KEBAIKAN TUHAN NYATA DALAM KEHIDUPAN ORANG YANG TAKUT AKAN DIA
Mazmur 31:20-25
Sidang jemaat yang kekasih,
Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengajak kita untuk
merenungkan kebaikan Tuhan yang nyata dalam kehidupan orang yang takut akan
Tuhan, melalui pembacaan dalam Mazmur 31:20-25. Saudara, Mazmur ini adalah seruan
Daud untuk senantiasa mengucap syukur dan mengasihi Tuhan. Namun pengucapan
syukur ini bukan lahir tanpa didahului suatu pergumulan, sebab kalau kita
perhatikan pada bagian awal dari Mazmur 31:1-19, Mazmur ini dilatar-belakangi oleh
kondisi pemazmur yang pada waktu itu berada di dalam masa-masa yang sangat
sulit dan tidak nyaman. Masih banyak orang yang mengejarnya dan menginginkan
sesuatu darinya. Bahkan ada orang yang memasang jaring ingin menjebak dan
menjatuhkannya.
Namun saudara, apa yang Daud lakukan? Bagaimana Daud
bereaksi terhadap semua situasi yang sulit dan tidak nyaman itu? Kita melihat
saudara, bagaimana Daud menyikapi persoalan hidupnya dengan sangat baik. Dimana
Daud senantiasa mengucap syukur dan tetap melayani Tuhan. Sebab pemazmur yakin
bahwa kehidupan yang sedang dijalani hanya ditentukan oleh Tuhan. Hidupnya
bukan ditentukan oleh musuh-musuhnya. Hidupnya bukan ditentukan oleh
masalahnya. Bukan pula ditentukan oleh penyakitnya. Tetapi Daud meyakini bahwa kehidupan
yang sementara ia jalani itu ada di dalam tangan Tuhan. Tangan Tuhanlah yang
menentukan kehidupannya. Karena itu sekalipun Daud berada dalam pergumulan dan
kesusahan yang begitu hebat dalam hatinya, dia tetap bisa merasakan damai sejahtera,
yang menguasai hidupnya.
Indikasi damai sejahtera yang ada di dalam hatinya adalah
ketika dia bisa menunjukkan kepada kita suatu ajakan kepada setiap orang percaya
untuk dapat hidup tetap mengasihi Tuhan. Karenanya tidak heran saudara, setelah
Daud mengalami pengalaman hidup yang demikian ekstrim, ia benar-benar menyadari
akan kuasa dan kasih setia Allah yang begitu melimpah. Hal inilah yang membawa
dia untuk senantiasa percaya akan pertolongan Allah dalam kehidupannya.
Jadi rahasianya ada pada sikap takut akan Tuhan. karena itu
pemazmur menyadari bahwa kebaikan Tuhan hanya disediakan bagi mereka yang takut
akan Dia. Bahkan kebaikan itu tersimpannya secara melimpah. Dikatakan: “Alangkah
limpahnya kebaikanMu yang telah Kau simpan bagi orang yang takut akan Engkau”
(Ayat 20a)
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Takut akan Tuhan adalah unsur yang sangat penting dalam
kehidupan orang percaya. Masalahnya takut yang bagaimana yang patut dimiliki
oleh orang percaya? Faktanya, ada banyak di antara kita yang takut akan banyak
hal, seperti takut akan hantu, takut akan ketinggian, takut kegelapan bahkan
ada yang takut akan keramaian. Bagi orang yang tidak percaya, takut akan Tuhan
adalah lebih mengarah kepada hal negative dimana mereka takut kepada
penghakiman Allah dan kematian kekal, yang merupakan pemisahan untuk
selama-lamanya dari Allah. Takut akan Tuhan bukanlah seperti itu.
Pengertian takut akan Tuhan menjadi jelas jika kita mengerti siapa dan seperti
apa Tuhan yang kita sembah itu.
Secara Alkitabiah takut akan Tuhan berbicara tentang kekuatan,
kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan di sini adalah wujud
rasa takut dalam arti yang positif. Artinya kita menghormati Dia karena kebesaranNya,
kekudusanNya, keadilanNya dan juga kebenaranNya. Tanpa rasa takut akan
Tuhan yang seperti ini orang Kristen cenderung berpikir, berkata, dan berbuat
sesuka hatinya sendiri. Rasa takut akan Tuhan yang seperti ini juga tidak
didasari oleh karena takut mengalami hukuman atau takut masuk neraka, karena
jika ini yang terjadi maka rasa takut semacam ini tidak didasarkan pada kasih
kepada Tuhan.
Takut akan Tuhan adalah ketetapan hati dan pikiran orang
percaya yang tidak mau mengecewakan Tuhan melalui pikiran, ucapan dan
tindakannya sebagai ekspresi kasih kepadaNya. Dengan kata lain, takut akan
Tuhan adalah dasar bagi kita untuk mengikuti jalanNya, melayani Dia dan terus
mengasihi Dia. Jadi orang yang takut akan Tuhan akan berusaha untuk hidup
seturut firmanNya, menjauhkan diri dari segala bentuk kejahatan (dosa) dengan
kerelaan hatinya sendiri, bukan karena terpaksa atau karena dorongan dari orang
lain.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Dalam Pengkotbah 12:13 dikatakan:
"Akhir
kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan
berpeganglah pada perintah-perintahNya, karena ini adalah kewajiban setiap
orang." Dengan kata lain saudara, sikap takut akan Allah merupakan
hal yang dikehendaki Tuhan dan kewajiban dari setiap orang yang percaya kepada
Tuhan.
Masalahnya, dalam kehidupan kita sebagai orang yang percaya
kepada Allah, sejatinya tidak akan pernah lepas dari yang namanya pergumulan
hidup. Hidup kita kadangkala seperti hidup seorang janda tinggal di Sarfat (band.
1 Raja 17:7-24). Hidup mereka sepertinya dalam masa paceklik, mereka hanya punya
segenggam tepung dan sedikit minyak. Jadi dengan hal itu bisa dipastikan bahwa
tepung itu hanya cukup sekali saja untuk dimasaknya hari itu. Setelahnya tidak ada
lagi persediaan apa pun untuk dibuatnya esok hari. Karenanya ia menyadari
kondisi ini dan ia pun berkata kepada Elia: “…setelah memakannya, maka kami akan mati” (Ayat 12).
Namun saudara, dalam situasi yang demikian Tuhan mengatakan
sesuatu yang berbeda melalui Elia. Tuhan ingin mengajar janda ini untuk tidak
bergantung pada apa yang dia miliki. Sebaliknya Tuhan mau menunjukkan bahwa cara
Tuhan adalah cara yang terbaik dan tidak pernah terpikirkan oleh manusia. Elia
berkata kepada perempuan ini untuk memberinya makan lebih dahulu. Dan kita pun tahu
apa yang kemudian terjadi, janda ini mungkin sempat berpikir, apakah ia harus lari
meninggalkan nabi Tuhan yang tidak tahu diri ini atau melakukan apa yang dia
minta, mengolah tepung dan minyak itu untuk menjadi roti dan memakannya?
Saya percaya dalam situasi yang sulit pastinya akan membuat
kita harus memilih apakah tetap setia, dan melayani Tuhan, atau lari dari
kenyataan? Banyak orang percaya yang tidak menjadi sabaran dan akhirnya memilih
untuk lari dari kenyataan, ia meninggalkan tekanan hidupnya dengan memilih
sesuatu diluar kehendak Tuhan. Tetapi lihatlah apa yang terjadi ketika janda
ini memilih untuk melayani Tuhan, memberikan makan kepada nabi Tuhan, apa yang
kemudian Tuhan lakukan? Mereka bisa melewati masa paceklik dengan tepung dan
minyak yang tidak pernah habis. Karena apa saudara? Karena Tuhan memelihara
hidupnya dan ia mempercayakan hidupnya pada janji Tuhan. Mereka lebih memilih
untuk takut akan Tuhan.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Bersyukur dan melayani adalah dua sikap yang tidak
terpisahkan. Bersyukur adalah pernyataan dari iman kita, sedangkan melayani
adalah buktinya. Hanya dengan bersyukur dan tetap melayani Tuhan maka hati kita
akan terpelihara. Dengan apakah kita bisa tetap memiliki hati seorang hamba jika
kita tidak hidup di dalam melayani? Banyak orang Kristen yang berpikir bahwa
masalahnya terlalu banyak, sehingga dia mau selesaikan persoalannya dulu, dia
mau selesaikan pekerjaannya dulu, dan akhirnya meninggalkan pelayanan sementara.
Dia pikir dengan sikap yang seperti itu masalahnya akan selesai. Saya justru
melihat, banyak orang yang bersikap demikian, masalahnya semakin rumit saja. Jadi
saudara, lari dari Tuhan itu bukan jalan keluar, tetapi dekat dengan Tuhan,
bersyukur dan tetap melayani dengan apa saja yang bisa kita lakukan walaupun
dalam situasi yang sangat sulit dengan hidup kita. Itulah cara yang Tuhan mau supaya
kita dapat tetap tinggal di dalamnya. Jangan lari dari Tuhan.
Yang berikutnya dikatakan: “Alangkah limpahnya kebaikanMu …yang telah
Kaulakukan bagi orang yang berlindung padaMu, dihadapan manusia!” (Ayat 20b).
Ayat ini memberi pengertian bahwa berlindung kepada Tuhan seumpama seseorang
mau berada di bawah pohon yang besar di saat ada sinar matahari yang
menusuk. Berada di bawah pohon pada matahari panas sangat menyenangkan. Maunya
kita, tidur terus di bawah pohon itu karena membuatnya menjadi adem – tenteram.
Juga seumpama ada musuh yang mengejar-ngejar, lalu masuk dalam rumah besar dan
kokoh sehingga musuh tidak lagi menyerang. Ibarat seorang yang mau dibunuh oleh
seseorang dan seorang yang gagah perkasa meminta bantu kepadanya.
Hidup kita ini kadangkala juga seperti seorang wanita yang
mengandung. Ada masa yang sangat sulit dimana sembilan bulan dia harus
bertahan. Kalau dia putus asa dengan apa yang dialami, apa yang terjadi? Dia
tidak bisa melihat anak itu. Karena itu dia harus bertahan tetap tinggal diam
dalam masa sulitnya. Meyakini bahwa Tuhan sedang membentuk anak yang ada di
dalam kandungannya. Hari demi hari, hingga bulan berganti bulan. Dia percaya bahwa
apa yang dikerjakan oleh Tuhan merupakan sebuah rencana yang indah buatnya. Sampai
dia melihat tanda-tanda pertumbuhan yang baik dari anak yang di dalam rahimnya,
dan sampai tiba saatnya nanti, anak itu bisa lahir dan disambutnya dengan rasa
yang bahagia.
Saya percaya saat ibu Renita menjalani masa kehamilan dan
menantikan proses kelahiran putranya, pasti juga disertai dengan pergumulannya.
Yang walaupun tiap-tiap anak memiliki ciri pergumulan yang berbeda. Namun kita
bisa melihat, kalau saat ini anak itu kini telah lahir dan dalam kondisi yang
sehat. Bukankah itu karya Tuhan yang luar biasa.
Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Apa yang kita pikirkan sekarang dengan keadaan kita? Kalau
sekarang kita sedang berada di dalam keadaan yang sulit, apa yang kita lakukan?
Masihkah kita bisa bersyukur dan tetap melayani Tuhan? Asal kita ikhlas maka
yang baik akan tiba untuk kita. Sebab Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita
selalu ada di dalam kesulitan dan penderitaan.
Mazmur
55:23 berkata: “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara
engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkanNya orang benar itu goyah” Dari sini kita melihat bahwa Tuhan menjanjikan tidak untuk
selama-lamanya kita berada dalam pergumulan. Ada waktunya Tuhan memberikan
kelepasan dalam hidup kita. Tinggal bagaimanakah kita belajar untuk sabar
menantikan tangan Tuhan bekerja dalam kehidupan kita.
Penguin adalah binatang yang sangat unik. Dia hanya
bertelur hanya pada musim dingin. Telurnya hanya satu, tidak lebih daripada
itu. Ketika sang betina sudah bertelur apa yang dia lakukan? Dia memberikan
telurnya kepada si jantan yang lalu meletakkan telur itu di atas telapak
kakinya dan kemudian menutupinya dengan bulunya. Lalu kemana sang betina?
Selama dua bulan lamanya sang betina bersama betina-betina lainnya
pergi mencari dan mengumpulkan makanan untuk bayinya. Itu bukan waktu yang
pendek, itu waktu yang sangat panjang. Selama itu si jantan berpuasa, mengerami
telur itu dan dia terus mempertahankan telur itu tetap ada di atas telapak
kakinya. Kalau kakinya bergerak sedikit, telur itu bisa menggelinding keluar. Dia
bertahan dengan semua jantan yang lain meskipun ada angin badai yang begitu
dingin. Mereka saling berdekatan, saling melindungi, dan luar biasa, tepat dua
bulan kemudian telur itu menetas.
Tepat pada saat yang sama betina itu kembali dan bisa
memberikan makanan kepada anaknya. Penguin jantan butuh dua bulan bertahan
untuk menjaga telurnya, sementara sang betina pergi mencari makan. Situasi yang
tidak mudah dan sulit. Sang betina pergi mencari makan ancamannya maut, ada
singa laut dan hiu yang bisa memangsanya. Tetapi mereka bertahan demi sesuatu yang
jelas mereka melakukan itu.
Terkadang hidup kita sudah sampai di ujung, tinggal
selangkah lagi, namun karena kita kelelahan dan putus asa pada akhirnya kita
pun berhenti, padahal yang Tuhan mau adalah, kita bertahan. Bertahan di dalam kehendak
Tuhan, sambal kita hidupi kehidupan kita dengan kepercayaan penuh kepada Tuhan.
Percayalah sebagaimana yang dirasakan oleh Pemazmur, kasih karunia Tuhan selalu
cukup bagi kita.
Dialah tempat perlindungan kita. Suatu tempat yang aman dan
nyaman. Tempat yang aman dan nyaman itu adalah tempat yang membuat kita merasa
dikasihi dan disayangi. Tempat yang aman itu adalah tempat kita diperlakukan
dengan baik dan dianggap berharga dan penting. Kita bisa saja merasa aman
karena tidak ada yang melukai tubuh kita, tidak ada penyakit yang menggerogoti
tubuh kita. Tidak ada orang yang mencuri harta milik kita. Namun demikian, jika
ada yang melukai hati kita, menghina dan menginjak-injak harga diri kita
pastilah kita merasa tidak aman dan nyaman. Jadi tubuh mungkin bisa aman tapi
hati dan jiwa kita tidak aman. Apakah itu yang dinamakan Aman yang sejati?
Keamanan yang sejati seharusnya terpenuhinya kebutuhan
lahir dan batin, jasmani dan rohani, material dan sosial. Jadi jika Tuhan
adalah tempat perlindungan kita, maka kita dapat mempercayai Tuhan yang memberi
jaminan akan terpenuhinya kebutuhan kita lahir dan batin, jasmani dan rohani,
material dan sosial. Cara berlindung kepada Tuhan adalah mempercayai dan
mengandalkan Tuhan dalam setiap keadaan.
Di dunia yang penuh bahaya ini, kita perlu menyadari bahwa
keamanan dan perlindungan kita yang utama berada di tangan Allah. Daud teringat
bagaimana ia suatu kali merasa seolah-olah terpisah dari pertolongan Tuhan.
Namun ia belajar bahwa dalam situasi yang mengecewakan sekalipun, Allah akan
melindungi mereka yang takut kepada-Nya "dalam naungan wajah-Nya;...Dia akan melindungi
mereka dalam pondok" (Mazmur 31:21). Dari sini kita melihat
bahwa meskipun pemazmur merasa terisolasi, namun ia percaya bahwa Tuhan
mendengar dan akan bertindak atas namanya. ia tidak takut sebab dalam iman
kepada Allah ia percaya bahwa Allah mampu melindunginya (22)
Kasih setia berarti adalah kasih yang tidak terputus, kasih
yang selalu ada. Itulah kasih Allah kepada umatNya. Dalam keadaan yang sesak
sekalipun Allah tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan Yesus punya berbagai
macam cara & memakai siapa saja untuk menolong kita, dan kita harus
menyadari bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Berusahalah tetap mengucap syukur
dalam segala kondisi hidup.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Allah selalu mengetahui di mana kita berada. Tak ada tempat
di mana Dia tidak dapat melihat kebutuhan dan mendengar jeritan kita. Awalnya
Daud pernah berpikir bahwa Allah sempat tidak menghiraukan keberadaannya. Dia
seperti terbuang dari hadapan Tuhan. Namun ternyata prasangkanya keliru. Allah
yang disembahnya tidak pernah meninggalkan dia. Karena itu dia berkata: "Tetapi
sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak
kepadaMu minta tolong" (ayat 23).
Dari sini kita belajar, bahwa iman tidak hanya yakin akan
masa depannya namun juga mengingat apa yang Allah pernah lakukan di masa lampau
bagi kita. Terkadang dalam kehidupan kita, kita merasa Tuhan absen dari
kehidupan kita. Seolah-olah Tuhan membiarkan umatNya mengalami penderitaan
tanpa mengulurkan tanganNya untuk bertindak menolong. Namun prasangka dan
praduga yang demikian adalah salah. Faktanya Tuhan tidak pernah absen dalam
kehidupan kita, karena Ia Allah yang Mahahadir. Tetapi pertanyaannya mengapa
sepertinya Tuhan absen? Karena Tuhan sedang menantikan kita berteriak minta
tolong dalam kesesakan kita. Mengakui keterbatasan kita dan membutuhkan tangan
Tuhan yang kuat. Saudara, Tuhan meminta supaya kita dapat memercayai kuasaNya yang
bekerja di dalam kehidupan kita.
Kenyataannya, kita hidup dalam situasi yang diwarnai oleh
berbagai ancaman yang mencemaskan dan menakutkan. Tetapi kita bisa tetap merasa
aman dan nyaman, jika kita mempercayai dan mengandalkan Tuhan sebagai tempat
berlindung.
Dengan demikian, orang yang dikasihiNya merujuk kepada umat
Tuhan yang setia mencari pertolonganNya. Bukan yang hanya sekedar mencari. Atau
mencari kalau ia sedang butuh saja. Sebaliknya Tuhan mengasihi orang-orang yang
dengan tekun mencari wajahNya setiap waktu. Sama seperti seorang janda yang
tidak putus-putusnya mendatangi hakim yang lalim dan mendapatkan haknya,
demikianlah Tuhan menghendaki agar setiap orang yang dikasihiNya dapat dengan
setia mencari wajahNya.
Sehingga melalui kejadian inilah pada akhirnya Daud dapat
merasakan sukacita, merasakan kebahagian dan ucapan syukur, karena apa? Karena
apa yang dipegangnya selama ini tidak pernah sia-sia. Itulah kehidupan yang
takut akan Tuhan.
Sekarang pemazmur menutup ucapa syukurnya dengan suatu
udangan kepada setiap orang yang mengalami kasih setia Tuhan untuk mengasihi
Tuhan (Ayat 24-25).
"Kasihilah
Tuhan, hai semua orang yang dikasihiNya! Tuhan menjaga orang-orang yang
setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjarya dengan tidak
tangung-tanggung. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap
kepada Tuhan." Saudara, kebenaran
inilah kiranya juga menjadi peringatan untuk semua orang percaya, bagi saya dan
bagi kita semua yang hadir disini. Dan biarlah kita dapat meresponi peringatan
ini dengan serius. Kenapa harus ditanggapi atau diresponi dengan serius? Karena
hidup sebagai orang percaya adalah hidup yang seharusnya hanya memiliki satu
fokus yaitu berharap kepada Tuhan. Berharap kepada Tuhan itu bukan berarti
perjalanan hidup kita sebagai orang bercaya akan berjalan mulus tanpa hambatan
apapun, sebab dalam kebenaran ini kita juga sudah diingatkan pada kalimat
sebelumnya bahwa,
Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, artinya hambatan masih
tetap ada, persoalan masih tetap ada tetapi kita tahu benar kepada siapa kita
berharap dan kita percaya. Di dalam berharap kepada Tuhan Fokus hidup orang
percaya harus benar yaitu memiliki fokus hidup yang hanya ditujukan kepada
Tuhan.
Orang percaya yang berharap kepada Tuhan dengan fokus hidup
yang hanya ditujukan hanya kepada Tuhan, bukan berarti semata-mata hanya
mengharapkan mujizat Tuhan dan berkat-berkat Tuhan yang bisa memenuhi setiap
kebutuhan jasmani yang diperlukan, dalam hal ini makan minum dan segala
kesenangan hidup. Tetapi fokus hidup sebagai orang percaya yang ditujukan
kepada Tuhan adalah bagaimana kita bisa hidup hanya untuk melakukan apa yang
menjadi kehendak Tuhan. Jadi arah hidup setiap orang percaya seharusnya sudah
tidak lagi tertuju kepada hal-hal yang menyangkut kepentingan diri sendiri,
tetapi yang harus di dipikirkan oleh setiap orang percaya atau orang kristen adalah
setiap langkah hidup kita, baik itu tindakan, perbuatan, perkataan, sikap hati,
pikiran dan perasaan kita, semuanya itu hanya untuk menyukakan Tuhan atau
dengan kata lain hidup kita harus sesuai dengan selera Tuhan.
Ketika pengharapan setiap anak-anak Tuhan hanya diarahkan
kepada Tuhan, maka apapun yang Tuhan mau, apapun yang Tuhan kehendaki, apapun
yang menjadi selera Tuhan, haruslah kita turuti, dan hal ini tidak mudah,
itulah sebabnya Firman Tuhan katakan kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu hai semua
orang yang berharap kepada Tuhan.
Saat ini, Tuhan tahu apa yang menjadi pergumulan kehidupan
kita, namun belajar memercayai jalan Tuhan. dan bersyukurlah senantiasa. Karena
itulah yang dikehendaki Tuhan bagi kita semua. Hari ini, keluarga Bapak Ridwan
mengucap syukur kepada Tuhan. Bukan karena keluarga ini tidak pernah
diperhadapkan dengan pergumulan. Justru dengan ungkapan syukur inilah, keluarga
mau menyaksikan bahwa tangan Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka. Kasih
setia Tuhan adalah untuk selama-lamanya. Amin.