GAMBARAN ANUGERAH ALLAH
Yohanes 8:1-11
Bapak/
ibu yang kekasih,
Menurut
bapak/ ibu, mujizat terbesar apakah yang Allah masih kerjakan sampai saat ini? Pertanyaan
ini mungkin, bisa menimbulkan banyak jawaban yang berbeda-beda. Tetapi bagi
saya, mujizat terbesar yang masih Allah kerjakan hingga saat ini adalah
anugerah keselamatan yang dinyatakan bagi orang-orang berdosa.
Saudara
kita tahu, bahwa keselamatan adalah karya besar Allah atas dunia yang telah
Allah rencanakan sejak kekekalan, hingga saat ini akan digenapi sampai pada
masa yang akan datang. Melalui anugerahNya, Allah terus bekerja hingga hari
ini, untuk mencari dan menyelamatkan manusia berdosa yang sepatutnya dihukum.
Karena
itu saudara, melalui perikop yang kita baca kali ini, saya ingin mengajak kita
semua kembali melihat, betapa besar anugerah Allah yang telah dinyatakan bagi
orang-orang berdosa seperti kita. Saya ingin agar kita semua dapat semakin
mensyukuri dan menghargai anugerah Allah itu dengan hidup lebih bertanggung
jawab.
Pertanyaanya
saudara, bagaimana wujud anugerah Allah itu dinyatakan atas orang-orang
berdosa? Dalam perikop ini, sedikitnya kita dapat melihat tiga wujud dari
anugerah Allah itu:
1.
Anugerah Allah menyingkapkan Akan Dosa (ayat 6-9).
Saudaraku
yang kekasih, mengapa menyingkapkan dosa adalah wujud dari anugerah Allah?
Karena setiap manusia di dunia ini adalah orang-orang berdosa. Masalahnya
adalah, rupanya tidak semua orang menyadarinya atau mau mengaku bahwa diri
mereka adalah orang-orang berdosa. Padahal, dosa membawa manusia pada
kebinasaan kekal dalam penghukuman murka Allah.
Oleh
sebab itu kalau Allah masih berkenan berbicara untuk menying-kapkan dan
menyadarkan dosa manusia, itu berarti sebuah anugerah. Karena manusia sendiri
dalam kebutaan hatinya oleh dosa tidak mampu melakukannya.
Saudara,
dalam perikop ini diceritakan bahwa ketika Tuhan Yesus sedang mengajar orang
banyak di Bait Allah, tiba-tiba datanglah orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat menyela Dia. Mereka menghadapkan kepada Tuhan Yesus seorang wanita yang
menurut pengakuan mereka, kedapatan sedang melakukan perzinahan.
Saudara,
dalam Hukum Taurat memang dijelaskan bahwa orang yang kedapatan berbuat
perzinahan, keduanya harus dihukum mati (Ulangan 22:23-24).
Dan
kasus yang diangkat oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat bukanlah kasus yang
terjadi pada wanita yang pekerjaannya sebagai PSK. Tetapi kisah ini terjadi
pada seorang wanita yang telah bertunangan namun mereka kedapatan melakukan
perzinahan sebelum mereka resmi menikah.
Yang
janggal dari kasus ini saudara, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat hanya
membawa perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Lagi pula niat mereka bukanlah
murni memperhadapkan sebuah kasus, kedatangan mereka semata-mata adalah untuk
mencobai Tuhan Yesus, supaya melalui kasus yang dibuat ini, mereka dapat
menyalahkan Tuhan. (Ayat 6).
Kita
lihat saudara, kehadiran mereka saat membawa kasus ini, penuh dengan kejahatan.
Mereka datang dalam kemarahan. Mereka juga datang dengan sikap yang tidak
hormat, tidak lagi sebagaimana seorang murid yang meminta pertimbangan terhadap
gurunya. Yang jelas, inilah jebakan yang dipakai oleh orang-orang Farisi dan
ahli Taurat terhadap Tuhan Yesus.
Saudara,
dalam Injil Yohanes kita bisa melihat sebenarnya sudah tiga kali orang-orang
Yahudi berusaha mempertentangkan pelayanan Tuhan Yesus dengan pengajaran Musa:
-
Saat Tuhan Yesus menjelaskan kuasa
pekerjaan yang dilakukanNya (Yohanes 5:39-47)
-
Saat Tuhan Yesus menjelaskan sumber mana
sorgawi, yaitu Bapa sorgawi (Yohanes 6:32-40)
-
Saat Tuhan Yesus berbicara mengenai air
sumber hidup (Yohanes 7:37-44).
Dan
sekarang, mereka tampaknya mendapatkan kesempatan yang paling baik, yaitu saat
mereka mempersoalkan tentang hukum perzinahan.
Jika
Tuhan Yesus berkata, “Ya, bahwa perempuan itu harus dilempari batu!” berarti Tuhan tidak hanya kehilangan julukanNya
sebagai “sahabat
pemungut cukai dan orang berdosa”, Dan
pasti orang-orang akan segera meninggalkan Dia dan tidak akan pernah menerima
pemberitaanNya tentang pengampunan yang penuh belas kasih itu.
Akan
tetapi jika Ia berkata: “Tidak, bahwa perempuan itu tidak boleh dilempari batu!” maka
pastinya Tuhan Yesus akan dianggap telah melanggar Hukum Taurat dan dengan
segera orang banyak akan menangkapNya.
Namun
demikian saudara, hal yang menarik terlihat disini bagaimana sikap Tuhan Yesus
menanggapi masalah ini. Tuhan Yesus sepertinya tidak terpancing untuk segera merespon
kasus yang sedang terjadi di hadapanNya, melainkan Ia segera membungkuk dan
menulis dengan jarinya ke tanah. Dia tidak melakukan satu pun dari kedua
kemungkinan yang dipikirkan manusia, justru Dia mengalihkan tantangan itu
terhadap orang-orang yang mau menjebakNya.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Kita
memang tidak mengetahui apa yang dituliskan Tuhan Yesus di atas tanah. Tetapi sikap
Tuhan Yesus yang diam dan seolah tidak peduli itu, disangka mereka bahwa usaha untuk
menjerat Yesus akan segera berhasil.
Namun
saudara, jawaban Yesus pada akhirnya membungkamkan orang-orang munafik itu.
Jawaban Yesus sama sekali bukan jawaban yang mereka harapkan. Jawaban Tuhan
tidak membenarkan perbuatan perempuan itu dan sekaligus juga tidak menghina Hukum
Allah.
Sebaliknya
jawaban Tuhan Yesus menyatakan bahwa hukum Allah itu suci dan adil adanya. Dia
berkata: “Barangsiapa
diantara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada
perempuan itu.” (ayat 7).
Disini
kita melihat saudara, bahwa sepertinya Tuhan Yesus membiarkan soal itu dalam
hati nurani mereka. Ia mengubah kaidah hukum menjadi kaidah moral. Perkataan
Yesus menembus hati mereka begitu dalam dan menelanjangi segala perbuatan dosa
mereka. Frase “tidak berdosa” disini memang
bukan hanya berarti tidak melakukan perbuatan dosa seperti perempuan itu,
melainkan tanpa dosa apapun bahkan tanpa keinginan untuk berbuat dosa.
Justru
dengan perkataan itu Tuhan Yesus ingin menyadarkan bahwa tidak ada seorang pun
yang tidak berdosa. Dan tidak ada satu orang pun yang layak untuk menghakimi.
Hanya ada satu pribadi yang tidak berdosa, Dialah Anak Allah yang mahatinggi.
Saudara
kita lihat, perkataan Tuhan Yesus pada akhirnya justru menegor esensi dari
masalah setiap manusia. Perkataan Tuhan Yesus merupakan kemenangan yang telak,
atas moralitas manusia yang telah rusak.
Awalnya
mereka datang dalam perasaan yang menganggap diri benar dan berhak menjadi
penegak hukum, tetapi sekarang bayangan dosa mereka menari-nari dipelupuk mata
mereka sendiri. Dengan pernyataan ini, Tuhan Yesus ingin mengajarkan satu hal,
bahwa seharusnya mereka malu, karena mereka pun adalah orang berdosa.
Dengan demikian layakkah
mereka saling menghakimi? Layakkah mereka menyebut perempuan itu seorang
berdosa dan berhak menghukum dia? Masih beranikah mereka melemparkan batu
kepada perempuan itu?
Dalam keheningan
siang itu, Tuhan Yesus menyaksikan suara hati manusia mulai berbicara. Seorang
demi seorang dari mereka pun pergi meninggalkan Tuhan dan perempuan itu.
Dikatakan: “Tetapi
setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang,
mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan
itu yang tetap di tempatnya” (ay 9).
Saudara, kepergian
para pendakwa mulai dari yang paling tua hingga yang seterusnya mempertajam
maksud dari cerita ini, bahwa semua manusia telah berdosa. Semua manusia telah
kehilangan kemuliaan Allah. (Band. Roma 3:23). Semua manusia - tidak ada satu
pun yang berhak untuk menghakimi sesamanya (Band. Matius 7:1).
Tuhan Yesus adalah
Allah yang maha tahu. Ia sanggup melihat sampai ke dasar hati seseorang.
Karenanya Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di
hadapanNya. MataNya yang suci itu sanggup meneropong jauh ke dasar hati dan
menembus tembok pertahanan yang dibangun manusia.
Karenanya
Tidak ada seorang pun manusia berdosa yang bertahan berdiri di hadapan Allah yang
kudus. Oleh sebab itu, hanya orang yang bersih tangan dan hatinya yang boleh
berdiri di hadapan Allah (Mazmur 24:3-4).
Saudara,
untuk itulah Tuhan Yesus hadir. Dengan firmanNya, Ia menerangi hati manusia
yang kelam pekat oleh dosa. Setiap kita yang hadir disini tidak terkecuali
adalah orang-orang berdosa yang telah menerima anugerah Allah.
Allah
memang tidak jemu-jemu berfirman untuk menyadarkan kita akan segala dosa-dosa
kita. Namun sikap kita seringkali justru marah ketika firman itu menegur kita,
kita menjadi sakit hati dan menolaknya, kita berlagak tidak mau tahu atas semua
teguran yang dibuat Tuhan. Atau bahkan kita sepertinya telah pandai menutup
rapat dosa kita dbalik segala kesalehan semu kita, namun dengan mudah
membongkar dosa orang lain. Saudara, inilah hidup yang dikehendaki Tuhan?
Semakin
lama kita mengiring Tuhan, semakin banyak firman Tuhan yang sudah kita terima.
Seharusnya ini membuat kita makin peka dengan dosa, bukan semakin mengeraskan
hati dan semakin kompromi.
Karena
itu Bersyukurlah bila Allah masih mau menegur kita. Itu berarti anugerahNya
masih berlaku bagi kita. Jangan kita marah dan mengeraskan hati, melainkan
biarlah kita merendahkan diri untuk memohon pengampunanNya.
2.
Anugerah Allah Memberi
Pengampunan (ayat 10-11).
Saudara,
terlepas dari apakah motif ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dalam
mendakwa perempuan itu, entahkah dia dijebak atau diperalat, tetapi perempuan
itu telah kedapan sedang berbuat zinah. Dia telah tertangkap dan tidak mungkin
lolos dari tangan para pendakwa kejam itu. Saudara, dalam hukum Yahudi,
perzinahan adalah kejahatan yang sangat serius. Dosa ini dapat disamakan dengan
dosa penyembahan berhala dan membunuh, yaitu ketiga macam dosa terbesar yang
dapat dikenal hukuman mati.
Saudara,
kita bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh perempuan yang malang itu. Rasa
bingung, rasa malu, rasa kesal dan rasa takut bercampur menjadi satu. Ia
memandang kesekelilingnya, semua orang mengacungkan tangan melawan dia. Tidak
ada orang yang dapat membela dia. Tidak ada harapan dan jalan keluar bagi dia
untuk menyelamatkan diri. Ia hanya bisa menerima nasibnya dengan pasrah tanpa
daya.
Apalagi
kini dia dihadapkan pada seorang yang mungkin asing baginya. Berbagai
pertanyaan mungkin juga muncul dibenaknya, “siapakah Lelaki itu? Apa yang akan diperbuatNya atasku?
Dapatkah Dia menolong aku atau apakah Dia justru lebih kejam dari mereka ini?”
Namun perkataan yang diucapkan Tuhan Yesus kepada para penuduh itu, segera
membuat dia tahu bahwa Lelaki asing itu tidak sama dengan penuduh yang lain.
Perkataan-Nya begitu berwibawa, mampu membungkam mulut yang congkak yang sejak
tadi berteriak-teriak mengolok-olok dia. Bahkan semua orang dengan diam-diam
pergi dari hadapannya. Saudara, pada saat semua orang pergi, dan Yesus juga
sedang membungkuk menulis di tanah, itulah kesempatan bagi dia untuk lari dan
menyelamatkan diri. Tetapi hal itu tidak diperbuatnya.
Perempuan
itu sadar dengan siapa dia sedang berhadapan. Lelaki itu lebih berkuasa dari
para pendakwanya. Dan tetap dalam kepasrahannya dia berdiri di hadapan Yesus,
menanti apa yang akan Yesus perbuat baginya.
Saudara,
wanita itu layak dihukum mati dan Yesus yang tanpa dosa itu layak melemparkan
batu yang pertama kalinya kepadanya. Tetapi yang Yesus berikan kepada perempuan
itu bukanlah hukuman yang selayaknya ia terima, melainkan anugerah yang
memberikan dia pengampunan atas dosa-dosanya.
Pengampunan
yang diterimanya bukan hanya mengenai dosa perzinahan yang telah ia lakukan
tetapi atas semua dosa yang telah dia perbuat. Pertanyaan yang muncul berikut
adalah, “Semudah
itukah, apakah itu berarti perempuan itu dibebaskan dari segala tuntutan
dosanya? Apakah itu tidak berarti bahwa Tuhan melawan hukum Taurat?”
Saudara
dalam pengampunanNya Tuhan bukan melawan hukum Taurat, tetapi yang dilawannya
adalah dosa dan kejahatan. Ia mengampuni karena Ia membenci dosa dan tidak
membiarkan manusia tinggal dalam dosa, melainkan melepaskannya dari belenggu
dosa itu. Yesus berhak memberikan pengampunan itu karena Ia sendiri yang akan
memikul hukuman yang seharusnya ditanggung perempuan itu.
Di
atas kayu salib Kristus telah mengerjakan semuanya, Kristus telah mempertemukan
keadilan Allah yang menuntut hukuman atas semua dosa manusia dengan kasih Allah
yang mengampuni dan menyelamatkan manusia.
Inilah
anugerah Allah yang tidak memberikan kepada manusia hukuman yang setimpal
dengan perbuatannya, melainkan pengampunan atas segala dosa-dosanya.
Tahun
1982 di Lousiana, Amerika Serikat ada pengadilan yang manarik perhatian seluruh
Negara. Seorang pria dijatuhi hukuman mati karena membunuh keluarganya. Saat ia
duduk di kursi penantian, para pengacaranya berusaha keras untuk meminta
pengampunan baginya. Mereka menggunakan berbagai cara untuk menyelamatkan nyawa
klien mereka.
Ketika
detik-detik hukuman mati, semua harapan nampaknya memudar. Tetapi secara tidak
terduga, pada pukul 11.30, setengah jam sebelum dia dibawa ke ruang gas,
pemerintah Lousiana mengeluarkan surat pengampunan. Para pengacaranya
menyampaikan berita itu kepada klien mereka. Namun alangkah terkejutnya mereka
ketika lelaki itu menolak pengampunan tersebut. Tepat tengah malam, pria itu
diikat pada sebuah kursi di kamar has dan beberapa saat kemudian lelaki itu
meninggal.
Pria
itu menerima pengampunan, namun dia memilih untuk mati. Hal itu menimbulkan
perdebatan hukum yang seru. Orang itu diampuni karena pemerintah menawarkan
pengampunan atau dia diampuni karena dia menerima pengampunan itu. Akhirnya
diputuskan bahwa pengampunan itu tidak berlaku kecuali diterima oleh orang yang
bersangkutan.
Saudara,
demikian juga Tuhan telah menawarkan anugerah pengampunanNya bagi kita
meskipun seringkali kita menolaknya. Oleh karena itu kita harus rela menerima
tawaran pengampunan itu.
Saudara,
setiap dosa harus dipertanggung-jawabkan kepada Allah. Setiap dosa harus
dihukum, besar atau kecil. Kita tidak mampu melepaskan diri dari hukuman Allah.
Tidak ada gunanya kita melarikan diri dari hadapan Allah untuk menyembunyikan
dosa. Yang terbaik adalah kita mengakui dosa-dosa dan menerima dengan iman
anugerah Allah yang telah diberikan oleh Kristus.
Di
dalam anugerahNya manusia mendapat pengampunan dan kelepasan dari segala
tuntutan hukuman. Saat ini bila saudara sedang bergumul dengan dosa-dosa,
yakinlah bahwa pengam-punan Allah tidak terbatas, sebesar apapun dosa yang
telah kita lakukan, Allah sanggup mengampuninya. Firman Tuhan dalam Yesaya 1:8
berkata ”…Sekalipun
dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi puti seperti salju…” dan “sejauh
timur dari barat, demikianlah dijauhkanNya daripada kita pelanggaran kita”
(Mazmur 103:12).
3.
Anugerah Allah Memberikan
Hidup Yang Baru (ayat 11)
Saudara,
dalam kisah ini kita menyaksikan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
mendakwa perempuan itu dengan kejam. Mereka hanya memperalat perempuan itu dan
tidak peduli terhadap nasibnya. Bagi mereka, wanita itu tidak ada harganya dan
selayaknya dihukum mati. Sikap para pedakwa ini berbeda dengan sikap Tuhan
Yesus.
Tuhan
Yesus menunjukkan sikap keramahanNya dengan menyebut wanita itu secara hormat.
Sebutan yang dipakai Tuhan Yesus disini sama dengan ketika Ia menyebut Maria,
ibunya dalam Yohanes 19:26, yang dalam terjemahan aslinya mengatakan “hai ibu”. Berbeda dengan para pendakwa
yang menghendaki kematian perempuan ini, Tuhan Yesus dengan penuh belas
kasihanNya justru ingin menyelamatkan dia. Hal ini memberikan satu pengajaran
kepada kita bahwa Tuhan Yesus tidak hanya melihat perkara ini dalam waktu saat
itu, tetapi Tuhan Yesus memikirkan masa depan dari perempuan itu.
Natanya,
perkataan Tuhan Yesus yang mengatakan “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari
sekarang” (ayat 11). Merupakan suatu anugerah yang besar bagi
perempuan itu, sehingga ia dapat memulai lembaran hidup yang baru. Sikap Tuhan
Yesus ini menunjukkan tujuanNya dalam menebus umat manusia (Yohanes 3:16). Dia
tidak menghukum wanita tersebut sebagai orang yang tidak layak diampuni, tetapi
menghadapinya dengan lembut dan kesabaran supaya menuntunnya kepada pertobatan.
Hal
ini berarti bahwa pengampunan yang Tuhan Yesus berikan adalah sumber kesucian
dan permulaan baru untuk hidup menurut segala firman Allah dan melawan dosa. Tuhan
Yesus bukan hanya memberikan syarat-syarat hidup baru itu, hidup baru itu
diberikanNya pula. Yohanes 1:17 “sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa,
tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.”
Kisah perempuan zinah dalam
Yohanes 8:1-11, adalah salah satu contoh kasih Yesus yang tiada batasnya. Jika
kita kembali pada masa itu, pastinya sangat sulit bagi seseorang jika ia
menentang hukum yang berlaku bagi para pendosa. Apalagi hukum terhadap
perempuan yang kedapatan berzinah yakni harus dilempari batu hingga mati (bdn.
Ulangan 22:23-24).
Namun hal ini bukanlah menjadi
ukuran bahkan tak mampu menghilangkan kasih Tuhan yang tiada taranya. Yang
jelas, peristiwa ini menjadi suatu pukulan keras bagi para ahli Taurat dan
orang-orang Farisi. Mereka disadarkan oleh Tuhan Yesus bahwa kehidupan
seseorang sangat berharga dan Tuhan masih memberikan kesempatan bagi siapa saja
selagi nafas masih berhembus.
Demikian
pula, Tuhan Yesus memiliki perhatian yang mendalam tidak hanya mengenai apa
yang telah terjadi pada seseorang, tetapi mengenai apa yang bisa terjadi selanjutnya
dengan diri orang itu. Tuhan Yesus tidak hanya melihat masa lalu seseorang
tetapi juga memperhatikan masa depannya. Tuhan Yesus memberikan harapan baru,
bahkan bagi mereka yang telah dibuang, yang dianggap tidak berguna bagi orang
lain. Tuhan Yesus menghargai setiap kehidupan. Dalam tanganNya hidup yang telah
hancur luluh pun dapat diubah menjadi hidup yang baru 2
Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada di
dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya
yang baru sudah datang.”
Saudara,
dari sini kita dapat melihat bahwa anuegrah Allah tidak hanya menyingkapkan dan
mengampuni dosa. Lebih dari itu Allah memberikan pemulihan hidup yang baru. Yang
ditawarkan Tuhan Yesus kepada wanita ini adalah keselamatan dan jalan ke luar
dari kehidupan berdosa.
Karena
itu, kalau saat ini kita terbelenggu dalam masa lalu yang gelap, kita merasa
hidup sudah hancur dan seolah tidak tertolong lagi, ingatlah bahwa anugerah
Allah sanggup membaharui hidup ini. Manusia memang seringkali mengingat dan
mengungkit-ungkit kegagalan di masa lalu, itulah trik Iblis untuk menghancurkan
manusia. Tetapi berbeda dengan Allah, Allah justru merencanakan masa depan bagi
kita.
Kematian
Tuhan Yesus di atas kayu salib membuktikan bahwa Ia memiliki rencana untuk menyediakan
masa depan bagi kita, yaitu hidup kekal yang penuh sukacita dan kemenangan
bersama Yesus.
Saudara,
dalam anugerah Allah kita mendapatkan anugerah hidup yang baru. Saudara,
anugerah Allah masih bekerja dan terus bekerja sampai dengan hari ini. Allah
masih mau berbicara untuk menyatakan dosa manusia, Allah masih membuka pintu
pengampunanNya bagi setiap manusia yang membutuhkan dan juga masih berkuasa
untuk mengubah kehidupan yang telah hancur karena dosa.
Hanya
masalahnya, kita harus ingat bahwa akan ada saatnya anugerah Allah berakhir,
semua kesempatan akan tertutup. Oleh sebab itu sekaranglah saatnya kita membuka
hati untuk menerima dan mensyukuri Anugerah Allah itu. Amin.