MELAYANI SEPERTI EZRA
Ezra 7:1-27
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan
Istilah ‘pelayanan’ menjadi suatu istilah yang
biasa kita dengar dalam kehidupan kita. Kata ‘pelayanan’
menjadi sebuah jargon yang paling sering kita dengar
dalam kehidupan kekristenan. Bahkan kekristenan sangat identik dengan yang
namanya ‘pelayanan’.
Justru di dalam hal ‘pelayanan’lah kekristenan seringkali bisa dibedakan dengan agama-agama yang
lain. Orang kristen sering menyebut dirinya sebagai pelayan Tuhan. Karenanya
tidak heran saudara, ketika ada seorang petobat baru di dalam sebuah gereja, seringkali
yang terjadi adalah mereka dianjurkan untuk terlibat dalam pelayanan. Jika
seseorang berjemaat dalam sebuah gereja lokal, maka kita seringkali mendengar
pernyataan-pernyataan seperti ini:
”Ayo terlibat dalam pelayanan Pak/Bu!”
“Kapan mau pelayanan nih Pak/Bu!”
“Bapak/Ibu sudah terlibat pelayanan belum?”
“Bapak/Ibu mau melayani di bagian mana nih?”
“Bapak/Ibu tertarik dalam pelayanan apa nih?”
Jadi saudara, dalam konteks ini, orang kristen tidak asing lagi dengan
kata ‘pelayanan’. Namun yang jadi masalahnya saudara, beberapa diantara jemaat
ada yang merasa jenuh, bosan, dan pada akhirnya undur dari pelayanan.
Ada juga yang menjadi tawar hati dalam menerima pelayanan dengan
berbagai macam alasan hingga mereka tidak mau lagi mengerjakan pelayanan. Terkadang
orang percaya tidak mau melayani Tuhan dan mengerjakan tugas pelayanannya oleh
karena orang-orang di tempat pelayanannya diangggap sulit untuk bekerjasama.
Namun bapak/ ibu yang kekasih
Jika kita mau melihat kembali ke belakang tahun-tahun dalam
kehidupan kita, kita boleh jujur, bahwa tantangan dan pergumulan yang
menghalangi sebuah pelayanan rupanya tidak sebanding dengan apa yang Tuhan
sediakan dan rencanakan dalam pelayanan yang ada.
Sebagai pelayan Tuhan, kita memperoleh suatu jaminan yang tidak
akan pernah luntur dan digugat oleh siapapun juga. Karena itu, tidak ada alasan
bagi kita sebagai orang percaya dan hamba Tuhan untuk tidak melayani dan
mengerjakan tugas yang telah Tuhan berikan kepada kita.
Saudaraku,
Situasi yang dihadapi oleh Ezra pada saat itu adalah situasi
yang sangat sulit. Secara rohani bangsa Israel berada dalam masa kekeringan. Secara
fisik bangsa Israel, dijajah oleh bangsa lain, dan hidup dalam masa pembuangan
di Babel.
Hal ini diijinkan Tuhan terjadi, karena Tuhan sedang menghukum
bangsa Israel atas dosa dan kejahatan mereka dengan harapan supaya mereka dapat
kembali mengoreksi diri kemudian berbalik kepada Tuhan.
Di saat yang sama Tuhan juga mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk
berbicara tentang janji kesetiaan Tuhan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan
mereka asal mereka mau berbalik dan mentaati perintah Tuhan.
Hingga pada masa Raja Koresy dari Persia menaklukkan Babel
saudara, yaitu tahun 539 SM, bangsa Israel pulang ke Yerusalem dan membangun
bangsa dan tempat ibadah mereka kembali.
Rombongan pertama dipimpin oleh seorang yang bernama Sesbazar pada
tahun 538 SM (Ezra 1:11; 5:14), di masa ini Sesbazar bertugas untuk meletakkan fondasi
Bait Suci. Rombongan kedua dipimpin oleh Hagai dan Zakharia yaitu pada tahun 520
SM. Rombongan yang kedua ini berjumlah 42.360 orang (Ezra 2:64).
Pada tahun ke 7 pemerintahan raja Artahsasta, yaitu tahun 458 SM,
Ezra dikirim ke Yerusalem untuk melakukan suatu tugas, mengatur hubungan
orang-orang Yahudi di Palestina sepulang mereka dari pembuangan. Dan tahun 445
SM Nehemia datang ke Yerusalem untuk menyelesaikan pembangunannya.
Secara manusia, tempat pelayanan Ezra tidaklah menyenangkan dan
tidak enak. Ditambah lagi ia harus melayani mulai di kota pembuangan hingga
pasca pembuangan di Babel. Tentu ini bukanlah tugas yang mudah bagi Ezra.
Namun sebagai hamba Tuhan, sebagai pelayan Tuhan, Ezra tetap
mengerjakan tugas panggilannya itu, meskipun ia harus memimpin keluar bangsa
Israel kembali ke Yerusalem dari pembuangan (ayat 6a). Artinya saudara, walaupun
ada banyak tantangan yang harus dihadapi, Namun Ezra tetap mengerjakan tugas
dan panggilan itu dengan sungguh-sungguh, sehingga ia memperoleh belas kasihan
Tuhan melalui raja yang memerintah pada waktu itu (ayat 6c).
Dan lagi yang menarik untuk kita ingat adalah orang yang sudah
dipilih oleh Tuhan dalam mengerjakan tugas pelayanannya, akan memperoleh
jaminan dan janji perlindungan dari Tuhan.
Maka dari itu saudara, kita yang menyadari bahwa kita dipilih
oleh Tuhan untuk melayani Dia, anggaplah itu sebagai suatu anugerah yang besar
bagi kita.
Sebab ada banyak orang yang ingin terlibat dalam pelayanan,
namun tidak mendapatkan kesempatan untuk melayani. Karena itu saat kita
menerima kesempatan untuk melayani Tuhan, maka lakukanlah itu dengan segenap
hati. Bukan dalam keraguan, atau kebimbangan, bukan pula dalam perasaan takut
dan gentar.
Sebaliknya, percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mengetahui apa
yang terbaik bagi kita dan apa yang kita butuhkan dalam melayani kepadaNya. Tugas
kita adalah mengerjakan tugas yang telah Tuhan berikan sampai selesai dan
tuntas. Karena di luar dari apa yang kita kerjakan, tangan Tuhanlah yang akan
bertindak.
Sama
seperti Ezra saudara.
Keberhasilannya
dalam melayani Tuhan bukanlah semata-mata dari kekuatannya sendiri, atau dari
hikmatnya sebagai seorang imam dan ahli kitab.
Yang
walaupun dalam Ezra 7:6 kita
mendapatkan sebuah informasi penting bahwa Ezra adalah seorang ahli kitab dan
mahir dalam Hukum Taurat. Dikatakan “Ezra ini berangkat pulang dari Babel. Ia adalah seorang ahli Kitab,
mahir dalam Taurat Musa yang diberikan Tuhan, Allah Israel. Dan Raja memberi
dia segala yang diinginkannya, oleh karena tangan Tuhan, Allahnya, melindungi
dia.”
Perhatikan kalimat terakhir di ayat ini, “karena tangan Tuhan,
Allahnya, melindungi dia.”
Dari sini kita memahami bahwa hanya dengan pertolongan Tuhan
sajalah maka Ezra dapat melakukan pelayanannya dengan baik. Kunci
keberhasilan dari pelayanan Ezra bukan terletak pada kepandaiannya dalam
memimpin Israel, tetapi semata-mata karena "Tangan TUHAN, Allahnya,
melindungi dia". (Ezra 7:6, 9).
Bahkan di
dalam Ezra 7:28b dikatakan “Maka aku menguatkan hatiku, karena tangan
Tuhan, Allahku melindungi aku…” Dari sini kita melihat
saudara, bahwa Ezra sadar akan satu kenyataan bahwa tangan Tuhan yang melindunginya
jauh lebih berkuasa dari pada tangan seorang raja, karenanya Tuhan Allah
menggerakkan kemurahan hati seorang raja untuk memberikan satu perintah, mengadakan
penyelidikan mengenai Yehuda dan Yerusalem dengan berpedoman kepada hukum
Allahnya (Ezra 7:14), Ezra
melihat hal ini sebagai satu kesempatan yang baik.
Saudara,
Ezra tahu bagaimana kehidupan bangsa Israel saat berada di pembuangan di Babel
bahkan sebelumnya juga, mereka hidup jauh daripada Tuhan. Mereka tidak lagi
setia kepada Tuhan, mereka hidup dalam kerusakan moral.
Karena
itu saat mendapatkan kesempatan yang baik inilah, Ezra berusaha melakukan
pelayanan yang terbaik.
Bapak
ibu yang kekasih di dalam Tuhan,
Ada dua
hal yang dapat kita teladani dari pelayanan Ezra ini: Yaitu Kesetiaannya kepada firman Tuhan dan Bebannya pada
umat Allah.
1. Kesetiaannya
kepada firman Tuhan
Sidang
jemaat yang dikasihi Tuhan
Kesetiaan
Ezra pada firman Tuhan ia tunjukkan pada tekadnya yang bulat untuk mempelajari,
melakukan, dan mengajarkan hukum Allah.
Dalam
Ezra 7:10 kita membaca “Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat Tuhan
dan melaku-kannya serta mengajar ketetapan dan
peraturan diantara orang Israel” (Ezra 7:10).
Latar
belakang dan pelatihannya sebagai imam dalam Ezra 7:1-5, rupa-rupanya memiliki peranan
yang penting dalam kesetiaannya ini. Namun tekad Ezra selangkah lebih maju,
sebab ia bukan hanya mempelajari firman Tuhan bagi pertumbuhan rohaninya,
tetapi ia berusaha menghidupi firman Tuhan yang dipelajarinya itu bahkan
berusaha mengajarkannya kepada umat Allah.
Memang
saudara, para penulis Yahudi pada masa itu tidak hanya menyalin
gulungan-gulungan kitab suci kuno, tetapi mereka juga mempelajari dan
mengajarkan kitab-kitab tersebut. Kesetiaan Ezra kepada firman Tuhan menjadikan
Ezra mengerti rencana Tuhan dalam hidupnya. Karena itu, tidak heran jika dia
pandai dalam mengaplikasikan kitab suci ke dalam situasi-situasi kehidupannya
(7:6).
Tujuannya
hanya satu saudara, yaitu supaya bangsa Israel dapat kembali kepada Tuhan,
hidup dalam ketaatan pada firman Tuhan. Dan mengalami terobosan iman, sehingga
pertumbuhan rohani dirasakan oleh semua umat.
Hal ini
memberikan satu pengajaran bagi kita saudara, bahwa kebenaran Firman Tuhan itu sangat penting bagi
kehidupan umat Tuhan, seperti apa yang dikatakan juga dalam: Mazmur 119:1,
“Berbahagialah orang-orang yang hidupnya
tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan.” Juga
dalam Mazmur 119:105, “Firman-Mu itu
pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”
Kedua pemazmur
ini mengakui bahwa hanya Firman Tuhanlah yang dapat menuntun dan menerangi
jalan hidup manusia, sehingga mereka dapat hidup menurut jalan Tuhan. Sebab
siapa yang mengikuti tuntunan Tuhan maka mereka akan berjalan di jalan yang
benar dan mengalami kebahagiaan.
Dari sini
kita melihat saudara,
Bahwa
sebenarnya Allah tidak pernah memanggil orang-orang yang memiliki spiritual
yang baik, tanpa memberikan mereka kemampuan untuk melakukan pekerjaan itu. Gereja
kita tidak hanya membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki kerohanian yang
baik. Tetapi juga gereja ini membutuhkan orang-orang yang di dalamnya merasakan
pertumbuhan itu bersama-sama. Supaya pekerjaan Tuhan yang kita lakukan di
gereja ini dapat membuahkan hasil yang maksimal. Karena itu saudara, firman Tuhan
bukan hanya untuk dibaca tetapi direnungkan dan diteliti.
Bagi
seorang pengkhotbah, sudah menjadi satu kewajiban untuk meneliti dan
merenungkan firman Tuhan, hari-harinya adalah hari-hari untuk menggali
kebenaran-kebenaran firman Tuhan itu, sehingga ia mampu memberikan pengajaran
yang benar sesuai dengan kehendak Tuhan.
Saudara,
ada pemahaman yang keliru dari seorang jemaat mengenai tugas seorang hamba
Tuhan. Dikiranya hamba Tuhan tidak ada kerjanya. Mereka membandingkan dengan
apa yang mereka lakukan dalam pekerjaannya yang menyita banyak waktu. Sebagai
hamba Tuhan saya mau hal penting ini saudara, bahwa hamba Tuhan bukan seorang
pengangguran yang hanya duduk-duduk tanpa melakukan apa-apa. Hamba Tuhan
memiliki tanggung jawab yang besar dalam menuntun umat kepada jalan yang
dikehendaki Allah.
Sebab
jikalau ia salah dalam meneliti firman Tuhan, maka salah pula pengajarannya.
Sebaliknya jika ia meneliti firman Tuhan itu dengan benar maka benar pula
kehidupan jemaat.
Karena
itu saudara, untuk mendapatkan sebuah perilaku yang benar harus didasari oleh
pemahaman yang benar, dan pemahaman yang benar didapatkan dari penelitian yang
benar terhadap Firman Allah. Inilah yang dilakukan Ezra dan semua hamba-hamba
Tuhan. Bahwa setiap hamba Tuhan bertanggung jawab memberikan pengajaran yang
benar akan firman Tuhan.
Tekad untuk melakukan apa yang telah dia pelajari,
semata-mata didorong oleh satu kerinduan untuk menanamkan integritas dalam
jemaat. Karena itu saudara, seorang hamba Tuhan, terlebih dahulu ia harus
berani menerapkan apa yang telah dipelajarinya, sebelum ia mengajarkannya
kepada jemaat.
Dari
disinilah integritas seorang hamba Tuhan dapat kita lihat. Sehingga dia bukan
hanya menjadi teladan tetapi juga hidup benar di hadapan Allah. Tidak ada
kemunafikan di dalam orang itu karena dia berintegritas.
Hamba
Tuhan tidak boleh mengajarkan sesuatu yang membius dan meninabobokan orang
dengan harapan-harapan kosong. Ia tidak mengajarkan janji-janji humanisme dan
materialisme sehingga menjadi suatu khotbah yang enak untuk didengar.
Sebaliknya, seorang hamba Tuhan bertugas untuk mengajarkan bagaimana hidup kudus dan menaati
Allah, hidup melaksanakan kehendak Allah.
Hari
ini, ada banyak pengkhotbah masa kini yang mencari popularitas dengan
pengajaran-pengajaran yang kelihatannya spektakuler, padahal itu tidak sesuai
dengan kebenaran firman Tuhan.
Mereka
dengan berani, membumbui, menambahi atau bahkan memelintir firman Tuhan dengan
satu tujuan supaya enak didengar, menyentuh perasaan, dan tanpa sadar ia telah
mencuri kemuliaan Tuhan dengan populatitasnya sebagai hamba Tuhan.
Fokus
Ezra bukanlah mencari popularitas. Dia tidak pernah berpikir untuk dijadikan seorang
pemimpin oleh raja Artahsasta dan akan dipakai Allah untuk mengajar seluruh
bangsa Israel bahkan mengadakan kebangunan rohani. Yang ada dalam tekadnya
adalah berusaha untuk lebih memahami Firman Allah, melaksanakannya, dan
mengajar-kannya, agar orang lain juga melakukan Firman itu.
Seharusnya
tujuan seorang hamba Tuhan sama dengan tujuan pelayanan Ezra. Tekad Ezra untuk mempelajari,
melakukan, dan mengajarkan firman Tuhan merupakan teladan bagi orang percaya.
Tekad Ezra
untuk berkomitmen menggunakan segala keahliannya bagi pekerjaan Tuhan. Pada
akhirnya dipandang Tuhan sebagai suatu sikap yang baik, karena itu tangan Tuhan,
senantiasa melindungi Ezra.
Bapak ibu, Saudara
yang dikasihi Tuhan.
Namun,
tugas menyelidiki dan mempelajari firman Tuhan bukan hanya menjadi tugas dari
hamba Tuhan.
Bagi umat
kristen, kita pun ditantang untuk setia membaca firman Tuhan dalam kehidupan kita.
Saudara,
tahukah mengapa orang Kristen perlu memiliki Alkitab sendiri. Memang di
beberapa gereja selalu disediakan Alkitab bagi mereka yang tidak memilikinya,
namun bagi kita yang mampu untuk membeli Alkitab, belilah Alkitab untuk kita
miliki sendiri.
Tetapi
bukan untuk dijadikan pelengkap rak buku kita. Bukan pula sebagai obat tidur,
bagi kita yang kesulitan tidur. Tetapi Alkitab itu kita pakai untuk kita
pelajari, agar kita dapat mengerti kehendak Allah di dalam kehidupan kita.
Saudara,
saat kita membeli peralatan elektronik apa saja, pastinya itu dilengkapi dengan
buku panduan, tujuannya adalah supaya kita dapat mengenali dan memahami
kegunaan dari barang yang kita beli itu. sehingga setiap perusahaan tidak perlu
repot-repot menyediakan pegawainya untuk menjelaskan panjang lebar mengenai
fasilitas elektronik yang dibuatnya.
Sama juga
dengan Allah saudara. Kita mengerti bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi
beserta segala isinya. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa segala hal yang
terjadi dimuka bumi ini, tidak ada yang tidak diketahui oleh Allah.
Masalahnya
adalah, Allah menciptakan manusia yang sangat terbatas, terbatas dalam daya
ingat. Terbatas dalam pengetahuan. Termasuk terbatas dalam hal mengenal Allah
yang menciptakannya.
Karena itu
saudara, kita perlu buku panduan yang telah disiapkan oleh Allah. Dan Allah
mencari orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh mempelajari firman-Nya, melakukan
dan menerapkan setiap firman Tuhan itu sebagai prinsip-prinsip kehidupan
Kristen di harus dijalaninya.
Saudara, kita
membutuhkan lebih dari sekadar mendengarkan khotbah seorang hamba Tuhan setiap
minggunya, setiap kita butuh asupan firman Tuhan setiap harinya, agar kita
lebih mengerti maksud Tuhan dalam kehidupan kita.
Gereja kita
sendiri, menyiapkan catatan renungan untuk dibaca setiap harinya. Pakailah itu
sebagai referensi tambahan setelah kita membaca nats yang tertera dalam
renungan kita. Sehingga kita dimudahkan untuk mengerti alur nats yang kita
baca. Mudah-mudahan hal itu membantu kita untuk bertumbuh dalam firman Tuhan.
2. Bebannya pada umat Allah.
Bapak ibu
yang kekasih,
Ezra
dikenal memunyai hati yang besar untuk umat Allah. Perhatiannya terhadap
keberadaan umat bukan hanya Nampak dalam kehidupan praktisnya, tetapi juga
dalam kehidupan doanya.
Kehidupan
doanya tidaklah berpusat pada diri sendiri. Sebaliknya, Ezra berdoa atas segala
sesuatu! Dia berdoa untuk keamanan perjalanan sebelum mereka menempuh
perjalanan jauh dari Babel ke Yerusalem. Saat dia mengikutsertakan anak-anak
dan bahkan harta benda mereka. Dikatakan “kemudian di
sana, di tepi sungai Ahawa itu, aku memaklumkan puasa supaya kami merendahkan
diri di hadapan Allah kami dan memohon kepadaNya jalan yang aman bagi kami,
bagi anak-anak kami dan segala harta benda kami” Ezra 8:21. Saudara ini
adalah prinsip yang Alkitabiah sebelum kita melakukan perjalanan, yaitu berdoa
bagi keselamatan dan termasuk barang-barang yang kita bawa.
Akan
tetapi, Ezra tidak hanya mendoakan hal-hal yang biasa dalam kehidupan
sehari-hari. Ketika dia mendengar berita sedih tentang kondisi moral umat Allah
di Yehuda, Ezra pun menyampaikan doa panjang tentang pengakuannya. Hal ini
dapat kita lihat dalam Ezra 9:5-15.
Yang walaupun
Ezra sendiri tidak bersalah, namun dia dengan kerendahan hati melihat negaranya
berkaitan dengan dosa-dosa mereka, dia menyerahkan jiwanya di hadapan Allah semata-mata
demi umat Israel.
Saudara,
bagi kita yang mau bertumbuh dan melayani Tuhan dengan baik, hal itu dapat kita
mulai dengan belajar mendoakan orang lain. Jadikanlah diri kita sebagai pendoa
syafaat bagi orang lain, bagi gereja kita, bagi jemaat kita, bagi Negara kita,
dan lain sebagainya.
Kita tidak
bisa berpikir bahwa kesulitan orang lain bukan urusan kita. Justru keterlibatan
kita terhadap pergumulan orang lain dalam doa, menjadi bukti bahwa kita adalah satu
di dalam tubuh Kristus.
Saudara
satu tahun ini, saya mengamati kehidupan doa digereja kita, sepertinya persis
mengikuti pola Tuhan Yesus. Yang hadir lebih kurang hanya 12 orang. Tiap kami
berdoa pasti hanya itu-itu saja yang datang. Kalau begitu, kami bosan? Tidak
saudara! Saya justru menantang jemaat untuk meluangkan waktu dapat datang dalam
kebaktian doa kita. Hanya satu jam saudara, kita berdoa dan mempelajari firman
Tuhan. Saya yakin, apa yang telah kita kerjakan tidak ada yang sia-sia.
Saudara,
beberapa hari yang lalu, saat saya kuliah di Makassar, saya diajak oleh rekan
saya untuk ikut dalam kebaktian doa. Ibadah mereka dimulai pkl. 12.00 – 13.00
wita. Hanya satu jam saja mereka berdoa. Dan itu dilakukan setiap hari Senin-Sabtu.
Saudara saya cukup kaget, karena yang hadir bukanlah 10-20 orang. Tiap-tiap
harinya dihadiri lebih dari 50 orang. Dan itu bukan hanya dihadiri oleh satu
gereja, tetapi ada juga beberapa orang lain yang tahu kalau tempat itu dipakai
sebagai tempat berdoa, mereka hadir dan berdoa disana.
Sejenak
saya berpikir, mengapa gereja-gereja kharismatik justru lebih bergairah saat
mereka berdoa. Bahkan ibadah doa bisa dihadiri seperti sebuah ibadah raya di
hari minggu. Apakah mereka pengangguran? Tidak saudara! Yang hadir kebanyakan
professional muda, anak-anak kuliah, orang-orang yang haus akan doa. Waktu
istirahat mereka di kantor, justru mereka pakai sebagai waktu doa bagi mereka.
Mereka mengatakan itu adalah menara doa bagi Makassar.
Saudara,
saya tidak bermimpi yang muluk-muluk. Kalau memang Tuhan menghendaki hanya 12
orang murid Tuhan yang hadir dalam setiap ibadah doa, tidak jadi masalah.
Tetapi saya bermimpi gereja kita menjadi sebuah gereja yang mencintai kebaktian
doa. Ada orang-orang baru yang tergerak untuk hadir dan berdoa bersama-sama.
Saya rindu, Gereja kita menjadi gereja pendoa syafaat. Bukan hanya tentang
urusan gereja kita, tetapi juga kita terlibat untuk mendoakan apa saja yang
Tuhan inginkan kita doakan.
Bapak ibu
yang dikasihi oleh Tuhan,
Sebenarnya
tidak ada alasan bagi kita bahwa kita tidak bisa berdoa. Atau tidak ada waktu
untuk berdoa. Semuanya itu tergantung dari kemauan hati kita untuk merendahkan
diri di hadapan Tuhan.
Melalui
kebenaran firman Tuhan ini, saya mengajak kita untuk meneladani pelayanan Ezra
terhadap bangsa Israel. Biarlah kita menjadi jemaat yang berkomitmen untuk
mencintai firman Tuhan, dengan setia kita membaca, mempelajari firman Tuhan dan
melakukannya. Biarlah kita juga menjadi jemaat yang mau menjadi pendoa-pendoa
syafaat bagi kebutuhan orang lain. Dan kunci keberhasilan dalam pelayanan kita,
adalah “Tangan Tuhan yang
melindungi kita.” Kita hanyalah umat Allah yang berusaha mengerjakan panggilan
kita dengan penuh tanggung jawab. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar