DALAM KESESAKAN KUNAIKAN DOA
Yunus 1:17; 2:1-10
Yunus 1:17; 2:1-10
Sidang jemaat yang
kekasih,
Apa yang biasanya
dilakukan seseorang ketika ia diperhadapkan dengan pergumulan dalam hidupnya? Mungkin
sebagian kecil, mereka akan menggumuli persoalan itu dalam doa kepada Tuhan.
Namun sebagian besar, kecenderungan yang ada adalah mereka mengomel kepada Tuhan.
Mereka berkeluh kesah oleh karena pergumulan yang mereka hadapi begitu berat.
Sampai-sampai mereka tidak lagi mampu melihat harapan tangan Tuhan yang sanggup
menolongnya.
Memang saudara, saat seseorang
berada dalam lembah kekelaman, ujian atau masalah yang berat, seringkali memunculkan
banyak pertanyaan, terutama pertanyaan yang ditujukan kepada Tuhan, "Mengapa Tuhan
hal ini bisa terjadi? Tuhan, mengapa Engkau meninggalkan aku?"
Saudaraku yang kekasih,
Ketahuilah bahwa kehidupan
yang sedang kita jalani bukanlah sebuah kehidupan yang bebas dari hambatan.
Bukan pula kehidupan yang tidak ada tantangan. Sebaliknya, kehidupan yang
sedang kita jalani ibarat sebuah kapal yang berada di arung samudra besar.
Kadang kita mendapati gelombang, terkadang kita juga menemukan lautan yang
teduh. Dan adakalanya Tuhan mengijinkan kita untuk masuk ke dalam suatu keadaan
yang sepertinya tidak ada harapan, dengan satu tujuan, untuk menguji kesetiaan
dan iman kita.
Karena itu saudara-saudara
sebagai seorang yang beriman, kita tidak boleh menyerah dan putus asa terhadap
keadaan yang sedang kita hadapi. Sebab tangan Tuhan yang besar, sebetulnya
sedang merenda kehidupan kita dan Ia menjanjikan penyertaanNya.
Melalui kisah Yunus inilah
kita akan mempelajari bagaimana kondisi yang menyesakkan itu pada akhirnya memampukan
seseorang untuk tetap berpaut kepada Tuhan dalam doa dan imannya.
Sidang jemaat yang kekasih,
Kitab Yunus diawali dengan
satu cerita mengenai panggilan Allah terhadap Yunus. Yunus dipanggil Allah
untuk menyampaikan Firman pertobatan kepada penduduk Niniwe agar mereka dapat berbalik
kepada Allah dan mengalami pertobatan. Akan tetapi, kenyataannya Yunus justru tidak
menaati perintah Allah ini. Ia lari ke kota lain, ke kota Tarsis.
Secara geografis, kota Niniwe
terletak di sebelah Timur Israel, sedangkan Tarsis berada di sebelah Barat
dekat Spanyol. Saat Allah menyuruh Yunus pergi ke daerah Timur, yaitu ke Ninewe,
Yunus malah melarikan diri jauh dari hadapan Tuhan. Ia melarikan diri ke arah
Barat, menuju ke Tarsis. Artinya, apa yang dilakukan oleh Yunus adalah 180° bertentangan
dari perintah Allah.
Saudara, Niniwe sendiri
merupa-kan kota besar dalam Kerajaan Asyur. Dalam sejarah bangsa Israel, kota
Niniwe mempunyai reputasi yang buruk. Leluhur Israel pernah menderita di bawah
kekejaman Niniwe. Kitab Nahum memberikan gambaran tentang reputasi kota Niniwe
sebagai kota yang jahat dan kejam. Mungkin karena inilah Yunus tidak mau
menyerukan pertobatan kepada bangsa Niniwe sehingga ia melarikan diri ke
Tarsis.
Namun apapun alasannya,
kenyataannya Yunus tidak taat kepada Tuhan. Dan karena ketidaktaatan Yunus, pada
akhirnya Tuhan memberikan satu ganjaran yang tidak pernah dibayangkan Yunus
sebelumnya. Allah mengijinkan Yunus ditelan oleh ikan yang besar dan berada di
dalamnya selama 3 hari 3 malam (1:17).
Saudara, banyak orang berspe-kulasi
mengenai jenis ikan apakah yang telah menelan Yunus? Apakah seekor ikan Paus
atau ikan hiu? Atau adakah ikan lain yang jauh lebih besar dari kedua jenis
ini? Yang lain, mengatakan bahwa cerita ini merupakan mitos yang berkembang di
wilayah Israel.
Saudara, kita tidak perlu
memper-masalahkan apakah
ikan besar itu semacam ikan paus atau ikan yang lain, karena Alkitab memang
tidak memfokuskan cerita ini pada jenis ikan yang ada. Tetapi yang menjadi
penekanan disini adalah, otoritas Allah yang memberikan pertolongan untuk Yunus
dapat keluar dengan hidup setelah 3 hari 3 malam di dalam perut ikan.
Sidang jemaat yang kekasih,
Dalam majalah
Coronet (Desember 1938) terdapat
sebuah artikel yang termuat di headline, dengan judul
“Ia bermain Yunus-yunusan”, karangan,
Irving Walance. Dikabarkan bahwa tahun 1891, James Bartley hilang dari kapal “Star of the East”,
pada waktu seekor ikan paus membalikkan sebuah perahu di perairan
Kepulauan Falklandia. Sesaat kemudian ikan paus itu pun dibunuh.
Saudara, perlu sehari semalam
untuk membedah lapisan lemak ikan paus itu. Dan saat perut ikan itu dibuka,
Bartley kedapatan berada di dalamnya dalam keadaan pingsan. Selama kira-kira
tiga minggu ia mengigau, sambil berseru kepada Tuhan untuk “menyelamatkan dia
dari perapian”, karena ia menyangka dirinya sedang dibakar di
dalamnya. Pada minggu keempat ia melanjutkan pekerjaan di kapal itu lagi.
Saudara, jikalau kita percaya
akan Allah yang dinyatakan dalam Alkitab, maka kita tidak akan mengalami
kesukaran untuk mempercayai kebenaran kisah Yunus ini. Karena faktanya, kisah
Yunus bukanlah suatu mitos yang berkembang, tetapi kisah ini adalah sesuatu
yang betul-betul terjadi, dan pastinya ini merupakan suatu penderitaan hebat
bagi Yunus.
Bisa dibayangkan saudara, dalam gelapnya
tubuh ikan ini, pastinya penuh dengan kotoran, belum lagi bau yang tidak sedap
menyengat hidungnya, saya rasa ini bukan sebuah tamasya yang mengasyikan bagi
Yunus. Dan pastinya Yunus berpikir bahwa dirinya tidak akan pernah kembali
melihat kehidupan.
Ini merupakan gambaran suatu
keadaan yang tanpa harapan. Kesusahan
yang dialami Yunus digambarkan seperti berada dalam dunia orang mati. Ia
tertelan hidup-hidup, dan pastinya tidak ada harapan untuk ia dapat keluar dari
alam maut itu.
Saudara, kenyataannya
tidak ada seorangpun yang dapat memastikan bahwa Yunus akan bertahan hidup
selama tiga hari jika bukan karena Tuhan yang berkenan memeliharanya.
Sebagaimana Tuhan mengijinkan ikan besar itu menelan Yunus, begitu pula Tuhan
berkuasa atas hidup dan matinya Yunus.
Dan yang menarik untuk kita simak
disini adalah, keberadaan Yunus dalam perut ikan merupakan gambaran
keberadaannya dalam dunia orang mati yang disejajarkan dengan kematian Kristus.
Yesus juga
tinggal di dalam perut bumi selama tiga hari dan tiga malam, dan Ia
dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga (Matius 12:40).
Saudara, dalam pasal 2 ini, Yunus
ingin menyatakan rasa syukurnya atas campur tangan Tuhan dalam hidupnya. Ia menyadari bahwa apa
yang ia alami, yaitu tertelan oleh ikan besar ialah karena kesalahannya sendiri
yang tidak taat kepada Tuhan. Karena itu saudara, butuh suatu pertobatan dalam
hidup untuk menyadarkan seseorang untuk mengerti apa yang direncanakan Tuhan
dalam hidupnya.
Dan Yunus tahu akan
kesalahannya. Ia sadar bahwa ia telah melanggar perintah Tuhan. Karena itu
jalan terbaik baginya adalah menyatakan pertobatannya. Dalam masa kesusahannya
inilah, Yunus berseru kepada Tuhan dari dalam perut ikan. Ia menaikan suatu doa
syukur atas pertolongan Tuhan bagi dirinya.
Disini kita melihat, saat berada di dalam perut
ikan, Yunus tetap mengarahkan imannya kepada Allah. Ia menaikan seruan
kesedihannya kepada Allah yang pada akhirnya doanya didengar Allah. Dengan
seruan yang penuh keimanan Yunus berkata: “Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan,
dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan
Kaudengarkan suaraku.” (ayat 2).
Saudara, seberapa banyak
diantara kita ketika dalam kesesakan, kita berseru dengan iman meminta
pertolongan kepada Tuhan? Ataukah justru kita kehilangan iman ketika melihat
pergumulan yang sedang kita hadapi terasa semakin menghimpit kehidupan kita.
Kita menghindar dari kenyataan, menghindar dari perseku-tuan dan pada akhirnya
kita menjalani kehidupan yang tanpa arti.
Saudara mari kita belajar
dari Yunus. Sekalipun kita tahu bahwa ia tidak taat pada perintah Tuhan, untuk
memberitakan pertobatan bagi Niniwe, tetapi Yunus mengetahui kebenaran yang
sejati yaitu iman kepada Allah yang hidup adalah satu-satunya jalan keselamatan
baginya.
Dari sini kita mendapatkan
satu penjelasan bahwa pertolongan yang sejati hanya datang dari Allah yang
hidup. Karena itu jangan sekali-kali kita lari dan mencari pertolongan atau
bersandar kepada manusia ketika kita ditimpa pergumulan yang hebat, karena kita
pasti akan menjadi kecewa.
Bahkan, Alkitab juga dengan
tegas menentang sikap seseorang yang berbuat demikian. Sebagaimana,
Firman Tuhan dalam Yeremia 17:5 berkata: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia,
yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada
Tuhan!”
Memang saudara, kalau kita taat
kepada Tuhan, kita juga akan menderita karena serangan setan. Tetapi dalam
penderitaan itu Tuhan menyertai kita dan akan menolong kita, sehingga kita
dapat menanggungnya.
Tetapi kalau kita menderita
karena tidak taat kepada Tuhan, penderitaan itu datang sebagai hajaran dari
Tuhan, sehingga tidak ada yang bisa menolong kita dan kita akan merasakan
penderitaan itu sebagai sesuatu yang tidak bisa kita tanggung.
Tetapi bagaimanapun juga, semua
hajaran ini diberikan oleh Tuhan kepada Yunus, bukan karena Tuhan membenci
Yunus, tetapi justru karena Ia cinta kepada Yunus dan karena Ia ingin Yunus
bertobat melalui penderitaan itu.
Bapak/ Ibu yang kekasih,
Illustrasi:
Sebuah kapal sedang berlayar pada
suatu malam dengan cuaca buruk. Dari kejauhan tampak sebuah lampu yang
kelihatannya berasal dari ‘kapal’ lain yang sedang menuju ke arah kapal itu.
Untuk menghindari tabrakan, kapten kapal lalu memerintahkan untuk mengirim
pesan ke ‘kapal’ itu, yang berbunyi: “Beloklah 10 derajad ke utara”. Tetapi
‘kapal’ itu bukannya belok 10 derajad ke utara, tetapi sebaliknya mengirim
pesan balasan: “Kamu
yang belok 10 derajad ke selatan”.
Mendengar jawaban dari lawannya, Kapten
kapal itu jengkel, dan mengirim pesan lagi: “Saya kapten, kamulah yang harus berbelok 10 derajad ke utara”. Kemudian
pesan balasan diterima: “Saya pelaut kelas satu, kamu harus belok 10 derajad ke selatan”.
Saudara, Kapten itu akhirnya menjadi
sangat marah lalu dalam kemarahannya ia mengirim pesan lagi: “Ini kapal perang;
kamu belok 10 derajad ke utara”. Tidak lama kemudian, pesan balasan ia
terima: “Ini mercusuar; kamu harus belok
10 derajad ke selatan”.
Saudara, sebagai kapten kapal yang waras, maka
tentunya dialah yang harus membelokkan kapalnya 10 derajad ke selatan, karena
mercusuar itu adalah benda yang tidak bisa bergerak.
Sebenarnya saat kehendak saudara
dan kehendak Tuhan bertabrakan, yang pertama harus kita sadari adalah ingatlah
bahwa kehidupan yang sedang kita jalani, haruslah sesuai dengan kehendak Tuhan,
bukan sesuai dengan kehendak kita. Karenanya, saudaralah yang harus mengubah
kehendak saudara, dan menyesuaikannya dengan kehendak Tuhan (bdk. Mat 6:10b Mat
26:39, 42).
Saudara, Yunus menyadari
bahwa ketika dia mengandalkan diri dan kepentingannya, kehidupannya bukan
menjadi semakin baik, tetapi kehidupannya semakin kacau balau. Sebaliknya,
ketika ia mencari Tuhan dalam doa, ia tahu bahwa pintu sorga sudah terbuka,
baginya. Dalam hal inilah Yunus mengerti dan meminta pertolongan kepada Tuhan.
Karena itu, apa yang dapat
kita pelajari dari hal ini saudara? Yaitu, berhentilah menggerutu dan berkeluh
kesah tentang kehidupan ini. Memang perjalanan hidup yang kita jalani bukanlah suatu
perjalanan yang gampang untuk kita lalui. Di dalamnya ada banyak tantangan yang
membawa kita untuk bersedih dan merasa kehilangan. Di dalamnya ada banyak
kemelut yang membuat kita merasa sesak. Di dalamnya tersimpan sesuatu yang menyudutkan
seseorang untuk kehilangan pengharapan.
Akan tetapi sebagai
seorang yang beriman, jangan biarkan kita terpuruk oleh persoalan yang sedang
kita hadapi, sebaliknya tetaplah tenang dan ucapkanlah syukur kepada Tuhan, sebagaimana
hikmat Salomo dalam Amsal 14:30a berkata: "Hati
yang tenang menyegarkan tubuh…"
Inilah letak kekuatan kita
saudara. Ketenangan hati mengarahkan kita untuk berpikir jernih dan menatap
masa depan. Ketenangan hati memampukan kita untuk kembali bergantung kepada
Tuhan.
Yunus menyaksikan
keajaiban Tuhan dalam hidupnya. Ia menda-patkan kesempatan kedua untuk kembali
hidup. Dan ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diperolehnya. Karenanya
ia tidak salah dalam memilih sikap ketika pergumulan datang menyerang dia, ia menaikan
doa syukur kepada Tuhan.
Dengan selalu mengucap
syukur semangat yang padam dapat bangkit kembali dan iman yang sudah lemah pun dapat
dikuatkan. Karena itu ingatlah saudara-saudara! Kuasa Tuhan tidak
dapat bekerja apabila iman kita padam. Sekalipun manusia berkata itu
mustahil, penyakitmu tidak akan sembuh, rumah tanggamu akan hancur, namun selalu
ada harapan dan jalan keluar di dalam Tuhan. Tiada suatu hal yang mustahil
bagi Tuhan! Sebesar apa pun persoalan kita Tuhan Yesuslah satu-satunya jawaban! Dialah
yang sanggup menolong umatNya yang berseru kepadaNya. Sebagaimana Tuhan sanggup
mengeluarkan Yunus dari dalam perut ikan, demikian pula Tuhan Yesus sanggup
menolong kita.
Yang berikut saudara,
Apa yang menyebabkan Yunus
mengambil sikap yang benar dalam menghadapi kesesakan? Ialah komitmennya untuk
kembali ke jalan Tuhan.
Dikatakan dalam ayat 9: “Tetapi aku, dengan
ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepadaMu; apa yang kunazarkan akan
Kubayar. Keselamatan adalah dari Tuhan!
Bapak/ ibu yang kekasih,
Doa Yunus tentang syukur atas keselamatan Tuhan adalah doa yang lahir dari hati yang sangat lega dan bersyukur luar biasa. Dengan iman Yunus mengucap syukur kepada Allah, dan ia mengakui bahwa keselamatannya semata-mata adalah hanya dari Allah (ayat 9). Di dalam doa syukurnya, Yunus mengatakan bahwa ia akan membayar nazarnya dan dia meyakini bahwa Allah adalah pertolongannya. Dia masih percaya bahwa Allah sanggup untuk menyelamatkannya jikalau Allah berkehendak untuk melakukannya. Dan akhirnya Yunus pun betul-betul memenuhi nazarnya. Ia pergi menyatakan pertobatan kepada kota Niniwe (3:1-3). Saudara, ini adalah langkah bijaksana yang diambil Yunus!
Bapak/ ibu yang kekasih,
Doa Yunus tentang syukur atas keselamatan Tuhan adalah doa yang lahir dari hati yang sangat lega dan bersyukur luar biasa. Dengan iman Yunus mengucap syukur kepada Allah, dan ia mengakui bahwa keselamatannya semata-mata adalah hanya dari Allah (ayat 9). Di dalam doa syukurnya, Yunus mengatakan bahwa ia akan membayar nazarnya dan dia meyakini bahwa Allah adalah pertolongannya. Dia masih percaya bahwa Allah sanggup untuk menyelamatkannya jikalau Allah berkehendak untuk melakukannya. Dan akhirnya Yunus pun betul-betul memenuhi nazarnya. Ia pergi menyatakan pertobatan kepada kota Niniwe (3:1-3). Saudara, ini adalah langkah bijaksana yang diambil Yunus!
Kenyataannya
saudara, Allah memang turut bekerja dalam segala sesuatu. Baik saat kita
sukacita ataupun saat kita berdukacita. Sebagaimana yang telah ditulis oleh
Rasul Paulus dalam Roma 8:28 bahwa: “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka
yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Dalam hal Yunus, Allah
meng-ijinkan dia ditelan oleh ikan yang besar untuk menyadarkannya dari apa
yang telah dilakukannya, yaitu menolak dan menjauh dari panggilan Allah di
dalam kehidupannya.
Begitu
juga dengan anak-anak Tuhan, Allah mengijinkan sesuatu terjadi di dalam
kehidupan anak-anaknya untuk mendatangkan kebaikan bagi kehidupan anak-anakNya.
Allah dapat mengijinkan
persoalan, kesulitan, kesusahan maupun hal-hal lain terjadi di dalam kehidupan
anak-anakNya untuk mendatangkan kebaikan bagi anak-anakNya, untuk membentuk
anak-anakNya menjadi semakin serupa denganNya. Dan untuk membentuk karakter
dari anak-anakNya.
Jadi saudara, walaupun kita
mengalami banyak penderitaan, pencobaan, kita harus percaya bahwa Allah sanggup
mengubah semuanya itu menjadi indah pada waktunya.
Berbicara
mengenai ucapan syukur, ada beberapa ciri-ciri yang menjadi kelebihan dari
orang yang suka mengucap syukur, yaitu:
1. Ia senantiasa memuji Tuhan dan berterima kasih kepada Tuhan baik dalam keadaan suka maupun dalam keadaan duka. Tidak hanya dalam saat suka orang dapat bersyukur kepada Tuhan, tetapi juga saat dukacita pun orang dapat mengucap syukur kepada Allah, karena ucapan syukur adalah sikap hati yang menerima segala kedaulatan Allah yang kemudian tercermin dalam perkataan dan sikap hidup yang memuliakan Allah.
2. Orang yang
mengucap syukur, ia tidak menuduh orang lain atau melempar kesalahan kepada
orang lain atas kegagalan, penderitaan atau kesusahan yang dialaminya.
3. Orang yang
mengucap syukur, pastinya mau menerima semua keadaan walaupun hal itu tidak
sesuai dengan keinginannya, tidak sesuai dengan harapannya maupun di luar
dugaannya.
Dari ciri-ciri tersebut,
kita bisa melihat bahwa orang yang mau mengucap syukur adalah tanda dari
pribadi yang kuat, karena dia bisa menerima segala hal baik yang sesuai dengan
harapannya maupun yang tidak sesuai dengan harapannya.
Kisah Yunus ini
mengajarkan kepada kita untuk tetap mengucap syukur ketika terjadi sesuatu yang
tidak sesuai dengan keinginan kita, sambil mengarahkan pandangan kita pada
Allah yang hidup. Sehingga dalam kesesakan
sekalipun kita mampu menaikan doa kepada Tuhan kita Yesus Kristus. Dan kita pun
dapat kembali hidup di jalan Tuhan. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar