MENIKMATI
HIDUP
Pengkhotbah
9:7-10; 12:1
Sidang
jemaat yang kekasih,
Hidup
adalah anugerah Tuhan. Karena itu kita patut bersukacita selama kita masih
diberikan kesempatan untuk menjalani kehidupan yang diberikan Tuhan kepada
kita. Kita tahu apa yang dinyatakan Allah pada saat Dia menciptakan manusia
pertama: “Allah menghembuskan nafas hidup
ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”
(Kejadian 2:7).
Pemberian
hidup kepada manusia dilukiskan sebagai akibat dari tindakan Allah yang khusus,
berbeda dengan penciptaan makhluk hidup lainnya. Allah secara khusus memberikan
hidup dan nafas kepada manusia pertama, yang menunjukkan bahwa hidup manusia
lebih tinggi dan berhakikat lain daripada bentuk kehidupan lain. Dan bahwa ada
hubungan yang unik antara hidup ilahi dengan hidup manusia (bd. Kejadian
1:26-27). Dalam hal inilah, Allah merupakan sumber pokok dari seluruh hidup
manusia.
Sekarang
mari kita perhatikan ketiga pernyataan penting saat Tuhan Allah menciptakan
manusia, dikatakan: Tuhan Allah membentuk (yãsãr) manusia itu dari debu tanah
... menghembuskan (nãpah) napas hidup ke dalam hidungnya ... manusia itu menjadi
(hãyãh) makhluk yang hidup (Kejadian 2:7).
Bapak/
ibu yang kekasih,
Langkah
pertama saat Tuhan Allah menciptakan manusia memang sangat penting, namun tanah
yang basah itu masih jauh dari sempurna sebelum terjadi mukjizat yang kedua.
Karena itu, saat Tuhan Allah menyalurkan hidupNya sendiri ke dalam gumpalan
mati yang sebelumnya sudah Ia ciptakan dan bentuk. Nafas ilahi itu kini
menyusupi materi tersebut dan mengubahnya menjadi makhluk hidup. Sebuah
perpaduan antara debu dan karya Ilahi menghasilkan makhluk ciptaan yang
menakjubkan (Band. I Korintus 15:47-49), yaitu manusia yang diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah sendiri.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Selaku
makhluk hidup, manusia dipersiapkan untuk menunjukkan sifat-sifat dari Pemberi
kehidupan. Bahasa yang dipakai ini tidak menunjukkan bahwa manusia memiliki
keserupaan fisik dengan Allah. Sebaliknya manusia diciptakan dengan kekuatan
rohani seperti Allah. Kepada manusia diberikan kemampuan untuk berpikir dan
merasakan, berkomunikasi dengan pihak lain, membedakan dan memilah, dan, hingga
taraf tertentu manusia menentukan wataknya sendiri.
Karena
itulah saat manusia diberikan kesempatan untuk hidup, itu adalah sebuah
anugerah yang tidak ternilai harganya. Dalam hal inilah, Allah menghendaki kita
untuk senantiasa bersukacita menjalani kehidupan yang dianugerahkan Tuhan
kepada kita.
Akan
tetapi ironisnya bapak/ ibu yang kekasih,
Ada
begitu banyak orang yang menjalani hidup penuh dengan kesedihan, bahkan tidak
sedikit yang mati dalam kepahitan. Dalam menghadapi kehidupan ini, sering kali
kita merasa hidup itu begitu menekan dan sulit. Berbagai pekerjaan membuat kita
melewati hari demi hari dalam stres yang tak berkeputusan. Berbagai masalah
membuat kita tak mampu lagi melihat hal-hal yang indah dan menarik dalam hidup.
Bahkan kadangkala ada juga orang yang begitu putus asa sehingga mencoba
mengakhiri hidupya sendiri. Kalaupun tidak seekstrim itu, banyak orang telah
menjadi robot. Mereka melewati hari-harinya dalam sebuah rutinitas. Tanpa
gairah, tanpa semangat, tanpa harapan. Hidup menjadi monoton. Padahal bapak/
ibu semangat dan harapan itu penting!
Kita
melihat, bahwa dengan memiliki harapan:
• Manusia mempunyai alasan untuk tetap melanjutkan
hidupnya.
• Harapan membuat manusia tidak pernah berhenti untuk
berjuang dalam hidup.
• Harapan membuat manusia merancangkan langkah-langkah yang
tepat bagi kelangsungan hidupnya.
Ini
membuktikan bahwa hidup manusia itu berharga karena didalamnya terkandung
nilai-nilai yang diperjuangkan untuk membuat manusia tetap hidup.
Karena
itu, bapak/ ibu yang kekasih
Memiliki
kehidupan adalah satu hal yang sangat berharga. Meskipun kita tahu bahwa semua
manusia pastinya akan mengalami kematian, tetapi sebelum kita mengalami hal
itu, kehidupan yang kita jalani adalah sebuah kesempatan yang tidak boleh kita
sia-siakan. Hidup menjadi berharga karena kita melakukan sesuatu; berbuat
sesuatu seperti untuk menikmati segala hal dalam hidup ini dengan sukacita dan
kita senatiasa hidup dalam kebenaran dan keadilan, dengan tetap menjaga hidup
kerohanian kita.
Semua
hal ini memberi penjelasan kepada kita, bahwa keindahan hidup tidak dapat
diukur dari panjang pendeknya umur, tidak juga diukur dari kaya miskinnya
orang, tetapi dari bagaimana ia mengisi hidupnya.
Hidup
menjadi berarti ketika kita mengisinya dengan kerja dan usaha tentang hal-hal
yang baik. Yang paling penting dari semua itu adalah meskipun hidup ini sia-sia
kata Pengkhotbah, tetapi hidup ini adalah pemberian Tuhan. Hanya dengan
kesadaran yang demikian, kita dapat menemukan keindahan hidup, pendek atau
panjang umur kita. Kita dapat menikmati keindahan hidup, kaya atau miskinnya
keadaan kita. Karena hidup adalah Anugerah.
Bapak/
Ibu yang kekasih,
Saat
Steven Covey memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Steven Covey
mengangkat segelas air dan bertanya pada para siswanya: "Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini?" Para
siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.
Kemudian
dia melanjutkan: "Ini bukanlah
masalah berapa beratnya, tetapi tergantung berapa lama anda memegangnya."
kata Covey. "Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak akan ada masalah.
Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya pastinya akan terasa
kram. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus
memanggilkan ambulans untuk saya"
Bapak/
Ibu yang kekasih,
Cangkir
yang dipegang Steven Covey sebenarnya beratnya sama, tapi jika dipegang semakin
lama, maka bebannya terasa seperti semakin berat. Sama halnya dalam hidup, Jika
kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu
membawanya lagi. Dan beban itu akan terus meningkat beratnya.
Lalu
apa yang harus kita lakukan? Langkah yang lebih baik adalah meletakkan gelas
tersebut, dan beristirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi.
Dalam
hal inilah, Pengkhotbah mengajak kita untuk menikmati anugerah Allah melalui
empat segi kehidupan.
1. Nikmatilah
kegembiraan hidup (9:7).
Hal
yang paling mendasar untuk menikmati hidup adalah hal makan dan minum.
Pengkhotbah menggambarkan makan dan minum sebagai berkat dasar dari Tuhan
sekaligus suatu cara untuk bersukacita yang memperkenan Allah (9:7).
2. Nikmatilah
hidup yang teratur (9:8).
Pada
zaman itu, pakaian putih adalah pakaian yang biasa dipakai untuk pesta,
sedangkan minyak adalah benda kosmetika yang mewah dan mahal harganya. Pakaian
putih dan minyak adalah gambaran sukacita dan keteraturan. Di sini Pengkhotbah
mendorong kita agar menikmati keteraturan yang disediakan Allah.
3. Nikmatilah
hidup pernikahan kita (9:9).
Bapak/
ibu yang kekasih,
Kita
tahu bahwa pernikahan adalah persekutuan yang ekslusif seumur hidup antara
seorang pria dan seorang wanita. Pernikahan adalah satu komitmen antara seorang
laki-laki dan perempuan yang melibatkan hak-hak seksual secara timbal balik.
Pernikahan adalah satu lembaga yang ditetapkan Tuhan bagi semua orang, bukan
hanya orang Kristen saja, tetapi untuk semua orang.
Seorang
penulis Kristiani bernama Micha N. L.
Tobing, pernah mendefinisikan arti Pernikahan Kristen, bahwa Pernikahan
Kristen adalah “Ikatan dan persekutuan
hidup yang menyeluruh (total) dari seorang pria (suami) dengan seorang wanita
(istri) yang telah diteguhkan Allah dalam pernikahan kudus; yang meliputi roh,
jiwa dan tubuh; masa kini dan masa yang akan datang (sampai salah seorang meninggal
dunia), dengan tujuan untuk membentuk secara bertanggung jawab suatu rumah
tangga Kristiani yang kudus, harmonis dan bahagia serta memuliakan dan melayani
Tuhan.”
Karena
itu saat kita diberikan kesempatan untuk menjalin hubungan dalam sebuah
pernikahan, kita patut menikmati hubungan pernikahan itu.
4. Nikmatilah
hari ini (9:10).
Pengkhotbah
memberi nasehat, apa yang dijumpai tangan kita, kerjakanlah dengan sekuat
tenaga supaya Tuhan dimuliakan melalui apa yang ada pada kita hari ini.
Melalui
keempat hal di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa Hidup ini adalah
anugerah Allah yang layak kita nikmati menurut cara dan maksud-Nya yang
sempurna
Kita
harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan
mampu membawanya lagi.
Tuhan
menyediakan segala sesuatu untuk dinikmati dan disyukuri. Memang terkadang ada
kesulitan yang membuat kita merasa pahit atau sulit untuk menikmatinya. Tapi
itulah warna kehidupan. Kasih setia Tuhan itu selalu baru setiap pagi. Jangan
terlalu fokus pada ambisi sendiri ataupun pada setitik kepahitan yang ada
karena itu dapat membuat kita menutup mata akan kebaikan yang sudah Tuhan
anugerahkan kepada hidup kita.
Sebaliknya
nikmatilah setiap tarikan nafas kita. Nikmatilah berkat-berkat Tuhan dengan
bijaksana. Mengucap syukurlah dalam segala hal. Jangan mengejar berkat dengan
keras karena Tuhanlah yang akan mencurahkan berkat-berkat itu pada kita. Sambil
tetap mengingat akan karya Tuhan dalam kehidupan kita.
Bapak/
Ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Pengkhotbah 12:1
mengingatkan kepada kita: “Ingatlah akan
Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat
tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!"
Apa
artinya mengingat Pencipta? Maksudnya adalah kita mesti selalu mengingat Tuhan
Allah kita yang telah menciptakan kita. Kita mengingat bukan sesekali ingat,
bukan pula kita membayangkan seperti apa wajah Allah, tetapi menjadikan
Pencipta, yaitu Allah sebagai dasar hidup kita. Segala sesuatu dalam hidup kita
dibangun berdasarkan Pencipta kita. Bagaimana caranya? Takutlah akan Allah dan
berpegang pada perintah-Nya (Pengkhotbah 12:13).
Di
masa hidup yang singkat ini manusia semakin mendekati tahun-tahun yang berat
karena kekuatan tubuhnya akan semakin menurun. Fajar hidup akan merosot. Kita
sudah jatuh dalam dosa maka kita akan mengalami proses penuaan dan di dalam
proses penuaan itu ada banyak proses yang harus kita lalui. Salah satunya
adalah menikmati kehidupan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita.
Saat
kita diberikan kesempatan untuk menapaki tahun 2016 ini. Pastinya ada rencana
Tuhan yang indah untuk kita masing-masing. Yang walaupun kita tidak tahu akan
terjadi apa di tahun 2016 ini. Tetapi yang jelas Allah yang Imanuel, akan
senantiasa menyertai setiap langkah hidup anak-anakNya.
Selain
itu, kita juga harus percaya bahwa tidak ada perkara, tantangan ataupun masalah
yang terlalu berat, melainkan hanya pencobaan-pencobaan biasa. Jika kita
menghadapi masalah atau apapun itu, Tuhan akan memberikan pada kita jalan keluar
sehingga kita dapat menanggungnya. (Band. 1 Korintus 10:13). Selamat menjalani
tahun baru 2016. Kiranya Tuhan memberkati. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar