Yohanes
12:20-26
Sidang
jemaat yang kekasih,
Malam
ini sengaja saya mengajak kita untuk membaca satu perikop yang cukup unik
khususnya juga sangat tepat dibawakan menjelang peringatan minggu-minggu
sengsara Tuhan Yesus. Yaitu soal pemberitaan Tuhan Yesus mengenai kematianNya.
Dikatakan
unik saudara, karena dalam perikop ini kita mendapati satu percakapan yang
tidak biasanya kita temui dikalangan para murid. Orang-orang yang hadir dalam
percakapan pada perikop ini, salah satunya adalah orang-orang Yunani.
Saudara,
patut kita ketahui bahwa tema penting dari kitab Yohanes adalah bahwa Yesus
adalah Juruselamat dunia. Tuhan Yesus bukan hanya Penebus Israel. Sebagaimana
yang dituliskan oleh Yohanes dalam Yohanes 1:29, bahwa
Tuhan Yesus adalah “Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia.”
Karena
itu perikop yang kita baca hari ini, lebih menjelaskan bahwa berita Injil,
karya dan pengajaran Tuhan Yesus, ternyata sudah didengar oleh orang-orang
non-Yahudi, khususnya kepada orang-orang Yunani.
Ayat 20 menjelaskan: “Diantara
mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang
Yunani.”
Saudara
siapakah yang dimaksud dengan orang-orang Yunani? Kalau kita memperhatikan pada
teks asli saudara, yang dimaksud dengan “orang-orang Yunani”/ “Ellénés” adalah
mereka
yang secara etnik bukan orang Yahudi. Tetapi
mereka sudah biasa datang dan menyembah pada perayaan Paskah. Mereka bukan
pendatang yang ingin tahu atau penyelidik yang datang satu kali. Kedatangan
mereka sangat jelas dicatat adalah untuk menemui Tuhan Yesus.
Saudara,
secara tidak langsung ini menjadi satu kontrak mengenai keinginan orang-orang
Yahudi dan orang-orang yang bukan Yahudi dalam hal menemui Tuhan Yesus.
Orang-orang Yahudi seringkali datang kepada Tuhan Yesus karena mereka ingin
melihat tanda (Matius 12:38; 1 Korintus 1;22), tetapi orang-orang Yunani ini
datang kepada Tuhan Yesus justru karena mereka ingin bertemu dengan Tuhan
Yesus.
Lagi
pula, saudara, orang-orang yang bukan Yahudi ini datang dalam rangka mengikuti
perayaan paskah. Dari sini kita melihat saudara, tentunya yang dimaksud dengan
orang-orang Yunani ini adalah adalah orang-orang yang juga “takut akan Tuhan,”
namun belum menjadi percaya di dalam Yesus. Karena itulah mereka datang
ingin menemui Tuhan Yesus.
Nah
saudara, saat orang-orang Yunani itu datang, mereka menemui Filipus. Mengapa
Filipus? Memang kita tidak mendapatkan penjelaskan mengapa mereka mendatangi
Filipus.
Bisa
saja karena saat orang-orang ini datang di Bait Allah, wajah Filipuslah yang
dilihat pertama kali oleh mereka. Namun rupanya saudara, Filipus adalah nama
Yunani dan mereka mengira bahwa seorang dengan nama Yunani akan memperlakukan
mereka dengan penuh simpati. Karena itu mereka datang kepada Filipus. Akan
tetapi rupanya Filipus tidak mengetahui apa yang harus diperbuat, dengan
cekatan ia pun membawa mereka kepada Andreas.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Andreas
yang lebih dikenal sebagai seorang yang suka membawa orang kepada Yesus
(Yohanes 1:41, 12:22). Bisa jadi mereka berdua adalah rekan akrab karena sering
disebut bersama-sama.
Andreas
dan Filipus seringkali berperan seperti seseorang humas yang mengantarkan orang
kepada Yesus. Mereka
memiliki keterampilan yang lebih dalam soal bergaul. Dalam
Yohanes 6:1-15, tertulis bahwa Tuhan Yesus pernah meminta kedua murid ini,
untuk bertanggung jawab memberi makan orang banyak.
Karenanya
saat Filipus mendatangi Andreas, maka dengan segera keduanya membawa orang-orang
Yunani itu berjumpa dengan Yesus.
Bapak/
ibu yang kekasih,
Kita
tidak tahu apakah Tuhan Yesus sempat bercakap-cakap khusus dengan orang-orang
Yunani ini atau tidak. Tetapi Alkitab hanya mencatat, saat Tuhan Yesus bertemu
dengan mereka, Tuhan Yésus berkata: “telah
tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan” (ay. 23).
Sejenak perkataan Tuhan Yesus
dengan “dimuliakan” dimengerti berbeda oleh para
pendengarNya saat itu.
Mereka menganggap perkataan ini
merujuk pada kemenangan Yesus saat para penjajah bertekuk
lutut di hadapanNya. Mereka lebih
memahami pengertian ini dalam arah politis. Sebab jika Ia mengatakan hal itu,
maka para pendengar seharusnya merasa lebih lega karena sebentar lagi raja
mereka akan menyatakan kemenangannya.
Namun sebenarnya apa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus
tentang “dimuliakan” lebih berbicara tentang
kematianNya.
Dan Tuhan Yesus jauh melihat kedepan melampaui
salib yaitu kepada kemuliaan yang akan datang setelah kematian.
Karena itu Tuhan Yesus menjelaskan secara lebih rinci
dengan sebuah perumpamaan soal benih. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau
biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji sajal;
tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (ayat 24).
Saudara,
Tuhan Yésus
meng-gunakan gambaran tentang sebuah benih adalah untuk menjelaskan
kebenaran rohani yang penting, bahwa tidak ada kemuliaan tanpa penderitaan,
tidak ada hidup yang berbuah tanpa kematian, tidak ada kemenangan tanpa
penyerahan.
Pastinya
ada satu keindahan jikalau benih itu “mati” dan
memenuhi tujuannya. Seandainya sebuah benih dapat berbicara, benih itu pasti
akan mengeluh karena ditaruh di tanah yang belap dan dingin. Namun,
satu-satunya cara supaya benih itu dapat mencapai tujuannya adalah dengan cara
ditanam.
Saudara,
ini merupakan hal yang sangat lazim kita ketahui dalam dunia pertanian bukan,
bahwa dari satu biji benih yang ditanam akan menghasilkan banyak buah saat ia
menjadi tumbuh besar. Sebab biji tidak akan efektif dan berguna jika tetap
disimpan saja seperti apa adanya. Hanya saat ia dilemparkan di tanah yang
dingin, ditanam dalam sebuah tanah, maka kelamaan ia akan bertumbuh dan
berbuah.
Demikian
pula kenyataan yang terjadi di dalam pribadi Tuhan Yesus. Satu-satunya jalan
yang dipakai Allah agar karya Tuhan Yesus sempurna adalah Tuhan Yesus harus mati dan
dikuburkan, akan tetapi kematian-Nya tidak akan pernah
menjadi sia-sia. Sebaliknya dengan kematian dan kebangkitanNya, Ia akan menghasilkan
banyak buah. Karena itu bagi Tuhan Yesus kematian adalah peristiwa
Dia untuk dimuliakan.
Kemudian
Tuhan Yesus berkata: “Barangsiapa mencintai
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai
nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal” (ayat 25).
Sidang
jemaat yang dikasihi Tuhan,
Tuhan
Yesus mengatakan bahwa hanya dengan mengorbankan hidup, orang akan mendapatkan
hidup itu. Sebaliknya orang yang mencintai hidupnya seringkali didorong oleh
dua macam tujuan, yaitu oleh nafsu mementingkan diri sendiri dan oleh keinginan
untuk rasa aman.
Dari
sini kita mendapatkan
satu pemahaman bahwa orang yang mencintai nyawanya akan menjaga supaya ia tidak
kehilangan nyawanya. Tetapi hukum ini ingin mengatakan kepada kita bahwa kalau ia
melakukan hal itu ia justru akan kehilangan nyawanya, dalam arti ia tidak
mendapatkan hidup yang kekal. Sebab orang yang mencintai nyawanya justru sedang
menghancurkan nyawanya sendiri
Sebaliknya saudara dikatakan: barangsia tidak
mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Maksudnya
adalah kita harus rela menderita dan
mati jika hal itu berguna bagi Tuhan.
Saudara,
William
Barclay menceritakan tentang seorang penginjil terkenal yang bernama Christmas
Evans yang selalu aktif memberitakan Injil. Teman-temannya memintanya untuk
mengurangi kegiatannya atau untuk lebih berhati-hati, tetapi ia menjawab: “Adalah
lebih baik terbakar habis dari pada berkarat sampai habis”.
Dengan demikian saudara,
Jika hidup dianggap sebagai tujuan akhir, jika
orang tidak mau berkorban, jika orang takut mati untuk Tuhan, jika orang
mati-matian melindungi hidupnya, dan hidup itu menjadi berhala, maka hidup/
nyawa itu akan sendirian saja. Artinya ia tidak akan pernah mendapatkan kehidupan yang kekal.
Sebaliknya jika seseorang mau berkorban untuk Tuhan, dan bahkan mau mati, maka hidup itu
tidak akan sendirian, tetapi ia akan berbuah banyak.
Dari sini kita memahami
bahwa membenci hidup sendiri menunjukkan sikap yang menilai hal-hal sorgawi
lebih penting daripada hal-hal yang ada di dunia. Karena itu orang yang
mengikut Yesus, seharusnya tidak lagi mementingkan kesenangan pribadinya, atau
filsafat, kesuksesan, nilai-nilai dirinya dari dunia. Sebab apa yang kini telah
mereka miliki di dalam Kristus jauh lebih indah dari semua kesenangan dunia.
Saudara,
pernyataan ini sama dengan apa yang dirasakan oleh Paulus, ketika ia menuliskan
Filipi 3:7 “Tetapi
apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena
Kristus.”
Karena
itu, Tuhan Yesus menyambung pembahasan ini dengan berbicara soal pelayanNya/
pengikutNya. Soal murid-muridNya.
Di ayat ke-26, Tuhan Yesus berkata; “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut
Aku dan dimana Aku berada, disitu pun pelayanKu akan berada. Barangsiapa
melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”
Bapak/ ibu yang kekasih,
Beriman kepada Yesus Kristus berarti komitmen pribadi
untuk mengikuti Dia, memelihara dan menaati semua ajaranNya serta berada dimana
Dia ada. Mengikut Kristus juga sama artinya kita harus berani menyangkal diri
dan memikul salib bagi kristus.
Namun sekalipun “mengikut
Kristus” mencakup banyak hal, seperti belajar Firman
Tuhan, berdoa, mentaati Tuhan, dsb, tetapi dalam ay 26 ini yang paling
ditekankan adalah soal kerelaan
untuk menderita bagi Kristus.
Yang artinya setiap pelayan
Tuhan yang mau mengikut Kristus, dengan
sadar ia harus siap menanggung penderitaan bagi Kristus. Sebab orang-orang yang demikian
akan dihormati oleh Bapa.
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan, menjelang
minggu-minggu sengsara yang akan kita peringati sebentar lagi. Marilah kita
kembali untuk mengingat pengorbanan Tuhan bagi kita. Ia yang “walaupun dalam
rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang
harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:6-8).
Tuhan Yesus telah membuktikan kasihNya yang luar biasa
bagi kita. Ia rela mati untuk menghasilkan buah yang banyak bagi pekerjaan
Tuhan. Pertanyaannya bagi kita, maukah kita hidup bagi Kristus? Siapkah kita
menjadi kepanjangan tangan Tuhan di tengah-tengah dunia ini, supaya melalui
kehidupan kita ada banyak orang yang diselamatkan Tuhan. Amin.