Jumat, 04 Desember 2015

BELAJAR PADA YESUS

BELAJAR PADA YESUS
Matius 11:25-30


Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Rasanya kita pasti setuju bahwa tujuan hidup kekristenan kita tidak lain adalah untuk “mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Filipi 3:10).
Inilah inti kekristenan yang sesungguhnya. Dan untuk mencapai kehidupan yang serupa denganNya, pastinya diperlukan suatu proses pengenalan yang mendalam di dalam kehidupan kita, baik tentang pribadi Yesus itu sendiri ataupun tentang pengajaranNya bagi kita.
Karena itu saudara, kalau kita dimampukan Allah untuk mengenal suatu kebenaran di dalam pribadi Tuhan Yesus itu adalah suatu anugerah yang besar yang kita dapatkan. Sebab faktanya tidak kepada semua orang, Allah menyatakan kehendakNya. Terlebih kepada mereka yang memiliki kesombongan intelektual. Justru kepada merekalah Allah menyembunyikan suatu rahasia besar ini, sebaliknya Allah menyatakannya kepada orang-orang yang dengan rendah hati menyambutNya.
Dalam hal ini bapak/ ibu yang kekasih
Saat Tuhan Yesus bersukacita dan berdoa dalam kuasa Roh Kudus (Lukas 10:21). Ia bersyukur jika Allah menyingkapkan rahasia besar ini kepada mereka yang membutuhkanNya. Karena itu Tuhan Yesus berkata: “Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu” (Matius 11:25-26).
Dari sini dapat kita pahami bahwa bukan berarti Tuhan Yesus anti dengan kemampuan intelektual seseorang. Sebab Dialah pemilik segala pengetahuan baik di bumi maupun di sorga. Dialah sumber segala hikmat.
Tetapi sangat nyata bahwa Tuhan Yesus sama sekali tidak berkenan kepada siapa saja merasa diri sombong/ angkuh karena kemampuan intelektualnya. Sebaliknya Ia lebih berkenan kepada siapa saja yang datang dalam kerendahan hati.
Dalam hal inilah Tuhan Yesus mengucap syukur karena Allah membuka jalan bagi orang untuk menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Disisi lain, ayat 25 ini ingin menegaskan kepada kita tentang doktrin pilihan, dimana orang bisa bertobat itu bukan karena pilihannya sendiri tetapi anugerah dari Tuhan. Dalam ayat ini ada kebenaran yang disembunyikan bagi orang bijak dan pandai tetapi dinyatakan kepada orang kecil dan lemah.
Pertanyaan bagi kita suadara, siapa orang-orang ini? orang bijak dan terhormat adalah mereka yang sudah pandai, sudah penuh kebijakan sehingga ia tidak memerlukan bimbingan, teguran, atau penginsafan Tuhan karena merasa diri sudah cukup. Inilah kondisi banyak orang Yahudi yang merasa diri sudah benar, dipilih Tuhan, sudah bijak. Sehingga waktu berdiskusi dengan Tuhan Yesus mereka mengatakan bahwa bapa mereka adalah Abraham, Allah mereka adalah Bapa di surga. Padahal yang sesungguhnya mereka tidak mengenal kebenarannya.
Karenanya kalau kita perhatikan perikop sebelumnya, disana kita dapatkan Tuhan Yesus sangat mengecam kota-kota yang tidak mau bertobat (Matius 11:20-24). Tetapi Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan kepada mereka bahwa bapa mereka adalah Iblis! Kepada orang yang merasa diri pandai itulah Allah menyembunyikan kebenaran itu dari mereka.
Sebaliknya bapak/ ibu yang kekasih,
Kepada orang yang kecil Allah menyingkapkan satu rahasia besar itu, sehingga mereka memperoleh janji Tuhan. Saudara, orang yang kecil bukan orang yang berbadan kecil atau masyarakat kelas sosial yang rendah. Tetapi terjemahan harafiahnya merujuk kepada anak-anak.
Dengan kata lain saudara, Tuhan Yesus sangat menghargai setiap orang yang merasa diri seperti anak kecil yang memerlukan bimbingan, tuntutan, belum dewasa, belum merasa cukup. Secara umum mereka penuh dengan ketulusan, kepolosan, dan keterbukaan untuk mau diajar. Maka kepada orang-orang yang rendah hatilah rahasia Allah itu dinyatakan.
Orang-orang yang merendahkan diri dan menerima Tuhan Yesus dengan hati terbuka dan bersih kepadanya diberikan iman, keselamatan, kedamaian, pengharapan dan kekuatan untuk hidup secara rohani.
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Menjadi rendah hati berarti memiliki suatu pemahaman yang benar tentang diri sendiri, khususnya sehubungan dengan seseorang atau sesuatu lainnya. Kerendahan hati bukanlah suatu hal yang sifatnya alamiah seperti kemampuan intelektual atau bakat artistik.
Sebagai manusia, kerendahan hati sebenarnya bukan merupakan pembawaan sejak lahir. Saudara, kita memang dilahirkan dalam keadaan yang sangat sederhana – Kita telanjang dan tak berdaya, namun secara alamiah kita cenderung untuk berbangga sambil melihat ke atas daripada merendahkan diri. Karena itu musuh terbesar setiap orang bukanlah siapa-siapa, tetapi dirinya sendiri.
Artinya, diri kita sendirilah musuh terbesar yang harus dikalahkan pertama kali. Mengapa saudara? Karena di dalam diri kita ada sesuatu yang buruk, ada satu kuasa yang bersifat destruktif yang berusaha kuat untuk merusak kehidupan kita.
Faktanya saudara, manusia begitu mengasihi dirinya sendiri dan melakukan segala sesuatu untuk mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya.
Tetapi dengan kemampuan yang dimilikinya, tidak ada seorang pun yang mampu mengusahakan sesuatu yang berkenan kepada Allah. Sebaliknya yang ia lakukan adalah hal-hal yang melawan dan menghalangi tujuan dan sasaran yang hendak ia capai itu.
Banyak orang ingin kehidupannya bahagia, tetapi yang dilakukan justru hal-hal yang menjauhkan dia dari kebahagiaan yang ia dambakan. Banyak orang ingin dicintai dan dihormati, tetapi yang ia lakukan justru hal-hal yang membuat dirinya dihina. Bukankah ini suatu hal yang ironis saudara, dorongan yang positif yang semula menjadi penggerak itu kini telah berubah menjadi sesuatu yang negatif.
Mengapa bisa terjadi? Itu semua karena dosa telah menguasai hidup manusia. Dalam hal inilah firman Tuhan berkata dalam Roma 7:17-18: “Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.”
Dalam hal inilah saudara, seseorang yang telah dikuasai oleh dosa tidak akan menyadari bahwa kesenangan instan yang ia kejar itu justru harus dibayar lebih mahal, yaitu kehancuran dirinya. Inilah yang banyak dilakukan orang, ketika mereka dalam kesulitan, mereka tidak berusaha mengatasinya dan menunaikan tugas hidup mereka dengan penuh tanggung jawab kepada Tuhan, sebaliknya mereka lebih cenderung mencari pemuas palsu kepada hal-hal lahiriah yang dianggapnya sanggup memberikan jalan keluar.
Pada titik inilah saudara, kita harus menyadari bahwa pertobatan dan kerendahan hati adalah suatu anugerah yang diberikan Allah kepada mereka yang dipilihNya. Ini adalah suatu karya Allah dalam diri kita masing-masing. Artinya saudara, hanya Allah-lah yang menganugerahkan pertobatan dan kerendahan hati kepada manusia sebagai satu rahmat yang sangat berharga. Sebab Allah dapat memberikan kepada kita pertobatan dan kerendahan hati, dengan terlebih dahulu Ia harus mengalahkan keangkuhan kita.
Karenanya Tuhan Yesus mengatakan satu hal yang sungguh indah dalam ayat 27, yaitu: “Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorang pun mengenal Anak selan Bapa, dan tidak seorang pun mengenak Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.”
Konteks dari ayat ini adalah orang-orang yang sudah ditentukan untuk diselamatkan itulah yang diserahkan kepada Tuhan Yesus. Kita tahu, bahwa Tuhan Yesus adalah Gembala Agung yang mencari domba-domba-Nya dan kepada orang-orang yang sudah dipilih itu Anak akan menyatakan diri-Nya. Maka tidak ada seorang pun mampu mengenal Allah kecuali Allah menyatakannya melalui Yesus Kristus. Dalam hal inilah Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 14:9, “Barangsiapa telah melihat Aku, Ia telah melihat Bapa.”
Dengan kata lain saudara, bila kamu ingin melihat seperti apakah Allah itu, bila kamu ingin melihat bagaimanakah pikiran Allah, hati Allah, dan sifat Allah, bila kamu ingin melihat seluruh sikap Allah terhadap manusia – Yesus berkata Pandanglah Aku!.
Dari sini jelaslah bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya Perantara dan tanpa pilihan Allah tidak mungkin ada orang dapat datang kepada Kristus (Yohanes 6:44).
Saudara inilah keyakinan Kristen, bahwa hanya dalam Yesus Kristuslah kita dapat melihat bagaimana Allah itu; sekaligus merupakan keyakinan Kristen bahwa Yesus dapat memberikan pengetahuan itu kepada siapa pun juga yang rendah hati dan percaya untuk menerimanya.
Karena itu, saat masuk dalam ayat 28, Tuhan Yesus memberikan satu tawaran yang tidak pernah diberikan oleh siapa pun juga. Ia berkata, “Marilah kepadaKu, semua orang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Pertanyaannya bagi kita saudara, siapakah yang letih lesu dan berbeban berat? Dalam terjemahaan bahasa Inggris, kata “letih lesu” dikaitkan dengan pekerja. Maksudnya seseorang yang bekerja dengan keras, dalam perjuangan yang begitu berat.” Ini menggambarkan orang yang belum bersama dengan Kristus, mereka berjuang tapi tetap dalam keadaan berbeban berat.
Saudara, Tuhan Yesus bukan memanggil mereka yang menganggur, tetapi yang bekerja dan berbeban berat atas dosanya. Di bagian lain Tuhan Yesus juga mengatakan bukan orang sehat yang memerlukan tabib tapi orang sakit. Ia datang bukan memanggil orang benar tetapi orang berdosa. Orang yang merasa dirinya seorang yang benar, seorang yang pantas, dan baik, sejatinya tidak pernah memerlukan Tuhan Yesus, ia tidak perlu Juruselamat. Sebaliknya, Tuhan Yesus justru memanggil mereka yang menyadari dosa-dosanya, memanggil mereka yang sudah tidak memiliki harapan lagi.
Hari ini saudara, banyak orang yang datang kepada Kristus tanpa merasa berdosa. Banyak yang datang kepada-Nya bukan karena dosa yang mengikat kehidupannya, tetapi karena ingin kehidupannya diberkati Tuhan. Hal ini tentunya adalah motivasi yang salah dalam mengikut Tuhan Yesus. Sebab baginya Tuhan Yesus hanya akan dijadikan obyek penderita si pengikutnya. Makanya tidak heran jika orang-orang yang demikian, nilai hidupnya tidak pernah berubah, karena motivasinya selalu salah.
Tetapi yang benar adalah mereka yang sadar dirinya seorang berdosa, seorang yang tidak pantas dikasihi, seorang yang tidak mungkin mengatasi dosa-dosanya sendiri, dan yang membutuhkan Juruselamat.
Karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi dosanya, tidak mampu menjalani hidup suci, dan merasa bersalah yang begitu besar, karena dosa yang mengikat mereka. Kepada orang-orang seperti inilah maksud undangan Tuhan Yesus ditujukan.
Dan undangan Tuhan Yesus ini begitu manis sebab ditujukan kepada semua orang yang “letih lesu dan berbeban berat” oleh persoalan hidup serta beban dosa mereka sendiri.
Kepada merekalah Tuhan Yesus menjanjikan suatu keadaan yang mampu melegakan. Dengan demikian barulah orang itu akan merasa lega dan ada damai di dalam hati mereka.
Yang menarik dalam hal ini saudara, saat Tuhan Yesus menjanjikan kelegaan kepada kita, Ia melanjutkan dengan berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu” (ayat 29). Saudara sebenarnya Allah tahu kebutuhan kita yang paling mendasar, bahwa sebelum dapat menerima anugerahNya hati kita harus terlebih dahulu diperbaharui. Karena selama hati kita masih liar tak terkendali tidak ada suatu berkat Tuhan yang akan membuat kita berbahagia, hanya setelah hati kita dibentuk oleh Tuhan baru kita akan mengalami berkat sejati. Karena itulah Tuhan Yesus sengaja menempatkan sebuah perintah ini setelah janjiNya diikrarkan.
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Pada 15 Maret 1986 seluruh gedung Hotel New World di Singapura tiba-tiba runtuh ke tanah dalam waktu 1 menit dan menelan korban 33 jiwa. Setelah diselidiki ternyata perancang gedung hanya menghitung “beban hidup” seperti kendaraan, manusia, perabotan, angin, tekanan tanah, dan sebagainya. Sedang “beban mati” seperti rangka, dinding, lantai, atap, pipa, saluran air, peralatan listrik, dan sebagainya tidak diperhitungkan. Kesalahan perancang gedung dalam menghitung beban ini pada akhirnya menyebabkan nyawa pengunjung melayang.
Bagaimana dengan Tuhan Yesus yang malahan mengundang setiap orang untuk memikul kuk dan beban-Nya? Kita tidak perlu kuatir dengan undangan Tuhan Yesus. Sebab Dialah penguasa langit dan bumi. Rasanya terlalu rendah jika kita mengkhawatirkan sesuatu yang telah dijanjikanNya kepada kita. Terlebih lagi Tuhan Yesus memberikan jaminan yang melegakan: bahwa kuk dan bebanNya itu ringan (Matitus 11:28-30).
Saudara,
“BebanKu” artinya segenap perintah-Nya. Adapun “kuk yang Kupasang” menunjuk pada ketundukan dan ketaatan kita.
Kuk adalah beban bagi sapi yang menarik kereta tetapi tidak sendirian karena ada sapi yang lain. Kuk Kristus tidak berat karena tidak dipikul sendirian, tetapi beban itu juga dipikul oleh Tuhan Yesus. Yang memikul juga bukan hanya kita tetapi juga semua orang percaya, saudara seiman di seluruh dunia dan seluruh jaman memikul penderitaan yang sama. Maka orang Kristen yang menderita tidak perlu merasa sendirian.
Dengan demikian, memikul kukNya berarti tunduk dan taat pada segenap perintah-Nya. BebanNya ringan karena kita tidak memikulnya seorang diri; Roh Kudus akan menyertai, menolong, dan memberi kita kekuatan untuk melakukannya (Yohanes 14:16). 
Beban-Nya ringan karena hal itu tidak akan melebihi kekuatan dan kemampuan kita (1 Korintus 10:13). BebanNya ringan karena tidak akan melukai dan melumpuhkan kita, tetapi justru mendatangkan kelegaan dan ketenangan jiwa. Jadi, sebenarnya tidak ada sesuatu yang sulit untuk dijalani jika Tuhan yang selalu berjalan mengiringi kita. Yang harus kita miliki hanyalah kemauan untuk menjalani hari-hari dengan ketundukan dan ketaatan pada pimpinan-Nya karena kita jugalah yang akan menikmati hasilnya.
Kebahagiaan paling sejati bagi pengikut Kristus adalah bila ia dibebaskan dari dosa. Selain itu juga bila ia bisa bersama dengan Kristus seumur hidupnya.
Karena itu orang yang sudah ada damai dalam hatinya, akan memikul kuk yang Tuhan Yesus tanggungkan dengan tidak bersungut-sungut, sebaliknya ia akan dengan gembira dan bersyukur bahwa ia dapat mengerjakan pekerjaan Tuhan.
Orang yang sudah ada damai dalam hatinya juga akan rajin belajar, sehingga ia dapat mengenal baik tentang Dia yang mengasihinya dan mau berkorban untuknya. Akibatnya ia tahu kepada siapa ia percaya dan untuk apa ia berkorban.
Melalui khotbah ini saya ingin menyampaikan bahwa Allah itu ada dan apakah kita dapat merasakan hal itu? Tuhan Yesus mengajak kita untuk datang kepadaNya dan Dia akan memberikan kita kelegaan dan ketenangan jiwa. Yang terpenting adalah kita mau belajar kepada Tuhan Yesus dengan satu sikap yang rendah hati.
Jadi jika demikian, mengapa Saudara masih merasa memikul beban itu sendirian? Datanglah kepada Yesus dan belajarlah kepadaNya. Bukankah Rasul Petrus juga pernah menasihati kita untuk, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). 
Terlebih lagi Tuhan Yesus sendiri berjanji,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Karena itu kuatkan diri dan tetaplah percaya kepada Tuhan Yesus!  Keadaan dunia ini boleh saja berubah, tetapi kita punya Tuhan yang tidak pernah berubah:  kuasa, kasih, kemurahan dan kebaikan-Nya  "...tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8). Tuhan Yesus tetaplah sebagai jalan dan kebenaran dan hidup bagi orang percaya.
Bapak ibu yang kekasih,
Transformasi menyeluruh harus terjadi dalam diri kita. Ada banyak hal yang tidak benar dalam diri kita, karena itu, kita tidak bisa tetap seperti semula. Betapa banyak orang yang hancur karena kesalahan mereka sendiri, dan betapa sering kita, menjadi pelacur rohani. Sedikit kesenangan, kenikmatan atau ancaman telah membuat kita mengkhianati Tuhan. Banyak hal dalam diri kita yang harus diperbaiki: pikiran, paradigma, nilai-nilai hidup, sikap batin, dan kelakuan setiap hari. Kita demikian lemah dan mudah tertipu dan menjual diri kepada Iblis. Kita perlu mengalami tranformasi setiap hari, yaitu dengan belajar dari Yesus dan mengikuti teladanNya.
Allah tahu kebutuhan kita yang paling mendasar, bahwa sebelum dapat menerima anugerahNya hati kita harus terlebih dahulu diperbaharui. Karena selama hati kita masih liar tak terkendali tidak ada suatu berkat Tuhan yang akan membuat kita berbahagia, hanya setelah hati kita dibentuk oleh Tuhan baru kita akan mengalami berkat sejati.
Orang Kristen adalah umatNya yang ditebus dengan harga yang sangat mahal yaitu darah Yesus Kristus, tujuannya bukan untuk menghasilkan manusia yang remeh dan hina. Tujuan Allah ialah membawa anak-anakNya kembali ke dalam kemuliaan. 
Inilah paradoks yang harus kita mengerti,  bahwa kemerdekaan sejati diperoleh justru ketika kita terikat sepenuhnya oleh Tuhan; kedamaian dan kebahagiaan diperoleh ketika kita menyerahkan segala keinginan kita kepada Tuhan, dan hidup kebangkitan Kristus baru dapat kita miliki jika kita mati bersama Dia. Tinggal apakah kita mau menundukkan diri dan belajar kepadaNya atau tidak. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar