BELAJAR PADA YESUS
Matius 11:25-30
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Rasanya kita pasti setuju bahwa tujuan
hidup kekristenan kita tidak lain adalah untuk “mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi
serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Filipi 3:10).
Inilah inti kekristenan yang
sesungguhnya. Dan untuk mencapai kehidupan yang serupa denganNya, pastinya
diperlukan suatu proses pengenalan yang mendalam di dalam kehidupan kita, baik
tentang pribadi Yesus itu sendiri ataupun tentang pengajaranNya bagi kita.
Karena itu saudara, kalau kita
dimampukan Allah untuk mengenal suatu kebenaran di dalam pribadi Tuhan Yesus
itu adalah suatu anugerah yang besar yang kita dapatkan. Sebab faktanya tidak
kepada semua orang, Allah menyatakan kehendakNya. Terlebih kepada mereka yang
memiliki kesombongan intelektual. Justru kepada merekalah Allah menyembunyikan
suatu rahasia besar ini, sebaliknya Allah menyatakannya kepada orang-orang yang
dengan rendah hati menyambutNya.
Dalam hal ini bapak/ ibu yang kekasih
Saat Tuhan Yesus bersukacita dan berdoa
dalam kuasa Roh Kudus
(Lukas 10:21). Ia bersyukur
jika Allah menyingkapkan rahasia besar ini kepada mereka yang membutuhkanNya.
Karena itu Tuhan Yesus berkata: “Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan
langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan
orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang
berkenan kepadaMu” (Matius 11:25-26).
Dari sini dapat kita pahami bahwa bukan
berarti Tuhan Yesus anti dengan kemampuan intelektual seseorang. Sebab Dialah
pemilik segala pengetahuan baik di bumi maupun di sorga. Dialah sumber segala
hikmat.
Tetapi sangat nyata bahwa Tuhan Yesus
sama sekali tidak berkenan kepada siapa saja merasa diri sombong/ angkuh karena
kemampuan intelektualnya. Sebaliknya Ia lebih berkenan kepada siapa saja yang
datang dalam kerendahan hati.
Dalam hal inilah Tuhan Yesus mengucap
syukur karena Allah membuka jalan bagi orang untuk menerima Dia sebagai Tuhan
dan Juruselamatnya.
Disisi lain, ayat 25 ini ingin menegaskan kepada kita
tentang doktrin pilihan, dimana orang bisa bertobat itu bukan karena pilihannya
sendiri tetapi anugerah dari Tuhan. Dalam ayat ini ada kebenaran yang
disembunyikan bagi orang bijak dan pandai tetapi dinyatakan kepada orang kecil
dan lemah.
Pertanyaan bagi kita suadara, siapa orang-orang ini? orang bijak dan terhormat adalah mereka yang sudah pandai, sudah penuh kebijakan sehingga ia tidak
memerlukan bimbingan, teguran, atau penginsafan Tuhan karena merasa diri sudah
cukup. Inilah kondisi banyak orang Yahudi yang merasa diri sudah benar, dipilih
Tuhan, sudah bijak. Sehingga waktu berdiskusi dengan Tuhan Yesus mereka
mengatakan bahwa bapa mereka adalah Abraham, Allah mereka adalah Bapa di surga.
Padahal yang sesungguhnya mereka tidak mengenal kebenarannya.
Karenanya kalau kita perhatikan perikop sebelumnya,
disana kita dapatkan Tuhan Yesus sangat mengecam kota-kota yang tidak mau
bertobat (Matius 11:20-24). Tetapi Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan kepada
mereka bahwa bapa mereka adalah Iblis! Kepada orang yang merasa diri pandai itulah
Allah menyembunyikan kebenaran itu dari mereka.
Sebaliknya bapak/ ibu yang kekasih,
Kepada orang yang kecil Allah menyingkapkan satu
rahasia besar itu, sehingga mereka memperoleh janji Tuhan. Saudara, orang yang
kecil bukan orang yang berbadan kecil atau masyarakat kelas sosial yang rendah.
Tetapi terjemahan harafiahnya merujuk kepada anak-anak.
Dengan kata lain saudara, Tuhan Yesus sangat
menghargai setiap orang yang merasa diri seperti anak kecil yang memerlukan
bimbingan, tuntutan, belum dewasa, belum merasa cukup. Secara umum mereka penuh
dengan ketulusan, kepolosan, dan keterbukaan untuk mau diajar. Maka kepada
orang-orang yang rendah hatilah rahasia Allah itu dinyatakan.
Orang-orang yang merendahkan diri dan menerima Tuhan Yesus
dengan hati terbuka dan bersih kepadanya diberikan iman, keselamatan,
kedamaian, pengharapan dan kekuatan untuk hidup secara rohani.
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Menjadi rendah hati berarti memiliki
suatu pemahaman yang benar tentang diri sendiri, khususnya sehubungan dengan
seseorang atau sesuatu lainnya. Kerendahan hati bukanlah suatu hal yang
sifatnya alamiah seperti kemampuan intelektual atau bakat artistik.
Sebagai manusia, kerendahan hati
sebenarnya bukan merupakan pembawaan sejak lahir. Saudara, kita memang dilahirkan
dalam keadaan yang sangat sederhana – Kita telanjang dan tak berdaya, namun
secara alamiah kita cenderung untuk berbangga sambil melihat ke atas daripada
merendahkan diri. Karena itu musuh terbesar setiap
orang bukanlah siapa-siapa, tetapi dirinya sendiri.
Artinya, diri kita sendirilah musuh terbesar yang
harus dikalahkan pertama kali. Mengapa saudara? Karena di dalam diri kita ada
sesuatu yang buruk, ada satu kuasa yang bersifat destruktif yang berusaha kuat
untuk merusak kehidupan kita.
Faktanya saudara, manusia begitu mengasihi dirinya
sendiri dan melakukan segala sesuatu untuk mendatangkan kebahagiaan bagi
dirinya.
Tetapi dengan kemampuan yang dimilikinya, tidak ada
seorang pun yang mampu mengusahakan sesuatu yang berkenan kepada Allah. Sebaliknya
yang ia lakukan adalah hal-hal yang melawan dan menghalangi tujuan dan sasaran
yang hendak ia capai itu.
Banyak orang ingin kehidupannya bahagia, tetapi yang
dilakukan justru hal-hal yang menjauhkan dia dari kebahagiaan yang ia dambakan.
Banyak orang ingin dicintai dan dihormati, tetapi yang ia lakukan justru
hal-hal yang membuat dirinya dihina. Bukankah ini suatu hal yang ironis saudara,
dorongan yang positif yang semula menjadi penggerak itu kini telah berubah
menjadi sesuatu yang negatif.
Mengapa bisa terjadi? Itu semua karena dosa telah
menguasai hidup manusia. Dalam hal inilah firman Tuhan berkata dalam Roma 7:17-18: “Kalau demikian bukan aku
lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. Sebab aku tahu,
bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang
baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang
baik.”
Dalam hal inilah saudara, seseorang yang telah
dikuasai oleh dosa tidak akan menyadari bahwa kesenangan instan yang ia kejar
itu justru harus dibayar lebih mahal, yaitu kehancuran dirinya. Inilah yang
banyak dilakukan orang, ketika mereka dalam kesulitan, mereka tidak berusaha
mengatasinya dan menunaikan tugas hidup mereka dengan penuh tanggung jawab
kepada Tuhan, sebaliknya mereka lebih cenderung mencari pemuas palsu kepada
hal-hal lahiriah yang dianggapnya sanggup memberikan jalan keluar.
Pada titik inilah saudara, kita harus
menyadari bahwa pertobatan dan kerendahan hati adalah suatu anugerah yang
diberikan Allah kepada mereka yang dipilihNya. Ini adalah suatu karya Allah
dalam diri kita masing-masing. Artinya saudara, hanya Allah-lah yang
menganugerahkan pertobatan dan kerendahan hati kepada manusia sebagai satu rahmat
yang sangat berharga. Sebab Allah dapat memberikan kepada kita pertobatan dan kerendahan
hati, dengan terlebih dahulu Ia harus mengalahkan keangkuhan kita.
Karenanya Tuhan Yesus mengatakan satu hal yang sungguh
indah dalam ayat 27,
yaitu: “Semua telah diserahkan kepadaKu oleh
BapaKu dan tidak seorang pun mengenal Anak selan Bapa, dan tidak seorang pun
mengenak Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan
menyatakannya.”
Konteks dari ayat ini adalah orang-orang yang sudah
ditentukan untuk diselamatkan itulah yang diserahkan kepada Tuhan Yesus. Kita
tahu, bahwa Tuhan Yesus adalah Gembala Agung yang mencari domba-domba-Nya dan
kepada orang-orang yang sudah dipilih itu Anak akan menyatakan diri-Nya. Maka
tidak ada seorang pun mampu mengenal Allah kecuali Allah menyatakannya melalui
Yesus Kristus. Dalam hal inilah Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 14:9,
“Barangsiapa telah melihat Aku, Ia telah melihat Bapa.”
Dengan kata lain saudara, bila kamu ingin melihat
seperti apakah Allah itu, bila kamu ingin melihat bagaimanakah pikiran Allah,
hati Allah, dan sifat Allah, bila kamu ingin melihat seluruh sikap Allah
terhadap manusia – Yesus berkata Pandanglah Aku!.
Dari sini jelaslah bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya
Perantara dan tanpa pilihan Allah tidak mungkin ada orang dapat datang kepada
Kristus (Yohanes 6:44).
Saudara inilah keyakinan Kristen, bahwa hanya dalam
Yesus Kristuslah kita dapat melihat bagaimana Allah itu; sekaligus merupakan
keyakinan Kristen bahwa Yesus dapat memberikan pengetahuan itu kepada siapa pun
juga yang rendah hati dan percaya untuk menerimanya.
Karena itu, saat masuk dalam ayat 28, Tuhan
Yesus memberikan satu tawaran yang tidak pernah diberikan oleh siapa pun juga.
Ia berkata, “Marilah kepadaKu, semua orang letih lesu dan berbeban
berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Pertanyaannya bagi kita saudara, siapakah yang letih
lesu dan berbeban berat? Dalam terjemahaan bahasa Inggris, kata “letih lesu” dikaitkan dengan pekerja. Maksudnya “seseorang yang bekerja dengan keras, dalam
perjuangan yang begitu berat.”
Ini menggambarkan orang yang belum bersama dengan Kristus, mereka berjuang tapi
tetap dalam keadaan berbeban berat.
Saudara, Tuhan Yesus bukan memanggil mereka yang
menganggur, tetapi yang bekerja dan berbeban berat atas dosanya. Di bagian lain
Tuhan Yesus juga mengatakan bukan orang sehat yang memerlukan tabib tapi orang
sakit. Ia datang bukan memanggil orang benar tetapi orang berdosa. Orang yang
merasa dirinya seorang yang benar, seorang yang pantas, dan baik, sejatinya tidak
pernah memerlukan Tuhan Yesus, ia tidak perlu Juruselamat. Sebaliknya, Tuhan
Yesus justru memanggil mereka yang menyadari dosa-dosanya, memanggil mereka yang
sudah tidak memiliki harapan lagi.
Hari ini saudara, banyak orang yang datang kepada
Kristus tanpa merasa berdosa. Banyak yang datang kepada-Nya bukan karena dosa yang
mengikat kehidupannya, tetapi karena ingin kehidupannya diberkati Tuhan. Hal
ini tentunya adalah motivasi yang salah dalam mengikut Tuhan Yesus. Sebab baginya
Tuhan Yesus hanya akan dijadikan obyek penderita si pengikutnya. Makanya tidak
heran jika orang-orang yang demikian, nilai hidupnya tidak pernah berubah, karena
motivasinya selalu salah.
Tetapi yang benar adalah mereka yang sadar dirinya seorang
berdosa, seorang yang tidak pantas dikasihi, seorang yang tidak mungkin
mengatasi dosa-dosanya sendiri, dan yang membutuhkan Juruselamat.
Karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi
dosanya, tidak mampu menjalani hidup suci, dan merasa bersalah yang begitu
besar, karena dosa yang mengikat mereka. Kepada orang-orang seperti inilah maksud
undangan Tuhan Yesus ditujukan.
Dan undangan Tuhan Yesus ini begitu manis sebab
ditujukan kepada semua orang yang “letih lesu dan berbeban berat” oleh persoalan hidup
serta beban dosa mereka sendiri.
Kepada merekalah Tuhan Yesus menjanjikan suatu keadaan
yang mampu melegakan. Dengan demikian barulah orang itu akan merasa lega dan
ada damai di dalam hati mereka.
Yang menarik dalam hal ini saudara, saat Tuhan Yesus
menjanjikan kelegaan kepada kita, Ia melanjutkan dengan berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu” (ayat 29). Saudara sebenarnya Allah
tahu kebutuhan kita yang paling mendasar, bahwa sebelum dapat menerima
anugerahNya hati kita harus terlebih dahulu diperbaharui. Karena selama hati
kita masih liar tak terkendali tidak ada suatu berkat Tuhan yang akan membuat
kita berbahagia, hanya setelah hati kita dibentuk oleh Tuhan baru kita akan
mengalami berkat sejati. Karena itulah Tuhan Yesus sengaja menempatkan sebuah
perintah ini setelah janjiNya diikrarkan.
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Pada 15
Maret 1986 seluruh gedung Hotel New World di Singapura tiba-tiba runtuh ke
tanah dalam waktu 1 menit dan menelan korban 33 jiwa. Setelah diselidiki
ternyata perancang gedung hanya menghitung “beban
hidup” seperti kendaraan, manusia, perabotan, angin, tekanan tanah, dan
sebagainya. Sedang “beban mati”
seperti rangka, dinding, lantai, atap, pipa, saluran air, peralatan listrik,
dan sebagainya tidak diperhitungkan. Kesalahan perancang gedung dalam
menghitung beban ini pada akhirnya menyebabkan nyawa pengunjung melayang.
Bagaimana
dengan Tuhan Yesus yang malahan mengundang setiap orang untuk memikul kuk dan
beban-Nya? Kita tidak perlu kuatir dengan undangan Tuhan Yesus. Sebab Dialah
penguasa langit dan bumi. Rasanya terlalu rendah jika kita mengkhawatirkan
sesuatu yang telah dijanjikanNya kepada kita. Terlebih lagi Tuhan Yesus
memberikan jaminan yang melegakan: bahwa kuk dan bebanNya itu ringan (Matitus
11:28-30).
Saudara,
“BebanKu” artinya segenap perintah-Nya.
Adapun “kuk yang Kupasang” menunjuk
pada ketundukan dan ketaatan kita.
Kuk adalah beban bagi sapi yang menarik kereta tetapi
tidak sendirian karena ada sapi yang lain. Kuk Kristus tidak berat karena tidak
dipikul sendirian, tetapi beban itu juga dipikul oleh Tuhan Yesus. Yang memikul
juga bukan hanya kita tetapi juga semua orang percaya, saudara seiman di
seluruh dunia dan seluruh jaman memikul penderitaan yang sama. Maka orang Kristen
yang menderita tidak perlu merasa sendirian.
Dengan
demikian, memikul kukNya berarti tunduk dan taat pada segenap perintah-Nya. BebanNya
ringan karena kita tidak memikulnya seorang diri; Roh Kudus akan menyertai,
menolong, dan memberi kita kekuatan untuk melakukannya (Yohanes 14:16).
Beban-Nya
ringan karena hal itu tidak akan melebihi kekuatan dan kemampuan kita (1
Korintus 10:13). BebanNya ringan karena tidak akan melukai dan melumpuhkan
kita, tetapi justru mendatangkan kelegaan dan ketenangan jiwa. Jadi, sebenarnya
tidak ada sesuatu yang sulit untuk dijalani jika Tuhan yang selalu berjalan
mengiringi kita. Yang harus kita miliki hanyalah kemauan untuk menjalani hari-hari
dengan ketundukan dan ketaatan pada pimpinan-Nya karena kita jugalah yang akan
menikmati hasilnya.
Kebahagiaan paling sejati bagi pengikut Kristus adalah
bila ia dibebaskan dari dosa. Selain itu juga bila ia bisa bersama dengan
Kristus seumur hidupnya.
Karena itu orang yang sudah ada damai dalam hatinya,
akan memikul kuk yang Tuhan Yesus tanggungkan dengan tidak bersungut-sungut,
sebaliknya ia akan dengan gembira dan bersyukur bahwa ia dapat mengerjakan
pekerjaan Tuhan.
Orang yang sudah ada damai dalam hatinya juga akan
rajin belajar, sehingga ia dapat mengenal baik tentang Dia yang mengasihinya
dan mau berkorban untuknya. Akibatnya ia tahu kepada siapa ia percaya dan untuk
apa ia berkorban.
Melalui khotbah ini saya ingin menyampaikan bahwa Allah itu ada
dan apakah kita dapat merasakan hal itu? Tuhan Yesus mengajak kita untuk datang
kepadaNya dan Dia akan memberikan kita kelegaan dan ketenangan jiwa. Yang
terpenting adalah kita mau belajar kepada Tuhan Yesus dengan satu sikap yang
rendah hati.
Jadi jika demikian, mengapa Saudara masih merasa memikul beban
itu sendirian? Datanglah kepada Yesus dan belajarlah kepadaNya. Bukankah Rasul
Petrus juga pernah menasihati kita untuk, "Serahkanlah segala kekuatiranmu
kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7).
Terlebih lagi Tuhan Yesus sendiri berjanji, "Aku sekali-kali tidak
akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan
engkau." (Ibrani 13:5b). Karena itu kuatkan diri dan tetaplah percaya kepada Tuhan
Yesus! Keadaan dunia ini boleh saja berubah, tetapi kita punya Tuhan yang
tidak pernah berubah: kuasa, kasih, kemurahan dan kebaikan-Nya "...tetap sama, baik
kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8). Tuhan Yesus tetaplah sebagai jalan dan kebenaran dan hidup bagi
orang percaya.
Bapak ibu yang kekasih,
Transformasi menyeluruh harus terjadi dalam diri kita.
Ada banyak hal yang tidak benar dalam diri kita, karena itu, kita tidak bisa
tetap seperti semula. Betapa banyak orang yang hancur karena kesalahan mereka
sendiri, dan betapa sering kita, menjadi pelacur rohani. Sedikit kesenangan,
kenikmatan atau ancaman telah membuat kita mengkhianati Tuhan. Banyak hal dalam
diri kita yang harus diperbaiki: pikiran, paradigma, nilai-nilai hidup, sikap batin,
dan kelakuan setiap hari. Kita demikian lemah dan mudah tertipu dan menjual
diri kepada Iblis. Kita perlu mengalami tranformasi setiap hari, yaitu dengan
belajar dari Yesus dan mengikuti teladanNya.
Allah tahu kebutuhan kita yang paling mendasar, bahwa
sebelum dapat menerima anugerahNya hati kita harus terlebih dahulu
diperbaharui. Karena selama hati kita masih liar tak terkendali tidak ada suatu
berkat Tuhan yang akan membuat kita berbahagia, hanya setelah hati kita
dibentuk oleh Tuhan baru kita akan mengalami berkat sejati.
Orang Kristen adalah umatNya yang ditebus dengan harga
yang sangat mahal yaitu darah Yesus Kristus, tujuannya bukan untuk menghasilkan
manusia yang remeh dan hina. Tujuan Allah ialah membawa anak-anakNya kembali ke
dalam kemuliaan.
Inilah paradoks yang harus kita mengerti, bahwa kemerdekaan sejati
diperoleh justru ketika kita terikat sepenuhnya oleh Tuhan; kedamaian dan
kebahagiaan diperoleh ketika kita menyerahkan segala keinginan kita kepada
Tuhan, dan hidup kebangkitan Kristus baru dapat kita miliki jika kita mati
bersama Dia. Tinggal apakah kita mau menundukkan diri dan belajar
kepadaNya atau tidak. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar