KEHADIRAN YANG MEMBERI
MAKNA
Lukas 7:11-17
Bapak/ ibu yang kekasih
dalam Tuhan
Tidak ada peristiwa yang
sering disebutkan orang sebagai sebuah kebetulan. Kalau kita percaya bahwa
Allah adalah yang kekal dan abadi, maka seharusnya tidak ada sesuatu yang
terjadi tanpa terlebih dahulu Ia ketahui. Karena itu saudara, kekristenan tidak
mengenal yang namanya kebetulan-kebetulan. Mengapa saudara? Karena semua
kejadian yang dialami manusia, tidak akan pernah lepas dari campur tangan
Tuhan. Kekristenan percaya bahwa dalam segala hal Allah turut bekerja untuk
mendatangkan kebaikkan bagi mereka yang mengasihi Dia. Dalam Roma 8:28
dijelaskan: “Kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Sehingga di dalam keadaan
apapun yang kita alami, Tuhan tetap peduli terhadap anak-anak-Nya dan Dia
sangat tahu dengan apa yang kita alami dalam hidup.
Saudara, kisah
membangkitkan orang mati yang dicatat dalam Lukas 7:11-17 ini, merupakan kisah
yang dituliskan secara pribadi oleh Lukas. Kita tidak akan menemukan kisah yang
parallel dengan ini baik dalam Matius atau pun Markus. Yang jelas saudara, mujizat ini terjadi
sehari setelah Tuhan Yesus menyembuhkan hamba perwira itu (ayat 11).
Setelah peristiwa
penyembuhan hamba seorang perwira di Kapernaum yang sangat luar biasa, Tuhan
Yesus bersama-sama dengan rombongannya, mereka pergi menuju ke sebuah kota yang
bernama Nain. Satu desa kecil di daratan Yizreel, tepatnya 9.6 km sebelah
selatan Nazaret, di pinggir Hermon kecil, dan hingga sekarang kota ini masih bernama
Nain.
Kita melihat saudara, bagaimana
Tuhan Yesus melakukan inisiatif dengan terlebih dahulu menolong janda yang tengah
berdukacita karena anak laki-lakinya yang tunggal telah meninggal. Kita bisa
membayangkan bagaimana iring-iringan mayat itu berjalan dari rumah duka menuju
ke luar perbatasan, yang pasti kesedihan yang begitu mendalam dirasakan oleh
janda ini. Kejadian ini merupakan pukulan yang terberat yang harus dialami ibu
janda ini. Betapa tidak saudara, anak satu-satunya yang selama ini menjadi
tumpuan harapannya, kini harus pergi meninggalkan dirinya. Mungkin sudah sekian
lamanya ia kehilangan suaminya, ia menggantungkan hidupnya kepada anak
satu-satunya. Namun siapa yang sangka, kalau hari itu anaknya yang tunggal
meninggal lebih dulu. Karena itu janda ini pastinya berdukacita sekali, sebab ia
tidak tahu bagaimana nasibnya kelak. Secara fisik mungkin ia tidak lagi kuat
untuk bekerja keras, dan kalau pun ia sanggup melakukan suatu pekerjaan, siapa
yang bakal menerimanya untuk bekerja? Nasib seorang janda di Timur selalunya
menyedihkan, sebab dia tidak mudah memperoleh pekerjaan yang menguntungkan
sehingga ia sangat bergantung pada keluarga laki-laki yang paling dekat. Karena
itu ia sangat kehilangan dengan kepergiaan anak.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Saya percaya peristiwa
ini bukanlah sebuah kisah kebetulan, sebagaimana anggapan banyak orang,
mengenai realitas “kebetulan”. Mengapa saudara? Mari kita
perhatikan dengan seksama kejadian-kejadian berikut, untuk kita dapat melihat dengan
lebih jeli apakah ini yang disebut sebagai sebuah kebetulan ataukah kehendak
Tuhan. Pertama,
mengenai kejadian kematian anak sulung ini, bagaimana anak muda itu bisa mati
pada saat Tuhan Yesus berada disekitar mereka? Kedua, Bagaimana saat itu bisa
dipilih sebagai hari untuk penguburannya? Ketiga, mengapa pula Tuhan Yesus mengadakan
perjalanan + 51,4 km dari Kapernaum dan tiba pada sore hari di kota Nain
tepat pada saat iring-iringan jenazah itu lewat.
Bayangkan saudara kalau
seandainya rombongan Tuhan Yesus terlambat sedikit saja tiba di kota Nain, maka
orang mati itu pastinya sudah dikuburkan, atau jika rombongan Tuhan Yesus
terlalu cepat datang, dan isak tangis keluarga masih begitu dalam di rumahnya,
sehingga pastinya tidak seorang pun akan memperhatikan keberadaan Tuhan di
dekat mereka. Jadi saudara, di sini kita melihat bahwa Tuhan tahu bagaimana Ia mengatur
segala sesuatu; dan rencana-Nya selalu benar hingga Ia dan rombongan bisa
sampai pada detik yang tepat. Lagi pula bukan tanpa alasan bagi Lukas untuk
menuliskan peristiwa ini secara pribadi untuk di masukkan dalam bagian
Injilnya.
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Peristiwa
mujizat ini merupakan kisah yang kedua dari pelayanan membangkitkan orang mati
yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Kisah pertamanya terdapat dalam Matius
9:18-26, tentang seorang anak gadis dari kepala rumah ibadat yang baru mati. Kisah
ketiga terdapat dalam Yohanes 11:1-44, tentang Lazarus yang sudah empat hari
dalam kubur.
Mujizat
membangkitkan orang mati ini disaksikan oleh begitu banyak orang. Hal ini telah
terbukti kebenarannya ketika kedua kelompok orang banyak itu berpapasan di
pintu gerbang kota yang tidak jauh dari tempat pemakaman. Di sana terdapat
kerumunan murid-murid serta orang banyak yang tiap-tiap hari menyertai Tuhan
Yesus (ayat 11). Dan kelompok kerabat dan tetangga yang mengantar pemuda yang
hendak dikuburkan (ayat 12). Sungguh terdapat perbedaan besar antara rombongan
yang mengikuti Tuhan Yesus dengan
rombongan yang mengikuti janda dan anaknya yang telah meninggal. Tuhan Yesus
dan murid-muridnya sedang bersukacita dalam berkat Tuhan, tetapi janda ini dan
kerabat-kerabatnya sedang meratapi kematian anak satu-satunya, yang selama ini
menjadi tumpuan hidupnya. Yang jelas peristiwa ini mempertemukan dua anak
tunggal, yang satu hidup tetapi yang ditentukan untuk mati, Dialah Tuhan Yesus.
Sedangkan yang satunya telah mati, tetapi ditentukan untuk hidup, dialah anak
dari seorang janda.
Peristiwa
ini memang luar biasa. Sebab siapakah yang dapat melakukan mujizat ini kecuali
Tuhan sendiri? Itulah sebabnya orang banyak yang berdiri di tapal batas kota
itu berkata serentak: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita. dan
Allah telah melawat umat-Nya” (ayat 16). Jadi di situ terdapat cukup
banyak saksi yang menyokong kebenaran mujizat ini, yang memberi bukti tambahan
tentang wewenang atau otoritas Ilahi Kristus. Bukti ini lebih besar daripada
penyembuhan penyakit-penyakit, karena tidak ada kuasa alam atau sarana apa pun
yang mampu membangkitkan orang mati.
Dari
sini kita melihat saudara bahwa Tuhan Yesus telah memperlihatkan diri-Nya
adalah Mesias sebab Dia telah memperlihatkan diri-Nya adalah penguasa
kehidupan. Terlebih lagi Tuhan Yesus telah memperlihatkan sisi lain dari
penderitaan yang paling ditakuti oleh manusia yaitu kematian. Bagian ini juga
mengingatkan kita bahwa melalui mujizat ini ternyata walaupun dalam pandangan
manusia terdapat batasan kebahagiaan, namun di dalam Tuhan kebahagiaan itu
tidak akan pernah berakhir.
Cukup menarik saudara,
dimana sikap pertama yang diperlihatkan oleh Tuhan Yesus ketika melihat janda
itu, adalah “Ia
tergerak oleh suatu belas kasihan.” Dikatakan bahwa ketika Tuhan Yesus
melihat janda itu maka “tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan” (ayat 13).
Jadi fokus dari kisah ini bukan pada orang muda itu, tetapi pada ibunya. Tuhan
Yesus pastinya sudah tahu apa yang terjadi sekalipun Ia tidak bertanya tentang penyebab
kematian anak muda itu. Ia sudah memperhatikan bagaimana isak tangis ibu janda
yang telah kehilangan segala-galanya. Karena itu, ketika melihat
iring-iringan kematian, Tuhan Yesus langsung menaruh belas kasihan kepada janda
itu. Ia menghiburnya dengan perkataan: “Jangan menangis”, seolah-olah Ia hendak
mengatakan, “Aku
tak mau melihat engkau menangis karena Aku datang ke dunia untuk membawa
sukacita dan damai sejahtera bagi kamu.”
Memang saudara, tidak
ada permohonan kepada-Nya untuk perempuan itu, sebagaimana kejadian sebelumnya
dalam kisah anak seorang kepala ibadah. Bahkan Ia juga tidak mengucapkan kata-kata
yang panjang lebar untuk menghibur janda itu, selain ucapan “jangan menangis.”
Bapak/ ibu yang kekasih,
Perkataan Tuhan Yesus ini,
bukanlah sebagai sebuah larangan untuk menangis pada waktu peristiwa dukacita
karena kematian orang yang dicintai, tetapi ada rencana lain yang jauh lebih
indah yang ingin Tuhan Yesus tunjukan kepada janda ini, yaitu Ia akan membangkitkan
anak yang mati itu. Alasan ini memang hanya berlaku bagi janda dalam perikop
ini. Namun ada juga alasan umum yang dapat berlaku bagi kita saat ini sedang
berdukacita karena kehilangan, yaitu supaya kita jangan berdukacita seperti
orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan (1 Tesalonika 4:13). Jadi
saudara, Tuhan Yesus tidak menunggu sampai ada yang meminta-Nya tetapi mujizat
ini terjadi karena ada belas kasihan dari Tuhan.
Rasa empati sesama tentu
meringankan beban janda tersebut, sebab mereka mengetahui betapa pedihnya hidup
yang akan dijalaninya ke depan. Selama ini janda tua ini mengandalkan putranya
untuk menjadi penopang hidup di hari tuanya dan kenyataan harus ia terima
dimana sekarang anaknya telah mati. Namun saudara, disaat yang tepat Tuhan
datang dan menyelamatkannya dari dua dukacita tersebut. Karena itu Ia berkata:
“Jangan
menangis.”
Dari sini kita melihat
bahwa belas kasihan Tuhan Yesus terhadap janda ini menunjukkan bahwa Allah
merasa kasih dan kepedulian yang khusus bagi para janda atau siapapun yang
hidupnya sebatang kara di dunia ini. Sikap kepedulian yang luar biasa
ditunjukkan oleh Yesus yang langsung pada tindakan nyata untuk menunjukkan
kepeduliaan-Nya kepada orang yang dalam kesusahan.
Dikatakan “Sambil
menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya dan sedang pada pengusung berhenti, Ia
berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (ayat 14).
Perhatikan saudara, Tuhan Yesus berjalan menghampiri usungan yang dibawa
rombongan duka. Yang dibawa orang-orang itu bukan sebuah peti, tetapi sebuah
keranda mayat. Kemudian “Ia menyentuhnya” ini merupakan tindakan yang
jarang ditemui di masyarakat Yahudi, sebab tradisi menyentuh mayat hanya akan
membawanya menjadi najis. Tetapi saudara,
Tuhan Yesus tidak merasa diri-Nya akan menjadi najis karena menyentuh usungan
mayat, sebab tidak ada yang najis bagi-Nya.
Jadi tindakan ini bukan
sekedar untuk menghentikan dan melihat kondisi yang mati, tetapi lebih dari
itu, dengan menyentuh keranda mayat mungkin Ia bermaksud untuk
menunjukkan bahwa Ia sama sekali tidak menghindari kematian dan kubur, supaya
bisa mendapatkan kehidupan untuk kita. karena itu yang terjadi adalah anak itu
mendapatkan kehidupannya kembali setelah beberapa waktu mati. Segera sesudah
pengusung itu berhenti, kemudian dengan penuh hikmat, sebagai seorang yang
memiliki kuasa dan berkuasa atas maut, Tuhan Yesus berkata: “Hai anak muda,
Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (ayat 14).
Bapak/ ibu yang kekasih,
Kita melihat, bagaimana Yesus
bertindak sebagai Tuhan yang berotoritas atas maut. Tanpa melalui ritual
tertentu, Tuhan Yesus hanya memerintahkan agar anak itu bangkit. Dan ketika
firman-Nya yang memberi hidup itu disampaikan, jenazah itu pun menunjukkan
tanda-tanda kehidupan.
Ada dua bukti tanda kehidupan
yang ditunjukkan dalam peristiwa ini: pertama, pemuda itu bangun dan duduk dan kedua,
ia mulai berbicara. Ingat saudara bahwa anak muda ini dibaringkan pada sebuah
usungan keranda yang terbuka, bukan dalam sebuah peti yang tertutup, jadi pastinya
dengan mudah ia bisa bangun untuk duduk. Kemudian dengan penuh lemah lembut,
Tuhan Yesus membawa anak itu dan
menyerahkannya kepada ibunya yang sangat berduka.
Sejenak peristiwa
kebangkitan mendadak dari mayat itu pastilah sangat menakutkan banyak orang
yang hadir karena itu Lukas melukiskannya dengan menyebut semua orang
ketakutan. Namun ketakutan yang berikutnya bisa saja karena mereka melihat
mujizat yang besar, dimana Yesus berkuasa atas maut, sehingga Ia mampu
membangkitkan orang yang telah mati. Bagaimana tidak saudara, orang yang sudah
terbujur kaku, tiba-tiba bangun dan duduk atas perintah seseorang. Bagaimana
pun juga ketakutan mereka pada akhirnya disusul dengan ungkapan hati yang
memuliakan Allah, karena mereka merasakan kehadiran Allah. Mujizat yang
dilakukan Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Kristus adalah Tuhan dan itu terlihat
dari reaksi yang ditunjukkan oleh semua orang yang ada pada saat itu (ayat 16).
Janda itu pun tidak
pernah membayangkan sebelumnya bahwa ia akan menyaksikan mujizat yang seperti
ini. Tidak seperti kisah sang perwira yang terlebih dahuklu mengajukkan
permohonan. Jadi peristiwa ini terjadi murni karena belas kasihan Tuhan Yesus
yang memberikan pengharapan besar.
Rasaya tidak dibutuhkan
waktu yang lama untuk tersebarnya berita tentang mujizat ini. Peristiwa ini
mendorong orang-orang untuk bersemangat bertemu dengan Tuhan Yesus dan orang
banyak itu pun mengikuti Dia. Dikatakan: “Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan
di seluruh daerah sekitarnya” (ayat 17).
Bapak/ ibu yang kekasih
dalam Tuhan
Dalam kehidupan ini,
rasa-rasanya tidak ada yang lebih indah selain daripada mengenal dengan baik
kasih Tuhan dalam kehidupan kita. Kita dapat menjalani kehidupan dengan
sukacita, karena kita menyadari penyertaan dan pemeliharaan Tuhan.
Setiap kejadian yang
dirasakan dalam kehidupan kita, semuanya ada dalam pengetahuan Tuhan, jadi
tidak ada yang namanya “kebetulan”. Karena itu kita juga tak perlu merasa
“galau,”
jika sesuatu yang tidak terduga menimpa kita, sebab tidak ada yang kebetulan
terjadi di dalam kehidupan kita. Sebab, kita tahu bahwa Allah yang kita kenal
dan sembah itu selalu ada di samping kita menghadapi aneka persoalan kehidupan.
Karena itu biarlah melalui
renungan khotbah ini, kita diingatkan bahwa ketika kita datang kepada Yesus dan
sujud menyembah Dia, Dia mau mendengarkan segala keluh kesah, mau mendengarkan
segala masalah yang dihadapi dan mau mendengar segala seruan kita. Penyakit
yang diderita akan disembuhkan-Nya, jalan buntu yang dihadapi akan diberikan
jalan keluar, yang berbeban berat akan diberikan kelegaan dan sukacita. Karena
Tuhan mau peduli dan menolong kita yang datang sujud menyembah Dia.
Hari ini biarlah kita juga diyakinkan
kembali akan kasih Tuhan yang jauh daripada hidup kita. Kehadiran-Nya selalunya
memberi makna, sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya dapat merespon
setiap kejadian dengan tetap percaya. Yang walaupun kita tidak melihat-Nya
secara kasat mata, namun Allah akan terus berkarya dan bekerja di tengah-tengah
kehidupan orang-orang yang selalu berharap akan Tuhan dan yang setia akan
Firman-Nya. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar