JANGANLAH KHAWATIR AKAN
ANCAMAN MANUSIA
Matius 10:16-33
(Markus 13:9-13; Lukas
12:2-9, 21:12-19)
Sidang
jemaat yang kekasih,
Beberapa
minggu sebelumnya kita sudah belajar bagaimana kehidupan manusia selalunya
diliputi oleh perasaan takut atau pun kuatir, takut akan kebutuhan pangan yang tidak
tercukupi, takut akan kebutuhan sandang yang kurang layak, atau takut akan
kebutuhan papan kita tidak memadai, dan kita diingatkan saudara, untuk tidak
kuatir dan takut terhadap semuanya itu. Karena Allah yang kita sembah adalah
Allah pemelihara kehidupan kita. Dan jika Allah adalah pemelihara hidup kita,
maka Ia pun akan mencukupkan segala kebutuhan hidup kita.
Saudara,
hal yang seringkali juga menjadi sumber kekuatiran manusia, adalah kita sering
menjadi takut dengan ancaman manusia. Kita perlu tahu bahwa menjadi menjadi
orang Kristen bukan berarti kita akan terhindar dari yang namanya penderitaan.
Sebab Tuhan sudah memberikan syarat, bahwa setiap orang yang mau mengikut
Yesus, ia harus terlebih dahulu menyangkal diri, memikul salib lalu mengikut
Yesus (Matius 16:24; Markus 8:34, Lukas 9:23). Dalam hal ini, saya tidak akan
kembali mengulas pembahasan tentang hal mengikut Yesus, akan tetapi hari ini
saya ingin lebih memfokuskan pembahasan kita mengenai konsekuensi yang bakal
kita terima sebagai pengikut Yesus, yaitu bahwa setiap orang percaya pastinya
akan diperhadapkan dengan yang namanya penderitaan, penganiayaan bahkan
pembunuhan.
Dalam
hal ini, Tuhan menggambarkan keadaan kita seperti “seekor domba yang berada di tengah-tengah
srigala, dan Tuhan menghendaki kita untuk dapat bersikap cerdik seperti ular
dan tulus seperti merpati” (Band. ayat 16). Kondisi ini memang sulit
untuk kita pikirkan, bagaimana seekor domba harus berada di tengah-tengah
srigala. Mungkin dunia akan berpikir bahwa analogi ini sama artinya dengan
bunuh diri. Sehingga pikiran dunia pada akhirnya sudah meracuni sebagian dari
orang Kristen.
Karenanya
tidak heran saudara, kalau banyak orang percaya berusaha untuk menghindari
kenyataan pahit ini. Daripada harus menelan pil pahit, bukankah lebih baik
minum suplemen. Suplemen itu lebih enak, suplemen itu menyehatkan. Nah, kalau
pil pahit, jangankan meminumnya, mencium baunya saja semua orang menghindar.
Akhirnya mereka punya konsep, daripada mati konyol bukankah lebih baik hidup
happy ya ya ya, happy ye ye ye. Sehingga tidak heran saudara, jika pada
akhirnya banyak anak Tuhan yang lebih menyenangi nasihat-nasihat yang
menjanjikan penghiburan, khotbah-khotbah yang ringan dan menghiburkan. Sebab
konsep berpikir mereka adalah karena mereka sudah penat dengan kesibukan
pekerjaan mereka, kalau pun mereka datang ke gereja adalah bukan untuk diajak
untuk berpikir, bukan mau diajar untuk memahami kehendak Tuhan, tetapi lebih untuk
mencari kepuasan batin. Mereka mencari pengkhotbah-pengkhotbah yang bisa
menyenangkan hati mereka, daripada harus menjalani kenyataan hidup yang pahit.
Nah, kalau hanya mau mencari kepuasan hati, untuk apa panggil pengkhotbah, panggil
saja komika-komika ternama yang bisa “standup komedy” sehingga gereja bisa
menghadirkan lelucon yang menyenangkan hati. Sebab pengkhotbah sejati tidak
pernah berusaha menyenangkan hati jemaat, tetapi selalunya menyenangkan hati
Tuhan.
Di
sinilah letak permasalahannya, saudara! Mengapa banyak jemaat ogahogahan datang
beribadah? karena mereka tidak mau belajar dari Tuhan! Mengapa banyak orang
asal mencari Tuhan? karena sebenarnya mereka tidak mau di atur Tuhan! Sebab
kalau kita kembali membaca baik-baik apa yang disampaikan Tuhan Yesus,
sebenarnya di sana jelas dikatakan bahwa Tuhanlah yang menghendaki kita masuk
ke dalam dunia. Perhatikan frase “Lihat, Aku mengutus kamu…” Saudara, kalimat
ini jelas menyatakan bahwa atas kehendak Tuhanlah kita masuk ke dalam dunia dan
tinggal di dalam dunia. Tuhan mengutus kita ke tengah-tengah dunia bukan untuk
berleha-leha, untuk bersantai-santai, tidak! Tetapi Tuhan mengutus kita untuk
belajar menelan pil pahit. Karena itulah Ia menggambarkan “seperti seekor domba di tengah-tengah
srigala.”
Sidang
jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Apa
yang bisa diharapkan dari kawanan domba yang lemah, tidak berdaya, dan yang tidak
bisa melindungi diri di tengah-tengah kawanan srigala yang buas? Selain mereka
akan hidup dalam kegelisahan, mereka akan terus mengembik karena ketaktan dan
akhirnya ia menjadi mangsa srigala hingga mati tercabik-cabik? Tetapi kondisi
ini tidak sama artinya dengan mati konyol. Karena kita tidak sendirian, Ia akan
selalunya berada di dekat kita. Dalam hal ini, sebenarnya Tuhan ingin
mengingatkan kepada kita, inilah kondisi dunia yang harus dihadapi anak-anak
Tuhan.
Saudara,
dunia tidak lagi memandang kita sebagai bagiannya, sebab dunia tidak lagi
melihat bagian diri kita yang lama, karena itu mereka membenci kita (ayat 22).
Namun ketika kita sadar bahwa Tuhan Yesuslah yang mengutus kita, seharusnya ini
menjadi penghiburan bagi kita. Sebab jika Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya
pasti juga Ia akan melindungi dan meneguhkan mereka.
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Saat
kita menerima Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamat, bukankah kita tidak membayar
harga apapun. Persembahan dan perpuluhan yang kita berikan kepada gereja, bukan
sebagai pengganti bahwa kita telah membayar jasa Tuhan. Terlalu picik jika kita
memikirkannya demikian. Alkitab dengan tegas mengatakan kepada kita bahwa kita
ditebus bukan dengan perak atau emas, melainkan dengan darah Kristus yang mahal, yaitu darah
Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat (1
Petrus 1:18-19). Karena itu tidak ada seorangpun yang berjasa menggantikan
pengorbanan Kristus. Namun ketika kita mulai mengikut Yesus ada harga yang
harus dibayar. Dan ketika kita mulai melayani Yesus, kita harus membayar segala-galanya.
Tetapi itu tidaklah seberapa, jika dibandingkan dengan kehormatan yang dipikul
para hamba-Nya kini dan kemuliaan yang kelak diberikan pada kita (Roma 8:18).
Dan
tujuan peringatan yang diberikan Tuhan Yesus ini adalah bukan supaya kita
menjadi mundur dari panggilan kita. Justru sebaliknya, Tuhan menghendaki kita
agar memiliki satu keberanian untuk mengatakan kebenaran dengan jelas dan
terbuka. Kita dituntut Tuhan untuk menyadari konsekuensi yang bakal kita hadapi
sebagai anak Tuhan dan bersiap-siap untuk menghadapinya.
Karena
itu saudara, setiap kita dipanggil untuk bersikap cerdik seperti ular dan tulus
seperti merpati. Apa maksudnya saudara? Maksud dari “cerdik seperti ular” berarti kita
dituntut untuk waspada dan tidak lengah. Waspada betapa jahatnya orang-orang
yang belum kenal Tuhan. Namun demikian, Tuhan Yesus mempunyai kasih yang
sempurna. Sehingga sekali pun Dia tahu betapa jahatnya manusia, Dia tetap rela
datang ke dalam dunia dan melayani manusia.
Jadi
saudara, setiap pengikut Kristus harus tahu betapa jahatnya manusia. Jika
mereka tidak menyadarinya, bayangkan betapa mudahnya mereka kecewa dan putus
asa ketika akhirnya mereka tersadar bahwa dunia memang sangat kejam.
Kita
memang tidak dipanggil untuk memakai kekuatan fisik ataupun senjata militer
untuk menghadapi penolakan dan serangan dari penguasa-penguasa dunia. Sebaliknya
kita dipanggil untuk memakai senjata Ilahi, yaitu pimpinan Roh Kudus (ayat 19-20).
Sampai di sini, kita melihat ternyata mengikut Tuhan itu sangat mengerikan. Di
dalamnya penuh aniaya dan penuh bahaya. Apakah ini berarti lebih baik kita
tidak usah mengikut Dia? Tidak saudara!
Sekarang
mari kita lihat, siapakah manusia yang ada di dunia ini yang bebas dari aniaya
dan bahaya? Apakah presiden bebas dari aniaya? Begitu ada revolusi para
pemberontak itu akan menganiaya, bahkan membunuh presiden yang terguling. Ada
banyak sejarah membuktikan kepala-kepala negara yang harus mengakhiri masa
jabatannya karena tuntutan ini. Salah satunya kasus yang baru-baru ini terjadi
dimana Senat Brasil pada Rabu (31/8/2016) melengserkan Presiden Dilma Rousseff
dari posisinya karena dinilai melanggar undang-undang anggaran negara. Dengan
demikian, berakhir sudah kekuasaan partai bergaris kiri, Partai Buruh, yang
selama 13 tahun terakhir berhasil menempatkan kadernya di posisi tertinggi di
negara dengan perekonomian terbesar kawasan Amerika Latin tersebut.
Apakah
tentara bebas aniaya? Mereka justru menjadi target senjata tentara lawan. Para
tentara diutus negara menjadi garda terdepan, yang siap melindungi negaranya
dari serangan musuh. Jadi pastinya mereka sudah bersumpah untuk rela mati bagi
negaranya. Siapakah manusia di dunia ini yang bebas dari bahaya dan aniaya? Saya
rasa tidak ada! Itu sebabnya bodoh sekali kalau orang Kristen menjadi takut
mengikut Tuhan karena takut acaman bahaya. Terlalu banyak orang penakut di
dunia ini, karena itu jangan lagi kita menambah-nambah jumlahnya dengan menjadi
salah satu orang penakut.
Sebaliknya,
biarlah kita “tulus
seperti merpati” maksudnya adalah dalam memberitakan Injil, kita
tidak boleh bertujuan yang salah apalagi mengkompromikan isi beritanya. Kita
adalah marketing-marketing Allah yang dipanggil untuk menjadi saksi-Nya. Kita
dipanggil untuk menyaksikan bagaimana Allah berkarya di dalam kehidupan kita,
bagaimana Allah memelihara kita, bagaimana Allah memilih dan menyelamatkan
kita. Dengan berani kita mengakui Yesus adalah Raja kerajaan surga di hadapan
semua manusia (32). Maka Tuhan Yesus pun akan mengakui kita di hadapan Allah
Bapa. Justru dengan ketulusan seperti merpati ini, akan mencegah mereka dari
cara yang berdosa untuk meloloskan diri dari bahaya tersebut.
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Tuhan
Yesus sudah mengingatkan bahwa orang-orang yang tidak takut Tuhan akan membenci,
memfitnah, menghukum, menyiksa, dan mempermalukan utusan-utusan Tuhan. Bukan
saja orang-orang fasik itu memiliki rencana jahat, mereka juga mempunyai akses
kepada pemerintah dan pemimpin-pemimpin sehingga mereka pun melawan para murid.
Sebagian akan dibenci tanpa alasan, sebagian difitnah dan dianggap penjahat.
Sebagian dianiaya, sebagian bahkan dibunuh. Sebagian lagi akan dikejar-kejar
dan harus hidup di dalam pelarian. Mereka begitu membenci anak-anak Tuhan yang
selalunya memberitakan kabar pentingnya pertobatan dari dosa-dosa mereka.
Tetapi,
dikatakan di dalam ayat 23, “Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota
Israel, Anak Manusia sudah datang.” Maksudnya adalah sebelum
kehabisan tempat berlindung, Tuhan sudah datang memberikan pertolongan-Nya. Saudara,
Tuhan memang tidak menjanjikan akan meloloskan mereka dari bahaya, sebaliknya
Tuhan menghendaki kita untuk bersikap waspada terhadap rencana jahat, yang
sekalipun pada akhirnya kita harus tertangkap dan diadili, tetapi Tuhan
mengatakan bahwa Roh Kudus akan memberikan kekuatan kepada kita untuk terus bersaksi.
Roh Kudus akan secara aktif senantiasa menyertai mereka. Faktanya saudara,
sejarah membuktikan, sejak para Rasul itu tersebar, sejak anak-anak Tuhan
semakin menderita, sejak Injil makin ditekan, tetapi kasih karunia Tuhan tidak
pernah berkurang. Bahkan kalau kita mau hitung-hitungan sampai hari ini,
pekerjaan Tuhan semakin banyak tersiar ke belahan bumi.
Dalam
hal inilah Tuhan ingin mengingatkan murid-murid-Nya bagaimana mereka menghadapi
sistem dunia ini. Ini adalah tugas yang sangat berat, tetapi Tuhan terus
menjanjikan penyertaan-Nya. Kesadaran akan penyertaan Tuhan yang melampaui
hidup dan mati, menjadi kunci kemenangan bagi kita yang percaya.
Karena
itu saudara, tiga kali Tuhan menegaskan kepada setiap murid-murid-Nya agar
mereka tidak takut terhadap semua itu, yakni dalam ayat 26-27, 28 dan 31.
Mari
kita perhatikan perintah pertama Tuhan Yesus dalam ayat 26-27, ini merupakan perintah ganda kepada para murid-Nya agar
mereka tidak perlu takut. Dikatakan “Jadi janganklah kamu takut terhadap mereka, karena tidak
ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun
yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang kukatakan kepadamu dalam
gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikan ke telingamu,
beritakanlah itu dari atas atap rumah.” Maksudnya adalah Tuhan Yesus
ingin menyatakan dengan secara gamblang bahwa para pelayan Tuhan, para
pemberita Injil tidak perlu takut. Kebenaran pasti akan menang. Karena itu
mereka harus tetap setia kepada Firman Allah, berkhotbah secara terang-terangan,
tegas dan dengan berani. Kalau ada orang Kristen yang mengalami aniaya,
sengsara dan bahkan sampai harus mati syahid karena imannya, maka ia harus
ingat bahwa harinya akan tiba ketika semuanya akan tampak jelas bagaimana
adanya. Dan pada hari itu juga kepalsuan kekuatan di penganiaya akan nyata, dan
kepahlawanan saksi kristiani akan nyata dan masing-masing akan mendapatkan
ganjaran.
Saudara
inilah yang dirasakan oleh Paulus, bagi Paulus menderita bagi Kristus bukanlah
sebuah kerugian. Justru “ia menghendaki agar setiap pembaca tahu, bahwa apa yang
terjadi atasnya justru telah menyebabkan kemajuan Injil. Sehingga telah jelas
bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa ia dipenjarakan tidak lain oleh
karena Kristus” (Band. Filipi 1:12-13). Dari sini kita melihat
saudara, karena perjumpaannya dengan Kristuslah, saat ia melihat kembali ke
belakang, semua yang ia lakukan dianggapnya sebagai sampah. Ia tidak pernah
menyesal untuk menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadinya, terlebih harus menderita
bagi Kristus. Dari sinilah Paulus mengambil satu kesimpulan yang sangat tepat
ketika ia mengatakan “Karena bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah
keuntungan” (Filipi 1:21).
Perintah
kedua dalam ayat
28, “Dan
janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak
berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan
baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” Ayat ini secara sederhana
ingin menjelaskan bahwa tidak ada hukuman yang dikenakan oleh manusia kepada
manusia lain, yang dapat dibandingkan dengan nasib akhir dari manusia yang
bersalah karena tidak taat dan tidak setia kepada Tuhan. Dengan kata lain,
memang benar manusia bisa membunuh jasmani manusia yang lain, tetapi kutukan
dan hukuman Tuhan atas manusia akan mematikan baik jasmani maupun jiwa manusia.
Karena itu saudara, maut bukan saja berbicara soal kematian jasmani, tetapi
maut yang sesungguhnya yang dimaksudkan Alkitab adalah keterpisahan manusia
dari hadapan Allah. Keterpisahan ini begitu mengerikan sehingga Anak Manusia
pun menjerit mewakili manusia yang berdosa, “Eloi, Eloi, lama Sabaktani?” yang berarti
“Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46; Markus
15:34). Saudara, dalam konteks ini, Allah sebagai Bapa memang tidak
meninggalkan diri-Nya (Lukas 23:46); tetapi Allah Sebagai Hakim harus
memisahkan diri dari Dia apabila Dia akan mengalami kematian rohani
menggantikan manusia berdosa. Karenanya saudara, kita yang telah mengenal
kebenaran, seharusnya kita tidak takut terhadap ancaman manusia yang ingin
mengambil nyawa kita, karena Tuhan telah terlebih dahulu berjanji akan menjamin
kita. Sebaliknya, takutlah kepada Allah sebagai Hakim yang akan menghakimi
semua manusia, baik yang telah mati ataupun yang masih hidup. Ia akan menghukum
setiap manusia yang berdosa dengan hukuman kekal-Nya. Karenanya tidak ada
alasan untuk kita tidak setia kepada Tuhan. Seharusnya kenyataan ini semakin
menambah kecintaan kita kepada Tuhan.
Perintah
ketiga dalam ayat
31, “Sebab
itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung
pipit.” Perintah ini didasarkan pada kepastian akan penyertaan dan
perhatian Tuhan. Kalau burung pipit saja yang harganya sangat murah dipelihara
dan diperhatikan oleh Tuhan, apalagi hidup manusia. Tuhan Yesus mengingatkan
bahwa Allah Bapa sanggup memelihara hidup dan Dia juga yang menentukan hidup
matinya seseorang. Hidup kita dianggap begitu berharga sehingga rambut di kepala
kita pun terhitung semua (ayat 30). Tuhan tidak akan meninggalkan kita dalam
keadaan apa pun. Jika demikian, mari kita berjanji untuk tidak meninggalkan Dia
dalam keadaan apa pun.
Di
dalam ayat 32 Tuhan Yesus memperingatkan bahwa takut kepada manusia hingga
menyangkal nama Yesus adalah dosa yang sangat besar. “Setiap orang yang mengakui AKu di depan
manusia, Aku pun akan mengakuinya di depan Bapa-ku yang di sorga.” Karena
itu tidak ada alasan bagi kita untuk dapat mengelak dari kenyataan, dengan
alasan takut mati sehingga kita, menyangkal nama Tuhan Yesus?
Karena
itu saudara, bahwa keberanian dan keteguhan hati para utusan Sang Raja itu
bukanlah suatu hal yang tanpa dasar. Keberanian dan keteguhan mereka itu
didasarkan pada keyakinan, bahwa apa pun yang terjadi mereka tidak akan dapat
terlepas atau hanyut keluar dari perlindungan kasih Allah. Mereka tahu bahwa
segenap waktu hidup dan matinya ada pada tangan Tuhan. Mereka tahu bahwa Allah
tidak akan meninggalkan atau mengkhianati mereka. Mereka tahu bahwa mereka
selalunya disertai dan dilindungi oleh pemeliharaan Tuhan. Kalau demikian
keadaanya, masihkah kita harus takut? Dan kalaupun memang masih takut, kepada siapakah
kita harus takut?
Bapak/
ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Tuntutan
Yesus ini berlaku bagi siapa saja, dari generasi ke generasi. Faktanya ada
begitu banyak alasan untuk kita tetap menaati Tuhan dengan penuh sukacita dan
keberanian. Mari layani Tuhan dengan mengabarkan firman-Nya. Mari layani Tuhan
dengan tulus dan tidak ada motivasi egois apa pun. Mari layani Tuhan dengan
kesadaran betapa bahayanya dunia tempat kita berada ini. Mari layani Tuhan
dengan kesadaran bahwa Tuhan akan memimpin, menyediakan jalan, menyertai, dan
menjaga hidup kita. Sebab Tuhan Yesus sudah berkata: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang
untuk membawa damai di bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan
pedang (Matius 10:34). Maksudnya adalah pedang kebenaran yang akan
memberi hidup kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu jangan
pernah kita takut terhadap ancaman dunia, sebaliknya “Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat” (Ibrani 10:25). Kiranya Firman Tuhan ini
menguatkan kita sekalian. Amin.