereka membuat siasat untuk membunuh Yesus (11:47-48).
Dengan demikian saudara, iman
kepada mujizat-mujizatNya tidak akan sanggup untuk menyelamatkan manusia. Kita
harus memiliki iman kepada firmanNya, dan pribadi yang berkuasa yaitu Tuhan Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Sebab Tuhan Yesus sendiri
menunjukkan bahwa iman pada pekerjaan-pekerjaanNya, baru merupakan langkah
pertama ke arah iman pada firman Allah (5:36-40).
Karena itu Rasul Yohanes
merasa tidak perlu untuk menuliskan semua mujizat yang dilakukan oleh Tuhan
kita. Bahkan ia menyimpulkan bahwa tidak mungkin mencatat secara lengkap semua
perbuatan-perbuatanNya (21:25). Kenyataannya saudara, kehidupan dan pelayanan Tuhan
Yesus terlalu besar dan banyak untuk dituliskan secara lengkap oleh siapa pun,
sekalipun ia diilhami.
Jika demikian, apakah Alkitab kita ini adalah dokumen yang tidak valid dan tidak
sempurna?
Apakah Alkitab kita
tidak lagi utuh sehingga perlu diragukan keasliannya? Saudara, Kitab suci kita tidak
pernah dimaksudkan sebagai suatu biografi dari Tuhan Yesus Kristus, tetapi
dimaksudkan sebagai ajakan dan seruan untuk menerima Dia sebagai Tuhan dan
Juruselamat.
Maksudnya adalah
Kitab suci kita, bukan hanya memberikan sebuah informasi, tetapi memberi hidup.
Kabar baik untuk mengubah kehidupan manusia. Dengan demikian saudara, bila kita
mendekati Injil hanya sebagai sebuah buku sejarah dan biografi, maka kita
mendekatinya dengan cara yang keliru. Sebaliknya, kita harus membaca mereka,
bukan seperti ahli sejarah yang mencari informasi, melainkan sebagai
orang-orang yang mencari Allah.
Karena itu saya percaya, bahwa Alkitab adalah buku yang paling sempurna bagi manusia, karena di
dalamnya tertulis Firman Tuhan yang diilhamkan oleh Tuhan melalui para penulis-penulis Alkitab.
Walaupun demikian
saudara, banyak di antara kita yang belum sadar akan pentingnya membaca Alkitab? Mereka
berdalih, bukankah kita bisa mendengarkan khotbah pendeta di televisi? Bukankah kita juga bisa mendengarkan
lagu-lagu rohani? Bukankah kita juga bisa mencari segala sesuatunya di
internet?
Saudara, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa tujuan Injil ditulis adalah agar kita yang membacanya percaya bahwa Yesuslah Mesias,
Anak Allah yang menyelamatkan semua orang yang mau percaya kepadaNya. Tujuan Alkitab ini ditulis adalah agar kita yang beriman beroleh hidup dalam nama Tuhan Yesus (ay. 31b).
Karena itu Alkitab yang benar adalah Alkitab yang berfokus pada Tuhan Yesus. Demikian
juga ajaran yang benar adalah ajaran yang berfokus pada pribadi Tuhan Yesus. Khotbah yang benar adalah khotbah yang berfokus pada Tuhan
Yesus, dan
yang memuliakan nama Tuhan, bukan nama hamba TuhanNya.
Karena itu, bapak/
ibu yang kekasih,
Kita butuh Firman Tuhan yang hidup, yang dapat menguatkan iman
kita, menuntun kita dalam jalan Tuhan sehingga hidup kita
boleh menjadi hidup yang berkenan kepada Tuhan, dan kita boleh tetap berada
dalam jalan keselamatan itu sendiri.
Dari sini kita melihat, Rasul
Yohanes tidak berpuas diri hanya dengan menerangkan satu pokok bahasan. Tetapi
ia ingin mengingatkan kepada kita untuk kembali kepada tujuan semula.
Karena itu dikatakan: “Supaya kamu
percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah dan supaya kamu oleh imanmu
memperoleh hidup dalam namaNya” (ayat 31)
Saudara, ada dua
penafsiran yang berkembang sehubungan dengan ayat ini, yaitu:
·
“supaya kamu percaya.” Dengan kata lain, “supaya kamu yang
tadinya belum percaya kepada Kristus kini dapat percaya setelah mendengarkan
kesaksian ini.”
Penafsiran pertama ini ingin
menjelaskan kepada kita bahwa orang yang belum percaya kepada Kristus, setelah
mendengatkan kesaksian rasul-rasulNya kini menjadi percaya. Hal ini sejalan
dengan tujuan Yohanes terhadap konsep penginjilan. Jika kita membaca pasal
1-12, kita akan menemukan bahwa tujuan penginjilan dalam pasal-pasal tersebut
tidak dapat disangkal.
Kenyataannya saudara,
bahwa kebutuhan terbesar dari setiap orang adalah keselamatan dari dosa dan
murka Allah. Karenanya para murid dengan berani mengkhotbahkan bahwa kebutuhan
itu tidak dapat dipenuhi oleh seorang lain pun kecuali di dalam Kristus. Ini
mengungkapkan sifat ekslusif dari Injil serta tanggung jawab gereja yang berat
untuk menyampaikannya kepada semua orang.
Dengan demikian,
ungkapan “supaya
kamu percaya, bahwa Yesuslah mesias Anak Allah” adalah suatu
himbauan supaya para pembaca yang belum percaya kepada Tuhan Yesus pada
kahirnya dapat menjadi percaya. Mereka dihimbau untuk percaya bukan hanya bahwa
Yesus adalah Mesias, tetapi juga bahwa Yesus adalah Anak Allah.
·
Tafsiran yang kedua adalah “supaya kamu terus percaya.”
Bapak/
ibu yang kekasih,
Dalam
bahasa aslinya ayat ini menggunakan keterangan waktu present sehingga orang
sudah percaya tidak boleh berhenti untuk menjadi percaya; kepercayaan tersebut
haruslah bersifat present dan terus menerus. Dengan kata lain “…supaya kamu yang sudah percaya memang
tetap percaya dengan iman yang teguh.”
Dari penafsiran ini, ingin
mengatakan bahwa tujuan Injil Yohanes adalah untuk menjaga supaya orang yang
sudah percaya kepada Yesus tidak menjadi sesat, tetapi tetap percaya kepada
Yesus.
Berita kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, diharapkan dapat menguatkan iman
mereka, baik yang melihatNya secara langsung atau pun kepada mereka yang hanya
mendengarNya.
Himbauan ini juga bisa berarti
supaya kita yang sudah percaya dapat memegang teguh iman di dalam namaNya. Iman
yang merujuk kepada kehidupan di dalam nama-Nya.
Namun demikian
saudara, nampaknya Injil Yohanes memang memuat kedua tujuan diatas, yaitu bahwa
tujuan Injil ditulis adalah supaya orang bertobat dan menjadi percaya. Dan
tujuan yang kedua adalah supaya orang percaya dapat meningkatkan iman mereka
dan sungguh-sungguh hidup di dalam karyaNya.
Bapak ibu yang
kekasih dalam Tuhan.
Apa yang dapat kita
lakukan sekarang, setelah kita mengerti kasih dan pengorbanan Tuhan Yesus bagi
kita? Peringatan Paskah mungkin sebentar lagi akan berlalu. Kita akan kembali
disibukkan dengan berbagai macam rutinitas kita. Tetapi yang tidak boleh lalu
dalam ingatan kita adalah, kita harus kembali pada tujuan semula kita, yaitu
supaya kita semakin “percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu
memperoleh hidup dalam namaNya.” (Yohanes 20:31). Kiranya terpujilah
Nama Tuhan kita. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar