KEBERDOSAAN MANUSIA DI
HADAPAN ALLAH YANG KUDUS
Mazmur 51:1-21
Sidang jemaat yang kekasih
dalam Tuhan,
Saat kita memperhatikan
judul yang akan kita renungkan kali ini, rasa-rasanya ini kita diperhadapkan
dengan suatu kontras yang sangat besar. Betapa tidak saudara, kita melihat satu
perbandingan antara manusia yang berdosa dengan Allah yang kudus. Satu
perbandingan antara langit dan bumi.
Faktanya saudara, adakah
manusia yang tidak berdosa di dunia ini? Adakah hati nurani manusia mampu
membawanya ke tingkat ketidak-berdosaannya? Tidak ada bukan! Jadi, jika tidak
ada seorang manusia pun yang tidak berdosa di hadapan Allah. Bukankah seharusnya
semua manusia sedang menuju kepada kebinasaan?
Semua manusia telah menjadi
musuh Allah. Sebab dosa berarti segala sesuatu yang melanggar hukum Allah. Dan setiap
pelanggaran adalah tindakan yang menentang hukum Allah. Yang sama artinya bahwa
manusia berusaha memusuhi Allah.
Karena itu saudara, jika
Allah menganugerahkan kepada kita suatu keselamatan hidup yang kekal di dalam
pribadi Yesus Kristus, itu adalah pemberian yang tidak ternilai harganya. Dalam
hal inilah Rasul Paulus menuliskan dalam 2 Korintus 5:18, “Dan semuanya ini dari Allah, yang
dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya…”
Dari sini kita melihat
saudara, bahwa dalam kasihNya yang besar, Allah selalu ingin membangun satu persekutuan
yang intim dengan umat kesayanganNya. Karena itu jika Allah melihat umat
kesayangannya melakukan suatu pelanggaran, tentunya ini merupakan suatu hal
yang menyedihkan bagiNya.
Hal inilah yang terjadi dengan
Daud saudara. Kalau kita perhatikan perjalanan hidup Daud, rasanya terlalu
banyak kebaikan yang Allah perbuat bagi Daud. Bagaimana saat Allah mengurapi
Daud menjadi seorang raja, padahal ia adalah si gembala kecil yang tidak masuk
hitungan manusia. Bagaimana saat Allah menolong dan melepaskan Daud dari
kekejaman Raja Saul yang berusaha membunuhnya, bahkan setelah kematian Saul seluruh
harta dan isteri Saul menjadi miliknya. Allah juga telah memberikan kuasa
kepada Daud atas seluruh kaum Israel dan Yehuda, bahkan kekuatan dan keamanan
negeri ditambahkannya kepadanya. Dengan kata lain saudara, terlalu banyak
kebaikan-kebaikan Allah yang dapat disebutkan dalam kehidupan Daud.
Tetapi apa yang terjadi,
Daud sepertinya merasa diri tidak puas dengan semua yang telah diberikan Allah.
Dia menghina dan melakukan apa yang jahat di mata Allah dengan melakukan
perzinahan dengan Batsyeba. Dan bukan hanya itu saja saudara, ia juga
merencanakan suatu pembunuhan licik terhadap Uria, suami Batsyeba. Saudara,
inilah sifat dosa, ketika dosa ditutupi dengan dosa, akibatnya dosa itu semakin
merusak citra diri manusia.
Bapak/ ibu yang kekasih
dalam Tuhan,
Kalau kita mau jujur,
bukankah seringkali kita juga melakukan apa yang tidak berkenan kepada Tuhan?
Bukankah kita pun masih sering jatuh ke dalam dosa? Pertanyaannya bagi
kita saudara, apakah kita merasa bersalah ketika kita telah melakukan sesuatu
yang melanggar perintah Tuhan? Atau sadarkah kita bahwa dosa yang kita
lakukan sebenarnya adalah pemberontakan kepada Tuhan?
Karena itu saudara, agar
kita dapat terlepas dari ikatan dosa yang mematikan, penting bagi kita untuk
mengakuinya di hadapan Tuhan. Inti pengakuan dosa adalah pertobatan dan
penyesalan atas semua hal yang telah dilakukan yang tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan. Sebab Pengakuan dosa yang jujur di hadapan Allah
mendatangkan pemulihan dari Allah. Kebenaran inilah yang ingin
diajarkan dalam Mazmur 51 ini.
Karena itu bapak ibu yang
kekasih, Hari ini kita belajar, bagaimana langkah untuk menerima pemulihan dari
dosa:
I. Diperlukan pengakuan akan dosa dan
permohonan ampun (ayat 3-5 & 9)
Bapak/ ibu yang kekasih
dalam Tuhan,
Mazmur 51 ini merupakan
Mazmur pengakuan dosa yang paling terkenal dari 7 Mazmur tentang pengakuan dosa
yang ada (25, 32, 34, 38, 51, 79, 106). Mazmur ini merupakan mazmur
pengakuan dosa Daud. Saudara, Daud bukan hanya telah melakukan perzinahan,
tetapi juga merancang pembunuhan bagi Uria, suami Batsyeba untuk menutupi
dosanya. Saudara, saat Daud merencanakan niat jahatnya, ia bukan dalam kondisi
yang terdesak. Tetapi ia tengah berada dalam keadaan memiliki segala-galanya.
Ia berada di dalam istana yang kuat, aman, dan tidak ada musuh dari bangsa mana
pun yang mampu melawannya.
Akan tetapi, musuh
terbesar yang justru melemahkan Daud adalah dosa. Dosa mampu menyusup dan
menemubus sampai ke dalam jiwa Daud hingga membutakan mata hatinya. Dosa lebih
cerdik dan licik dari mata-mata musuh. Ia jauh lebih jahat dan kejam dari siapa
pun juga. Karenanya setiap orang yang terpikat untuk melakukan dosa, ia akan
tergoda untuk melalukan dosa yang lainnya. Saudara, kondisi ini jika tidak
segera disadari dan diwaspadai, maka pastinya dosa akan membawa kita kepada
maut.
Bapak/ ibu yang kekasih
Dalam Yakobus 1:14-15 dijelaskan “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya
sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah
dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan
maut.”
Bukankah itu juga yang
dialami Daud, ia “diseret
dan dipikat olehnya?” Daya Tarik
dosa begitu kuatnya sehingga Daud pun mengakui bahwa ia senantiasa bergumul
dengan dosanya (Mazmur 51:5b).
Saudara, dalam 2 Samuel
12:1-7 kita dapat menemukan latar belakang dari Mazmur ini, bahwa ketika nabi Natan datang kepada raja
Daud, ia tidak langsung menegur Daud. Natan menggunakan kisah orang kaya
dan orang miskin. Orang kaya ini merampas satu-satunya anak domba yang
dimiliki oleh si miskin. Kisah yang menggam-barkan ketidakadilan ini
membuat Daud sangat marah! Secara spontan ia mengatakan bahwa orang kaya
ini harus dihukum mati. Orang kaya ini juga harus mengganti anak domba itu
empat kali lipat!
Pada saat itulah nabi
Natan mengatakan: “Engkaulah orang itu!” Nabi Natan seakan “membongkar” dosa Daud yang selama ini
berusaha ia tutupi. Lalu apa respons Daud? Apakah ia berusaha membela
diri? Tidak saudara!
Daud tidak mempersalahkan
Batsyeba atau beragumen dengan nabi Natan mengenai situasi dan kondisi yang
membuatnya tergoda. Daud juga tidak berdalih dengan menjelaskan ketidak-sadarannya
ketika melakukan perbuatan dosa. Justru yang dilakukan Daud adalah, ia berulang-ulang
kali mengakui bahwa itu semua adalah pelanggaranku, kesalahanku, dosaku.
Bagaimana
dengan kita saudara? Apakah kita juga berani mengakui dengan jujur segala kesalahan
yang telah kita lakukan? Ataukah kita berdalih mencari-cari celah agar kita
merasa dibenarkan? Atau menganggap dosa yang kita lakukan sebagai sesuatu yang
biasa dan pura-pura melupakannya? Ingatlah saudara, dosa yang tidak
diselesaikan akan menjadi beban yang berkepanjangan. Demikianlah yang
difirmakan Tuhan dalam Mazmur 38:5, “Sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku;
semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku.” Menarik
saudara, jika kita bandingkan dalam terjemahan sehari-hari yang mengatakan: “tenggelam dalam
banjir.” Apa artinya saudara? Artinya adalah seseorang yang tengah
tenggelam dalam banjir kemungkinannya hanya satu yaitu maut akan segera
menjemputnya.
Nyatanya
saudara, dosa yang tidak pernah diselesaikan akan memberi dampak hilangnya
sukacita dan damai sejahtera dalam hidup kita. Karena itu pengakuan dosa akan
membuka kembali pintu anugerah Tuhan yang sudah tertutup oleh dosa. Tangan
Tuhan yang menanti dan mengharapkan kita kembali sedang terbuka di hadapan
kita. Karena itu, marilah kita datang ke dalam pelukan tangan kasih-Nya. Sebab Tuhan
berjanji akan mengampuni dan menyertai kita serta menanggung akibat dosa kita.
Dia juga akan akan menghamparkan jalan hidup yang baru setelah penyucian kita. Dengan
kata lain, ada harapan yang lebih mulia dan menyenangkan Tuhan di dalam
pengakuan dosa daripada terus menyembunyikan dan menumpuk dosa yang melahirkan
dosa.
2.
Diperlukan kesadaran bahwa dosa selalu berurusan dengan Tuhan (ayat 6).
Sidang jemaat yang
kekasih,
Saat Daud sadar akan
dosanya kepada Tuhan ia berkata: “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa” (ayat 6). Dari kesadaran inilah yang akhirnya
menuntun Daud pada pengakuan dosa yang jujur di hadapan Tuhan. Daud datang
dengan jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk seperti yang digambarkan di ayat 19, “Korban
sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak
akan Kaupandang hina, ya Allah.” Hal ini menggambarkan suatu kondisi
dukacita atau kesedihan yang mendalam karena telah berdosa serta rasa gentar
seseorang yang berdosa karena ia menyadari akan kehadiran Allah yang kudus.
Daud merasakan penderitaan
yang begitu mendalam ketika ia berusaha menutup-nutupi dosanya. Semakin ia
berusaha lari, batin dan rohnya terasa semakin tertekan. Ia merasakan tangan
Allah meremukkan tulang-tulangnya, wajah Allah yang penuh murka terus-menerus
menatap dosanya. Dan ia pun merasa dibuang dari hadapan Allah.
Itulah penderitaan orang
berdosa ketika terpisah dari Allah dan persekutuan dengan Roh Kudus. Daud
sangat menyadari keseriusan dosa yang akan membawa dirinya kepada kegelapan dan
kebinasaan kekal. Itulah sebabnya ia berdoa, “Jangan membuang aku dari hadapanMu, dan
janganlah mengambil rohMu yang kudus dari padaku!” (Mazmur 51:13).
Pengakuan dosa ini dimulai
dengan pernyataan yang jujur mengenai kesadaran pribadi tentang dosa. Perhatikan
ayat 5:
“Sebab aku
sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku” Saudara, kedua kalimat ini mau menyatakan suatu kesadaran
terus-menerus akan keberdosaannya bukan sekedar suatu kesadaran yang muncul
kadang-kadang atau sekali-sekali saja. Pusat dari pengakuan dosa ini ada di ayat 6a “Terhadap Engkau,
terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa”
Dalam konsep orang Israel,
dosa yang dilakukan kepada sesama manusia dipercaya sebagai dosa yang menentang
Allah. Pelanggaran terhadap perintah-perintah Allah ini dimaknai sebagai dosa
yang menentang pribadi Allah. Jadi, melakukan dosa berarti melakukan sesuatu
yang buruk, tidak menyenangkan, bahkan jahat di mata Tuhan!
Kesadaran akan betapa
seriusnya dosa ini membuat Daud sungguh-sungguh memohon pengampunan Allah. Hanya
Allah yang bisa menghapus, membasuh, dan mentahirkan manusia dari
dosa! Oleh karena itu, Daud sungguh-sungguh memohon supaya Allah
menyucikan dia dari dosa-dosanya.
Saudara-saudara dalam Yesaya 1:18 dikatakan bahwa “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi,
akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain
kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Selain itu, 1 Yohanes 1:9 juga
mencatat “Jika
kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”
Bagian firman Tuhan ini
menujukkan bahwa ada jaminan pengampunan dosa dari Allah ketika kita datang
mengaku dosa di hadapan Allah. Jaminan pengampunan dosa ini menjadi suatu
hal yang pasti karena pengorbanan Kristus yang sempurna di kayu
salib. Pengorbanan Kristus yang sempurna telah meredakan murka Allah atas
manusia berdosa. Pengorbanan Kristus telah membuka pintu pengampunan Allah
bagi manusia berdosa.
Aplikasi
Saudara, dalam perjalanan
kita mengikut Tuhan, bukankah kita juga masih sering jatuh bangun dalam
dosa? Saya tidak tahu, apa yang menjadi pergumulan kita. Mungkin ada
yang bergumul dengan dosa kekuatiran, ketakutan, kecemasan, kemalasan, atau
kemarahan. Mungkin ada yang bergumul dengan dosa iri hati, kesombongan
atau kemurnian hati dalam pelayanan.
Bahkan mungkin ada
diantara kita yang bergumul dengan pikiran-pikiran negatif terhadap orang lain
atau pikiran yang kotor yang muncul dalam khayalan kita. Saudara, mungkin
dosa ini tidak diketahui oleh orang-orang di sekitar kita. Namun, satu hal
yang pasti Tuhan tahu akan hal itu. Dosa kita adalah sesuatu yang jahat
dan menjijikkan di hadapan Tuhan yang maha kudus. Dosa kita adalah suatu
penghinaan kepada pribadi Tuhan!
Kesadaran akan dosa yang
menjijikan ini seharusnya membuat kita datang merendahkan diri di hadapan
Tuhan, mengakui dosa-dosa kita dengan jujur, dan memohon pengampunan
Allah. Biarlah kita boleh datang dengan hati yang hancur dan penyesalan
yang mendalam, dan kita berkata kepada Tuhan: “Tuhan, terhadap Engkau, terhadap Engkau
saja aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat. Kasihanilah
aku yang berdosa ini”
Ingatlah saudara, bahwa
dosa selalu membawa kecemasan dan kegelisahan dalam hidup kita. Namun,
pengakuan yang jujur di hadapan Allah membawa kelegaan dan
kebebasan. Pengakuan dosa ini menjadi langkah awal bagi kita untuk dipulihkan
oleh Allah.
3.
Mintalah satu pemulihan dari Allah (ayat 10).
Sidang jemaat yang
kekasih,
Daud memohon supaya Allah,
Sang Pencipta itu dapat merestorasi kembali hidupnya. Daud rindu dimana
Allah dapat kembali memulihkan hidupnya. Karena itu ia berkata dalam ayat 10 “Biarlah aku
mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak
kembali!. Pada ayat 10, kita bisa
melihat bahwa proses pemulihan ini dimulai dengan suatu permohonan supaya
ia bisa mendengarkan sukacita dan kegirangan, juga supaya tulang yang telah
Allah remukan dapat bersorak-sorai kembali.
Ungkapan “tulang yang Kau
remukan” menggambarkan penderitaan atau kesukaran serta kegelisahan
secara mental dan spiritual yang disebabkan oleh rasa bersalah karena dosa yang
telah dilakukan. Nyatanya saudara, Daud sungguh-sungguh merindukan supaya
ia bisa kembali merasakan sukacita dalam bersekutu dengan Allah.
Saudara, mari kita
memperhatikan ayat
12-13: “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku
dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan
janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!”
Pada ayat 12, Daud memohon
supaya Allah menjadikan hatinya tahir dan memperbaharui batinnya dengan roh
yang teguh. Kata “jadikanlah” dalam ay 12a memakai kata Ibrani בָּרָא (bara’)
dimana kata kerja ini hanya dipakai jika Allah sebagai Subjek. Kata bara’
ini mengacu pada tindakan Allah yang menciptakan dan menjadikan sesuatu yang
baru. Kata ini juga dipakai untuk menekankan suatu permohonan transformasi
hidup yang hanya bisa dilakukan oleh kuasa Allah.
Jadi, dalam hal ini
saudara hanya Allah yang bisa memperbaharui hati manusia. Hati di sini
menggambarkan pusat dari emosi, kehendak, dan hidup seseorang. Hati yang
telah menyimpang dari jalan Tuhan harus diperbaharui supaya bisa kembali
melangkah di jalan yang benar. Ayat 13 dilanjutkan dengan permohonan
supaya Allah tidak membuang Daud dari hadirat-Nya dan mengambil Roh Kudus
dari padanya.
Dalam konsep PL, Roh Kudus
hanya diberikan kepada orang-orang yang mempunyai jabatan khusus, misalnya
hakim-hakim, raja, atau nabi. Hal ini menunjukkan bahwa Roh Kudus yang
akan memampukan orang tersebut untuk melaksanakan tugas-tugas
tertentu. Roh Kudus tidak tinggal menetap dalam diri seseorang sebagaimana
konsep Roh Kudus yang diam dalam diri orang percaya di PB. Jadi, ketika
Roh Kudus mening-galkan seseorang maka itu berarti bahwa ia telah kehilangan
perkenanan Allah. Karena itu, Daud sungguh-sungguh memohon supaya Allah sudi
mengampuni dan memulihkan dirinya sehingga ia bisa terus merasakan hadirat
Allah dan ia bisa kembali berjalan di jalan kebenaran.
4.
Menjadikan pelajaran berharga bagi orang lain (ayat 15).
Setelah Daud mengalami
pemulihan dari Allah, ia berkomitmen untuk memuji Allah karena segala
perbuatan-Nya. Daud juga berjanji untuk mengajar para pemberontak tentang “jalan” Allah. Jalan Allah di sini mengacu pada perintah
atau hukum Allah yang menjadi pedoman hidup umat Tuhan. Pengajaran ini juga
meliputi tentang kemurahan Allah, pengampunan, dan pemulihan Allah.
Daud ingin supaya
pengalamannya mengalami pengampunan Allah dan pemulihan dari Allah juga kelak
akan menjadi pelajaran bagi orang lain yang pernah jatuh ke dalam
dosa. Dengan demikian, orang-orang berdosa ini bisa mengalami pengampunan
dan pemulihan sehingga mereka bisa kembali ke jalan Allah.
Bapak/ ibu yang kekasih
Dalam Kisah Para Rasul 13:22, ketika
Paulus berkhotbah di Antiokhia di Pisidia, Paulus berkata: “Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku
telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang
melakukan segala kehendak-Ku.”
Kita mungkin bertanya, bagaimana
mungkin Daud yang pernah jatuh ke dalam dosa disebut sebagai seorang yang
berkenan kepada Tuhan? Benar saudara! Daud bukanlah manusia yang sempurna
sama seperti kita. Namun dia mempunyai hati yang lentur, lembut dan mau
dinasihati ketika ditegur oleh Tuhan. Ia datang merendahkan diri di
hadapan Tuhan untuk mengakui dosa-dosanya. Ia memohon pengampunan dan
pemulihan dari Allah. Karena itu, hidup Daud kembali berpaut pada
Tuhan. Itulah sebabnya Daud tetap disebut sebagai orang yang berkenan di
hati Tuhan.
Aplikasi
Saudara, kita bersyukur
bahwa Roh Kudus yang ada di dalam diri kita tidak keluar masuk dari hidup kita
ketika kita berdosa. Justru Roh Kudus inilah yang akan mengingatkan kita
ketika kita melakukan sesuatu yang kurang tepat. Roh kudus akan menyatakan
kesalahan kita melalui hati nurani kita yang mengalami kesegelisahan saat
melakukan dosa. Dapat juga melalui teguran orang-orang di sekitar kita, melalui
peristiwa yang kita alami, atau justru melalui firman Tuhan yang kita baca atau
renungkan.
Pertanyaannya adalah
apakah kebenaran itu menjadi cermin yang mengoreksi segala ketidakberesan dalam
hidup kita? Ataukah semua hal itu cuma menambah wawasan kita tanpa
menyentuh hati kita? Mari kita berdoa supaya kita diberikan hati yang rela
dikoreksi oleh Tuhan melalui berbagai sarana yang Ia pakai untuk menegur
kita.
Jangan sampai kita
memiliki hati yang bebal sehingga kita menjadi kebal dan mengabaikan teguran
Tuhan! Jangan sampai hati nurani kita menjadi dingin dan beku sehingga kita
tidak bisa lagi mendengarkan suara Tuhan. Mari kita memohon supaya Tuhan
memperbaharui hati kita setiap hari sehingga kita bisa hidup dalam kebenaran.
Supaya apa yang kita
lakukan adalah sesuatu yang diperkenan oleh Tuhan dan yang menyenangkan
hati-Nya. Saudara, ingatlah bahwa dosa yang masih kita sembunyikan dan
yang belum kita akui di hadapan Tuhan hanya akan membawa kegelisahan bahkan
rasa frustasi yang mendalam di hidup kita. Hanya setelah kita mengakui di
hadapan Tuhan kita akan akan merasa lega dan kembali merasakan sukacita yang
sejati. Hanya setelah kita mengaku barulah kita bisa meminta Tuhan
memperbaharui hati kita sehingga kita sungguh bersukacita berjalan kembali di
jalan Tuhan.
Penutup
Sidang jemaat yang
kekasih,
Kita perlu menyadari bahwa
sebagai anak-anak Tuhan kita tidak kebal terhadap dosa. Dalam proses
pengudusan yang terus berlangsung seumur hidup, kita masih bisa jatuh ke dalam
dosa. Kita masih bisa melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Karena
itu ingatlah ini baik-baik, bahwa setiap dosa yang kita lakukan merupakan
pemberontakan kita kepada Tuhan. Fakta inilah yang harus selalu kita
sadari dan waspadai.
Pertanyaannya bagi kita,
apakah kita sungguh-sungguh sadar bahwa segala dosa kita akan mendatangkan
kebinasaan dan penderitaan kekal yang sangat mengerikan bagi kita? Sudahkah
kita sungguh-sungguh menyesali dan meratapi dosa-dosa kita di hadapan Tuhan?
Saat kita jatuh dalam dosa, apakah kita sungguh-sungguh merindukan pengalaman
yang sangat indah bersama Tuhan dapat kembali terjadi dalam kehidupan kita?
Jika semua pertanyaan diatas jawabannya adalah Ya!
Maka, saat kita jatuh ke
dalam dosa, marilah kita datang dengan hati yang hancur dan berduka di hadapan
Tuhan serta mengakuinya dengan jujur. Marilah kita memohon pengampunan
Tuhan. Tuhan yang penuh rahmat dan belas kasihan itu akan mengampuni dan
menyucikan kita dari segala dosa kita. Marilah kita memohon supaya Tuhan
memperbaharui hati dan pikiran kita sehingga kita bisa kembali menikmati
sukacita dalam berelasi dengan Tuhan.
Sekalipun rasa bersalah
atas dosa-dosa yang telah kita lakukan sangat sulit untuk dihilangkan, tetapi
apakah kita mempunyai iman yang teguh bahwa Allah telah menyediakan jalan
pendamaian bagi kita melalui darah Yesus Kristus?
Hanya dengan hati yang
terus menerus diperbaharui dan dimurnikan oleh Tuhan kita bisa hidup di jalan
Tuhan dan tidak menyimpang dalam dosa. Biarlah apa yang tercatat dalam Mazmur
119:11 menjadi doa kita: “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan
berdosa terhadap Engkau.”
Kalaupun kita terpeleset
atau jatuh ke dalam dosa, kita harus ingat bahwa tangan Tuhan selalu terbuka
untuk memberikan pengampunan dan pemulihan bagi kita. Dengan demikian kita
dapat hidup sebagai anak-anak Tuhan bahkan hamba-hamba Tuhan yang memper-kenan Tuhan. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar