KETIDAKBERDOSAAN KRISTUS
(2 Korintus 5:21; Ibrani
4:15)
Bapak, ibu, sdr.i yang
terkasih.
Masih
ingatkah dengan khotbah Ev. Renita minggu lalu yang menguraikan tentang Kemanusiaan
Kristus. Bahwa kemanusiaan Yesus bukanlah sebuah karangan manusia. Sebab
kemanusiaan-Nya semata-mata merupakan penggenapan nubuatan PL, tepat seperti yang
disampaikan oleh nabi-nabi. Ada beberapa bukti dari kemanusiaan Yesus itu bahwa:
1. Yesus
lahir dari seorang manusia (Matius 1; Lukas 2:6-7).
2. Mengalami
pertumbuhan layaknya manusia pada umumnya (Lukas 2:40; 2:52).
3. Yesus
adalah seorang dari kota Nazaret (Kisah 2:22)
4. Yesus
sendiri menyatakan diri-Nya sebagai Anak Manusia (Matius 8:20,9:6; Markus 2:10;
Lukas 19:10, 22; Yohanes 3:13)
5. Yesus
merasakan kebutuhan-kebutuhan jasmani manusia: Ia lapar (Matius 4:2), Ia Haus
(Yohanes 19:28), Ia butuh Istirahat (Matius 8:24), dll.
6. Orang-orang
sejaman dengan Yesus menyebut Yesus dengan gelar Manusia (Markus 9:5; Yohanes 1:38)
Dan
hari ini Bapak/ Ibu yang kekasih,
Kita
akan membahas tentang Natur Yesus Kristus sebagai manusia yang tidak berdosa. Saudara,
mengapa Natur yang satu ini penting untuk kita mengerti? Ketidakberdosaan yang
bagaimana yang dijelaskan Alkitab tentang Yesus?
Sebelum saya membahas pada bagian ini, saya ingin
kembali mengingatkan apa yang pernah dijelaskan dalam Injil Yohanes ketika
Rasul Yohanes mengatakan bahwa “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara
kita…” (Yohanes 1:14). Maksudnya adalah Yesus dalam kemanusiaannya
benar-benar telah memiliki wujud daging. Firman yang sudah ada sebelum segala
sesuatu ada itu telah menjadi manusia yang sejati. Namun demikian,
kemanusiaan-Nya itu tidak dapat mengaburkan kesan yang sama kuatnya dengan
kenyataan bahwa Yesus sebagai manusia yang unik. Mengapa unik saudara? Karena Yesus
adalah satu-satunya Anak Tunggal Allah yang dilahirkan secara kekal dari Bapa,
untuk menyelesaikan masalah utama manusia. Karena itu dalam keunikannya, Yesus
memiliki dua natur yaitu di satu sisi Yesus adalah Allah yang sejati dan di sisi
yang lain Ia juga adalah manusia yang sejati.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Sejarah
gereja membuktikan bahwa penyelidikan terhadap bukti kemanusiaan Yesus telah
memperlihatkan dengan jelas bahwa walaupun orang-orang Kristen mula-mula
berpegang pada keagungan Tuhan Yesus, namun mereka tidak meragukan bahwa Ia
juga adalah benar-benar manusia yang sejati. Kemanusiaan bukan hanya
membuktikan kepada kita bahwa Ia yang kekal, pernah masuk ke dalam sejarah.
Akan tetapi sekali pun Ia disamakan dengan manusia, namun yang membedakan kita
dengan-Nya adalah Ia tidak berdosa.
Saudara,
memang tidak ada catatan yang khusus dalam Injil Sinoptik mengenai pernyataan
Yesus sendiri bahwa Ia tidak berdosa, kecuali yang dikemukakan Injil Yohanes.
Dalam Yohanes 8:37-47 dijelaskan kisah perdebatan Tuhan Yesus dengan
orang-orang Yahudi. Tuhan Yesus menantang mereka tentang ketidak-berdosaan-Nya.
Dikatakan: “Siapakah
diantara kamu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” (Yohanes 8:46a).
Mendengar ucapan Yesus ini, maka semuanya menjadi diam dan selama itu mata
Yesus melihat sekeliling kepada orang banyak, sambil menantikan seorang yang
berani menerima tantangan yang luar biasa itu. Namun rupanya saudara, tidak ada
seorang pun yang berani mengatakan bahwa Yesus pernah berbuat dosa, semuanya
diam dalam kebisuan sehingga Ia kembali mengatakan: “Apabila Aku mengatakan kebenaran,
mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?” (Yohanes 8:46b). Pada pertanyaan ini pun semua orang Yahudi
kembali bungkam.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Ada
tanda-tanda yang dapat kita lihat dalam kehidupan-Nya di dunia yang mendukung
ketidakberdosaan Yesus itu. Sekalipun Kitab Injil tidak menceritakan semua bentuk
kehidupan Yesus, tetapi semua tindakan-Nya selama di dunia, telah dirumuskan
oleh para saksi mata sebagai tindakan yang tanpa dosa. Dialah satu-satu-Nya
manusia yang sempurna. Dialah satu-satu-Nya pribadi yang mampu mencapai tujuan
atau sasaran Allah dalam kehidupan-Nya. Hanya Dia saja, yang mampu memuliakan
Allah dari setiap detik waktu yang dihabiskan-Nya, dan dari setiap tindakan
yang dilakukan-Nya. Terlebih lagi Yesus tidak pernah membuat pengakuan dosa.
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Bapak, ibu, sdr.i yang terkasih
Ketidakberdosaan
Tuhan kita berarti bahwa Ia tidak pernah melakukan apa pun yang tidak
menyenangkan Allah atau melanggar Hukum Taurat yang harus ditaati semasa
hidup-Nya di bumi atau gagal menampakkan kemuliaan Allah dalam masa hidup-Nya
(Yohanes 8:29). Hal ini juga termasuk keterbatasan-Nya dalam kehidupan-Nya sebagai
manusiaan, saat Ia merasa letih (Yohanes 4:6); Ia merasa lapar (Matius 4:2;
21:8); Ia merasa haus (Yohanes 19:28); Ia tidur (Matius 8:24), tidak ada satu
indikasi pun yang menyatakan bahwa tindakan-Nya adalah tindakan yang lahir dari
dosa. Dengan kata lain, Yesus adalah seorang yang mutlak suci dan tanpa dosa.
Dari
sini kita mengerti bahwa Kristus yang menjelma menjadi manusia sejatinya tidak
mengenal dosa. Karena hanya atas dasar itulah maka Ia berhak dan berkuasa
mengadakan penebusan karena dosa, yaitu pendamaian itu. Pendamaian itu
dikerjakan oleh seorang manusia karena manusia. Korban yang diberikan Kristus
untuk pendamaian itu adalah korban yang sangat mahal, sebab melibatkan
pengorbanan diri.
Dalam
2 Korintus
5:21 tadi dinyatakan kepada kita
bahwa: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya
menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Kalimat Yunani aslinya berbunyi sebagai
berikut: “Dia
yang tidak mengenal dosa dijadikan dosa untuk kita, supaya kita menjadi orang
yang dibenarkan oleh Allah di dalam Dia.”
Bapak/
Ibu yang kekasih,
Allah
menjadikan Yesus menjadi “dosa” sebagai ganti kita, hal itu berarti Allah Bapa
menjatuhkan murka-Nya ke atas Anak-Nya yang tidak berdosa sebagai ganti kita.
Namun
di bagian lain, hal itu diceritakan dengan cara yang jauh lebih menggentarkan,
dimana Tuhan menimpakan ribuan bahkan jutaan dosa-dosa kita kepada-Nya, sampai
akhirnya Dia ditutupi oleh dosa di depan mata Allah sehingga tidak ada yang
tampak kecuali dosa. Dia di pandang Bapa-Nya sebagai orang yang penuh dosa. Dia
diperlakukan oleh Allah sebagai orang berdosa dari ujung kaki sampai ujung
kepala-Nya. Dalam Yesaya 53:6 dikatakan: “Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”
Pendamaian
berdasarkan pada perhitungan: karena tuntutan hukum Allah yang kudus sudah
dipenuhi di kayu salib, maka Allah dapat di damaikan dengan orang-orang
berdosa. Jadi yang benar adalah Kristus telah mengambil dosa kita atas diri-nya
sendiri. Hasil dari itu ialah dosa dunia dihukum dan jalan untuk mengampuni
manusia terbuka. Pekerjaan Kristus itu menjamin keselamatan kita dan orang
berdosa mendapat perlindungan di dalam Kristus. Dalam hal inilah firman Tuhan
tepat mengatakan dalam 1 Yohanes 3:5, “Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan
diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa.”
Saudara,
bila orang percaya kepada Kristus Yesus sebagai Juruselamatnya, dosa-dosanya
tidak akan diper-hitungkan lagi kepadanya (Roma 4:1-8; Mazmur 32:1-2). Hasil
dari kematian Kristus sebagai ganti kita, tidak lain daripada kita yang tidak
benar dijadikan benar oleh Allah di dalam Dia (1 Petrus 3:18).
Seandainya
Kristus yang menebus dosa seluruh umat manusia bukanlah domba yang tidak
bercacat cela, maka bukan saja Ia tidak dapat menjamin keselamatan seluruh umat
manusia melainkan Ia sendiri pun membutuhkan Juruselamat karena ia memiliki
cela. Padahal tuntutan Allah adalah kekudusan yang sempurna untuk pembenaran. Namun
karena Kristus maka dosa yang begitu banyak dan besar itu ditanggungkan kepada
Yesus Kristus di atas kayu salib. Inilah pengorbanan yang sempurna. Pengorbanan
yang dilakukan oleh seseorang yang tidak berdosa. Dan karena Kristus memang
tidak berdosa maka Ia memang adalah juruselamat manusia yang sejati yang telah
menebus dosa umat manusia.
Dari
sini kita melihat saudara bahwa ketidakberdosaan Kristus bukan hanya menjadi sebuah
teladan bagi umat manusia, tetapi merupakan suatu hal yang fundamental dan keharusan
bagi keselamatan kita. Mengapa Dia dijadikan dosa? Supaya dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah. Sebagaimana Kristus ditutupi oleh dosa-dosa kita yang
begitu banyak sehingga dalam pandangan Allah, Dia yang kudus tampak sebagai
orang yang penuh dosa, demikian juga orang paling berdosa dan najis yang
menyerahkan dirinya kepada Kristus akan ditutupi oleh kebenaran-Nya yang mulia,
sehingga di mata Allah orang itu menampakkan kebenaran Ilahi. Orang berdosa
lenyap dan ditelan di dalam kebenaran Kristus.
Sekarang
mari kita lihat apa yang dinyatakan dalam kitab Ibrani
4:15, “Sebab
Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”
Bapak/
ibu/ sdr yang kekasih,
Dikatakan
Yesus Kristus, adalah Imam Besar Agung kita, yang saat ini berada di sorga dan
Ia sedang bertahta di sana. Maksud dari Imam Besar yang tidak berdosa adalah
bahwa Ia sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Ia
dicobai oleh Iblis, tetapi Ia berhasil lolos tanpa berbuat dosa.
Saat
kita ditimpa pencobaan, pencobaan terkadang mengguncang iman kita. Kita
cenderung ingin mundur sekalipun kita tidak menyerah. Pencobaan yang kita
alami, adakalanya mendorong kita untuk jatuh di dalam dosa. Sebab godaan yang
dilakukan oleh setan adalah untuk menghancurkan kita. Godaan dan dakwaan tak
harus berjalan bersama-sama, hanya godaan yang sukses dan berhasil yang dapat
menghasilkan suatu dakwaan terhadap kita.
Namun
tidak demikian halnya dengan Imam Besar Agung kita. Ketika Yesus dicobai, Ia
dapat lolos dengan sempurna di dalam pertarungan-Nya dengan setan. Bahkan Setan
tidak dapat menemukan satu titik dosa pun di dalam diri Yesus.
Semua
godaan yang dihadapi Tuhan kita dalam Matius 4 sangatlah menggiurkan bagi
seorang manusia. Yesus memang mempunyai keinginan-keinginan, tetapi Dia tidak
mempunyai keinginan untuk berdosa. Setan mencoba untuk membujuk Yesus supaya
makan pada waktu Ia sedang berpuasa. Pada waktu itu Yesus benar-benar merasa
lapar secara fisik dan oleh sebab itu Dia memiliki keinginan untuk makan
sesuatu, dan bukan merupakan suatu dosa untuk menginginkan makanan.
Apabila
Kristus dicobai sebagaimana halnya dengan kita, bagaimana Dia dapat tetap tidak
berdosa? Masalahnya menjadi lebih besar pada waktu kita membaca Yakobus 1:14-15, “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri,
karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi,
ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.”
Kita
lihat bahwa Yakobus menjelaskan tentang adanya keinginan untuk berdosa yang ada
di dalam diri manusia. Keinginan-keinginan ini sendiri sudah merupakan dosa.
Apabila Yesus dicobai sama seperti kita, maka itu seakan-akan berarti bahwa
Yesus memiliki keinginan untuk berdosa. Kristus tidak berbuat dosa bahkan Ia
tidak memiliki tabiat dosa. Maka, pencobaan apapun yang datang kepada-Nya,
adalah berasal dari luar bukan dari dalam. Ini sebenarnya yang dimaksudkan oleh
kitab Ibrani pada waktu Yesus dinyatakan “tidak berdosa.”
Dalam
pergumulanNya dalam Taman Getsemani adalah adalah sebuah pergumulan yang nyata
dan sukar. Dapat dikatakan bahwa Ia mengalami godaan terburuk yang pernah
dialami oleh manusia, karena biasanya kita sudah menyerah kalah sebelum
bertanding. Namun Tuhan Yesus berdiri teguh menghadapi semua cobaan dan godaan
Iblis yang paling berat. Sebab misi-Nya bukan untuk mati di taman Getsemani,
sebaliknya misi-Nya adalah mati di atas kayu Salib.
Saudara,
sepanjang perjalanan salib, Yesus mengalami cobaan yang sangat berat dari Bapa.
Tuhan berkehendak untuk meremukkan Dia, sebuah tuntutan yang seharusnya
ditujukan bagi manusia, tetapi Yesus yang harus menanggungnya. Namun sekalipun
begitu Ia tidak berbuat dosa. Baik di dalam pikiran, perkataan, maupun
perbuatan. Ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ia
kudus, tidak berbahaya dan tidak bercela. Seperti itulah Imam Besar seharusnya
bagi kita. dan semua tuntutan ini hanya ditemukan di dalam Kristus.
Kristus
dicobai, tetapi Ia tidak berdosa, dan Ia dapat menolong kita apabila kita
dicobai. Dalam hal inilah Firman Tuhan berkata: “Sebab oleh karena Ia sendiri telah
menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai” (Ibrani
2:18). Jika kita tidak berpegang teguh pada pengakuan percaya kita,
itu tidak membuktikan bahwa Yesus Kristus sudah gagal. Sebaliknya kitalah yang
telah gagal untuk menerima kasih karunia dan belas kasihan-Nya.
Luar
biasa, imam besar kita. Dia sangat mengerti penderitaan manusia, bukan hanya
teorinya, tetapi kenyataan, dan Dia sudah mengerti mengenai godaan kita, tetapi
Dia tidak pernah jatuh! Dalam pencobaan ini, Yesus bertekad untuk menaati
kehendak Bapa-Nya. Dia tidak mempunyai keinginan untuk berdosa. Inilah imam
Besar yang kita perlukan. Kemanusiaan Yesus membuat Ia dapat mengerti keadaan,
penderitaan, dan kelemahan kita; Ia terlebih dahulu menerima penghinaan dan
mengalami penderitaan yang jauh melampaui apa yang kita alami; sehingga ketika
Ia berperan sebagai Imam, peran-Nya menjadi sempurna. Yesuslah satu-satunya
yang mencapai kesempurnaan, oleh karena itu ialah pokok keselamatan yang abadi
bagi kita yang taat kepada-Nya.
Pendamaian
telah berhasil dilakukan Kristus bagi kita di hadapan Allah. Sekarang, Ia
mendampingi kita dalam menghadapi segala persoalan hidup ini. Hal ini merupakan
jaminan keselamatan kita, penghiburan, serta kekuatan bagi kita untuk setia
sampai akhir kepada-Nya.
Bapak/
ibu/ sdr yang kekasih,
Pentingnya
ketidakberdosaan Yesus terletak pada hubungannya dengan inkarnasi. Jika Yesus
menjadi manusia dalam bentuk yang bersih dan bebas dari semua kecenderungan
untuk berbuat dosa, dapatkah Dia dikatakan menjadi manusia seperti
manusia-manusia lain? Jawabannya sebagian terletak dalam pengertian akan karya
penyelamatan Kristus. Dalam Perjanjian Baru tidak dinyatakan bahwa Kristus
harus menjadi sama persis dengan manusia dalam kejatuhannya. Setiap kali Ia
disamakan dengan manusia berdosa selalu ditambahkan bahwa Ia tanpa dosa.
Pandangan Perjanjian Baru ialah bahwa Yesus harus menjadi manusia untuk
menyelamatkan manusia, tetapi itu tidak berarti bahwa Ia harus terlibat dalam
dosa manusia.
Sebagai
kesimpulan, kita dapat mencatat satu hal bahwa tidak ada satu pun catatan
Alkitab yang mempermasalahkan apakah ketidakberdosaan Yesus berarti bahwa Ia
tidak dapat berdosa atau bahwa Ia dapat tidak berdosa. Pertanyaan itu bersifat
spekulatif. Ketidakberdosaan itu lebih tepat dikatakan bahwa kehendak Allah
yang sempurna begitu sama dengan kehendak Yesus yang sempurna sehingga
perbuatan atau bahkan keinginan yang tidak cocok dengan kehendak sempurna itu
tak terpikirkan oleh Yesus.
Karena Ia dekat dengan kita, maka Yesus benar-benar dapat menolong kita. Dia telah mengalami kesusahan kita; Dia telah mengalami pencobaan seperti kita. Maka dari itu Dia mengetahui benar-benar apa yang kita perlukan; dan Dia dapat memberinya. Amin.
Karena Ia dekat dengan kita, maka Yesus benar-benar dapat menolong kita. Dia telah mengalami kesusahan kita; Dia telah mengalami pencobaan seperti kita. Maka dari itu Dia mengetahui benar-benar apa yang kita perlukan; dan Dia dapat memberinya. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar