MENGERJAKAN KESELAMATAN KITA
Filipi 2:12-18
Kaum muda yang Tuhan Yesus
kasihi
Ketika Allah mengaruniakan
keselamatan kepada kita, keselamatan itu belumlah utuh. Mungkin secara prinsip
kita memang telah mendapatkan hak keselamatan itu. Secara hukum pun demikian.
Namun dalam pelaksanaannya, keselamatan yang telah kita terima memerlukan
pembuktian dari diri kita untuk tetap menjaganya sampai akhir.
Sebagai orang percaya yang
telah diselamatkan oleh kasih karunia, kita harus mengerjakan keselamatan kita
sampai pada akhir, jikalau kita lalai melakukan hal ini, kita akan kehilangan kasih
karunia yang telah diberikan kepada kita.
Seperti halnya seseorang
yang menerima sebuah mutiara dari seorang Raja. Ketika itu raja berkata: “hai hambaku,
aku akan melakukan perjalanan jauh, jagalah mutiara ini sampai aku kembali,
barulah setelah itu kamu berhak atas mutiara itu.”
Secara hukum, hamba itu
memiliki hak atas mutiara yang diberikan seorang Raja, akan tetapi secara
praktis, hak itu akan berlaku jika telah tiba waktunya, ketika Raja itu
kembali.
Sebenarnya demikian pula
dengan kehidupan kekristenan kita. Kita memang diberikan hak untuk memperoleh
keselamatan Allah, namun Allah menuntut kita untuk mengerjakan keselamatan itu
sampai sempurna.
Sebagaimana tema kita hari
ini, saya mengajak kita untuk melihat 3 rahasia penting bagaimana kita
mengerjakan keselamatan yang telah Tuhan beri bagi kita masing-masing:
1. MENJAGA
KEKUDUSAN HIDUP (2:12; 14-15).
“Tetaplah
kerjakan keselamatanmu” (ayat 12). Kata kerja ini adalah istilah matematika yang
digunakan untuk masalah yang dibawa kepada kesimpulan. Kata ini tidak berarti “tetaplah
bekerja untuk memperoleh keselamatan.” Jadi kata ini mengandung
pengertian mengerjakan sampai semuanya selesai. Sasaran yang diinginkan Allah
bagi kita jelas, yaitu menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29).
Ungkapan ini awalnya
memang ditujukan kepada persoalan khusus yang ada di Gereja Filipi, dimana
mereka memiliki ketaatan yang kuat terhadap hukum Allah. Itulah yang menjadi sukacita Paulus atas
mereka. Dan untuk itu pula Paulus terus mendorong jemaat Filipi untuk tetap
berpegang pada pengharapan yang telah mereka terima.
Kasih karunia Allahlah
yang memulai dan tanggapan iman yang diperlukan dari manusia yang bertobat
jelas terlihat dalam Efesus 2:8-9. Karena itu orang percaya tidak bekerja untuk
memperoleh keselamatan mereka, tetapi setelah mereka diselamatkan, mereka
bekerjasama dengan Roh kudus untuk hidup dalam kedewasaan yang serupa dengan
Kristus (Efesus 2:10, 14-17). Keselamatan semua berasal dari Allah dan
sepenuhnya gratis diberikan, tetapi aspek keselamatan membutuhkan tanggapan
iman yang aktif, dalam sebuah pertobatan yang bekelanjutan (Band. Matius
13:44-46).
Karena itu, Paulus sadar
akan bahaya yang akan dihadapi oleh jemaat Filipi. Dimana mereka ada indikasi
untuk taat hanya karena kewajiban lahiriah. Untuk itu Paulus memastikan bahwa
ketaatan mereka bukanlah ketaatan yang sifatnya lahiriah, yaitu ketika para
rohaniwan ada di dekat mereka. Akan tetapi Paulus menghendaki ketaatan itu
muncul oleh karena kesadaran penuh mereka terhadap Allah yang hidup.
Kaitannya dengan kehidupan
kita adalah, kita pun harus tetap menjalankan tugas pangilan kita untuk tetap
mengerjakan keselamatan itu. Intinya dengan jalan menjaga kekudusan hidup di
hadapan Tuhan. Ayat 14-15 kita lihat, Paulus berusaha membandingkan perbedaan
antara kehidupan orang percaya dengan kehidupan orang-orang di dunia. Orang
yang belum diselamatkan, senantiasa hidup dengan mengeluh dan selalu
menyalahkan satu dengan yang lain. Akan tetapi sebagai orang Kristen,
seharusnya tidaklah demikian, dalam menjalani iman kita, kita tetap menjaga
kekudusan hidup, termasuk terhadap dosa bersungut-sungut terhadap Allah.
Bukan berarti kita harus
menipu diri, dari kesulitan hidup yang kita alami. Akan tetapi Firman Tuhan
mengajarkan kepada kita untuk tidak kuatir akan hidup ini, akan apa yang akan
kita minum, akan apa yang kita pakai. Akan hidup kita.
Paulus tidak mengajarkan
kepada kita agar kita menarik diri dari dunia ini dan pergi kesuatu tempat
pengasingan yang rohani. Kita tetap dapat hidup sebagaimana biasa kita hidup.
Tetapi dalam menjalani kehidupan itu, kita tetap memiliki perhatian penuh
kepada apa yang Firman Allah katakana dalam diri kita.
Inilah jalan pertama untuk
kita dapat mengerjakan keselamatan kita, yaitu kita berusaha tampil beda
ditengah-tengah kehidupan orang yang belum percaya. Ada banyak persoalan dalam
kehidupan ini, tetapi Allah akan menolong kita untuk “menyelesaikannya”.
Kehidupan kita mempunyai potesi yang luar biasa, seperti sebuah pertambangan
atau sebuah lading, dan Ia ingin menolong kita untuk memanfaatkan potensi itu.
Demikianlah seharusnya
pernyataan kita di hadapan Tuhan, ketika orang-orang dunia, sibuk dengan urusan
perut, banyak trik yang dipakai untuk memperoleh segala hal, tetapi anak-anak
Tuhan tetap hidup sejalan dengan kehendak Tuhan. Menjaga kesucian hidup di
hadapan Tuhan. Yang terpenting mengerjakannya dengan perasaan takut dan gentar.
Ini merupakan sebuah ungkapan PL untuk rasa hormat dan kagum terhadap Allah
(Band. Mazmur 2:11; 119:120). Dan ungkapan ini pun digunakan Paulus beberapa
kali dalam tulisannya (mis. 1 Korintus 2:3; II Korintus 7:15; Efesus 6:5).
Karena itu orang percaya perlu mengingat akan kekudusan Allah ini dalam sikap
takut dan gentar terhadap Allah.
2. SADAR AKAN
KARYA TUHAN DALAM DIRI KITA (2:13).
Prinsip kedua yang pakai
Allah dalam kehidupan orang percaya adalah, Karya Allah yang dirancang demi kebaikan
kita. “Karena
Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut
kerelaanNya.”
Artinya adalah Allah tidak
pernah memaksakan karyaNya bekerja dalam diri manusia, akan tetapi selalu
bergantung dari kesetiaan dan kerjasama kita. Sehingga yang ditekankan Paulus
adalah Allah harus bekerja di dalam kita lebih dahulu sebelum Ia dapat bekerja
melalui kita. Dari sini kita melihat bahwa Allah terus-menerus bekerja mulai
dari menyelamatkan orang, sampai kepada memimpin orang yang telah diselamatkan
itu agar sesuai dengan kehendakNya.
Namun jika kita melihat kehidupan
disekitar kita, banyak sekali orang Kristen yang taat kepada Allah hanya karena
tekanan dari luar, bukan karena kuasa yang ada di dalam dirinya. Karena itu Paulus
memperingatkan orang-orang Filipi bahwa bukan kehadirannya di tengah-tengah
mereka yang penting, melainkan keinginan mereka untuk taat kepada Allah dan berkenan
kepadaNya (1:27; 2:2).
Saudaraku, kita harus
sadar bahwa kuasa yang bekerja dalam diri kita untuk taat kepada Allah adalah
kuasa dari Roh Kudus. Karena Allahlah yang mengerjakan semua itu di dalam kita.
Dan Roh Kudus yang sama pula yang memberi kuasa kepada Kristus ketika Ia
melayani di dunia ini juga memberikan kuasa kepada kita sekarang.
Rekan-rekan pemuda
Paulus memberikan 3 contoh
bagaimana kita dapat mengerjakan keselamatan kita dengan kuasa Allah: Firman
Allah, doa dan penderitaan.
Kuasa Ilahi dicurahkan
dalam kehidupan kita melalui firmanNya yang diilhamkan. Tetapi kita memiliki
tanggung jawab untuk menghargai dan menerima firman itu. Hal ini berarti lebih
daripada hanya sekedar mendengarkan atau bahkan membaca dan mempelajarinya.
Akan tetapi kita harus menerapkan firman itu, agar kuasa Allah dapat dicurahkan
dan bekerja dalam kehidupan kita.
Hal yang kedua sebagai
alat untuk dapat mengerjakan keselamatan kita adalah doa. Kunci untuk kita
dapat menerima kuasa Allah yang bekerja di dalam kita, selain mempelajari
Firman Allah adalah kita harus berdoa. Sebab doa adalah alat kedua yang dipakai
Allah untuk bekerja dalam kehidupan anak-anakNya.
Efesus 3:20 mengatakan: “Bagi Dialah
yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan,
seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.”
Artinya Paulus sadar bahwa
Allah bertindak terkadang jauh melebihi dari apa yang kita minta dalam doa. Di
dalam doa-doa kita inilah, Allah menyatakan kehendakNya atas kita. Dan apa yang
Paulus tegaskan ini merupakan suatu kebenaran bahwa kehidupan perkembangan
sejarah gereja pun membuktikan, bahwa peranan doa dalam kehidupan mereka sangat
berarti dirasakan bagi mereka.
Hal yang ketiga yang
dipakai Allah untuk mengerjakan keselamatan kita adalah penderitaan. Banyak
orang salah dalam menilai penderitaan. Bagi orang yang tidak mengenal Tuhan,
penderitaan bagaikan sebuah kutuk, yang diberikan Allah untuk menghancurkan. Sehingga
banyak orang takut menghadapi penderitaan. Tetapi bagi orang percaya
penderitaan justru dilihatnya sebagai bagian dalam melatih iman kita kepada
Allah. Sebab itu firman Tuhan berkata dalam 2
Timotius 3:12, 14: “Memang setiap orang
yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya…Tetapi
hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan
engkau yakini.”
Karena itu justru di dalam
penderitaan Roh Kudus bekerja dengan cara yang khusus di dalam kehidupan kita. Sehingga
semua yang kita alami pada akhirnya akan membawa satu kemuliaan bagi Kristus.
Lagi pula saudara, firman
Tuhan dalam Roma
8:28 mengingatkan kepada kita bahwa: “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggl sesuai dengan rencana Allah.”
Kita melihat saudara,
bagaimana Paulus sendiri telah mengalami kuasa Allah di dalam penjara Filipi
ketika ia dipukuli dan dipasung di dalam penjara bawah tanah, ia dapat
bernyanyi dan memuji Allah dalam penderitaannya. Dan pada akhirnya Tuhan
melepaskannya dengan caraNya yang ajaib (Kisah Para Rasul 16:19-33).
Sama halnya dengan
kejadian 23 misionaris dari Korea yang diculik oleh kaum Taliban dari
Afganistan. Mungkin saat itu mereka mengalami penganiayaan yang tidak pernah
mereka pikirkan, mungkin keluarga mereka juga tidak pernah memimpikan kejadian
ini. Tetapi itulah harga yang harus dibayar bagi setiap anak-anak Tuhan. Akan
tetapi penderitaan yang mereka alami adalah penderitaan yang mulia. Mereka
mengalami penderitaan oleh karena Kristus. Sehingga sekalipun dalam kondisi
yang demikian, penderitaan mereka tidak pernah melunturkan iman yang Tuhan
anugerahkan atas mereka. Sekalipun harus ditanggung dengan kematian mereka.
Filipi 1:29 berkata: “Sebab kepada
kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk
menderita untuk Dia.”
Firman Allah, doa dan
penderitaan adalah 3 alat yang dipakai Allah dalam kehidupan kita, sebagai
kuasa yang hidup di dalam diri kita. Untuk itu, ketika kita semakin mencintai
Allah, kita akan membuktikannya dengan menyenangi FirmanNya, ketika kita
merindukan hadiratNya kita akan membuktikan beapa kuatnya doa kita. Dan ketika
kita mengatakan untuk tetap setia, kita membuktikannya dengan ikut menderita
dengan Dia. Disinilah kita dinyatakan menjadi serupa dengan Kristus.
3. BERPEGANG
TEGUH KEPADA ALLAH (2:16)
Kaum muda yang saya kasihi
Dikatakan dalam ayat 16 “Sambil
berpegang teguh pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus,
bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah payah.”
Berpegang teguh berkaitan
dengan orang percaya yang terus-menerus kepada Allah. Paulus berharap agar
jemaat di Filipi dapat menunjukkan kesalehannya sampai akhir, itulah yang
membuatnya dapat bermegah. Tetapi kemegahan Paulus, bukan didasari oleh kemampuannya
dalam membawa jemaat Filipi untuk bertumbuh, sebab itu adalah kemegahan Tuhan.
Tetapi kemegahan Paulus adalah bahwa yang dilakukannya di dalam Tuhan tidaklah
menjadi sia-sia. Karena itu dikatakan: “aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah
payah.”
Kaum muda yang saya kasihi,
Kaum muda yang saya kasihi,
Keteguhan iman kita kepada
Allah senantiasa dibarengi dengan pahalaNya. Allah memberikan pahala kepada mereka
yang telah setia kepadaNya. Dan sukacita Tuhan adalah janji yang akan menjadi
bagian dari pahala itu. Untuk itu orang Kristen yang setia akan mendapati bahwa
penderitaannya di dunia ini telah diubah menjadi kemuliaan di surga. Ia akan
melihat bahwa pekerjaannya tidak sia-sia.
Sukacita ini adalah suatu
kenyataan yang sudah ada pada saat ini. Dan sukacita yang kita alami ini dapat
kita rasakan melalui pengorbanan dan pelayanan kita. Namun perlu kita sadari
untuk mendapatkan rahasia besar ini, kita dituntut memiliki iman yang teguh.
Iman yang menuntut kepercayaan bahwa janji-janji Allah itu benar dan akan
digenapi dalam kehidupan kita sebagaimana janji-janji itu telah digenapi dalam
kehidupan Paulus.
Saudara
Kehidupan kekristenan
bukanlah satu hubungan yang bersifat kabur. Bukan pula hubunga yang tidak
jelas. Seperti nyanyian yang berjudul “Teman Tapi Mesra”, sebenarnya kekristenan
bukanlah demikian.
Kekristenan adalah
hubungan yang bersifat pasti dan dalam antara Kristus dengan jemaatNya.
Hubungan yang dijalin berdasarkan kesetiaan jemaat terhadap Tuhannya. Dan
jemaat di Filipi membuktikannya dalam kehidupan mereka.
Sekarang
bagaimana dengan kita, bagaimana hubungan kita dengan Allah? Jikalau kita ingin
agar kita memiliki hubungan yang tetap terjalin indah dengan Tuhan, rahasianya
adalah tetap kerjakan keselamatan kita. Sebab di dalam semua yang telah Allah berikan kepada kita, Allah memberikan
jaminan pengharapan yang tidak ternilai harganya. Pengharapan yang nantinya
akan segera di genapi, yaitu ketika kita bertemu dengan Tuhan, muka dengan
muka, di dalam KerajaanNya yang kekal. Amin.
Firmannya memberkati sekali 😇
BalasHapus