FIRMAN TUHAN
LEBIH TAJAM DARIPADA PEDANG
Ibrani 4:12-13
Sidang jemaat yang kekasih
dalam Tuhan,
Masih dalam tema bulanan “Mengapa Firman
Tuhan Itu Penting”, dalam minggu terakhir ini, kita akan membahas satu
tema yang mengatakan bahwa: “Firman Tuhan Lebih Tajam Daripada Pedang.”
Namun sebelum kita
mengupas lebih lanjut tentang tema kita, saya mengajak kita untuk lebih dahulu melihat
latar belakang dari penulisan perikop ini. Saudara, perikop ini berbicara
tentang hari penghakiman, dimana apabila saat perhentian segala sesuatu telah
tiba, Tuhan menghendaki “supaya jangan ada seorang pun jatuh karena mengikuti contoh
ketidaktaatan itu juga” (Ibrani 4:11).
Karena itu yang hendak
ditekankan dalam surat Ibrani ini saudara, ialah bahwa orang-orang percaya yang
sejati memiliki keselamatan yang kekal sebab mereka memercayakan diri mereka
kepada seorang Juruselamat yang hidup, yang terus-menerus membela mereka. Akan
tetapi, keyakinan itu tidak berarti bahwa mereka dapat bebas untuk berbuat dosa
selama mereka masih hidup dalam dunia.
Maksudnya adalah kehidupan
yang kita jalani, sejatinya harus diwarnai oleh sikap kehati-hatian. Jangan
sampai pada akhirnya kita dibelokkan dari firman dan tidak lagi memercayai
firman Allah. Karena hanya apabila firman itu “dikaitkan dengan iman”, barulah
firman itu dapat melaksanakan tujuannya.
Dengan demikian bapak/ ibu
yang kekasih dalam Tuhan,
Sebenarnya tidak ada
seorang pun yang dapat mengabaikan firman Allah, sebab firman Allah telah datang
kepada manusia dan berada dalam kehidupan keseharian kita.
Sidang jemaatku yang
kekasih dalam Tuhan,
Kita mungkin akan mengerti
sedikit tentang hal-hal yang bisa ditimbulkan dari suatu perkataan. Bahwa kata-kata bukan
hanya sebuah suara yang keluar dengan arti tertentu. Kata-kata adalah suatu kekuatan yang terus
bergerak dan bertindak. Umpamanya jika ada seorang pemimpin mengucapkan
sesuatu, maka ucapannya itu akan membahana dan membangkitkan orang untuk
melakukan suatu reaksi yang seolah-olah membakar hati untuk segera
melakukannya.
Sejarah manusia
membuktikan bahwa pernyataan-pernyataan dari tokoh-tokoh besar akan
menghasilkan tindakan yang membangun atau merusak bangsa-bangsa. Berkali-kali
terjadi dalam sejarah, bahwa kata-kata yang diucapkan oleh seorang pemimpin
atau ahli pikir telah menyebabkan terjadinya beberapa peristiwa besar dalam
kehidupan manusia.
Saudaraku yang kekasih,
Jika kata-kata manusia saja
dapat menyebabkan itu semua, terlebih lagi dengan firman Tuhan. Kita bisa
kembali mengingat bagaimana Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi beserta
segala isinya hanya dengan berfirman. Juga di dalam Alkitab kita dapat melihat
bagaimana Firman Allah menuntun dan memelihara umat kesayanganNya disepanjang
sejarah. Firman Allah merupakan sesuatu yang hidup untuk semua orang
disepanjang masa.
Hal-hal lain mungkin dapat
berlalu dan lenyap begitu saja. Hal-hal lain mungkin akan memperoleh perhatian
akademis atau dianggap penting sebagai sebuah barang antik. Tetapi firman Allah
bukanlah barang antik yang akan habis oleh waktu. Tetapi sebaliknya firman
Allah merupakan sesuatu yang bersifat kekal. Karena itulah rasul Yohanes
menuliskan firman yang berkata: “Pada mulanya adalah firman: Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan
Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang
telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yohanes 1:1-2).
Karena itu bapak/ ibu yang
kekasih,
Kalau firman Allah itu
kekal, maka bisakah kita mengabaikan Firman Allah? Tentu tidak bukan? Justru
firman Tuhan adalah sesuatu yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian dalam
hidup manusia. Firman itu tetap menawarkan sesuatu yang harus diterima atau
ditolak oleh manusia. Tentu saja Allah menggunakan firman itu untuk
menyanggupkan kita melihat dosa dan ketidakpercayaan yang ada di dalam hati
kita sendiri.
Firman Tuhan menyingkapkan
hati kita, dan kemudian jika kita mempercayai Allah, firman itu menyanggupkan
hati kita untuk menaati Allah dan menuntut janji-janjiNya. Itulah sebabnya
seorang percaya harus rajin mendengarkan dan memerhatikan firman Allah.
Dalam firman itu, kita melihat
Allah dan kita juga mengetahui bagaimana Allah melihat kita. Kita melihat diri
kita sebagaimana adanya. Pengalaman itu menyanggupkan kita untuk bersikap jujur
dengan Allah, memercayai kehendakNya dan menaati Dia.
Masalahnya adalah, bagaimana
kita dapat memahami kebenaran firman itu sehingga kita dapat hidup dipimpin
oleh firman. Ini yang seharusnya kita gumuli dalam keseharian kita saat kita
membaca dan merenungkan firman Tuhan.
Saudara, kita tidak bisa
menafsirkan firman Tuhan menurut maunya kita. Atau kita membaca hal-hal yang
menguntungkan bagi kita, sementara disisi yang lain kita mengabaikan firman
yang lain. Justru yang terpenting untuk kita sadari saat kita membaca firman
Tuhan adalah, apa yang Tuhan kehendaki untuk kita pahami dan lakukan, sehingga
kita tidak terjebak untuk menafsirkan firman Tuhan berdasarkan keinginan kita.
Untuk mencapai hal itu,
maka kita harus kembali kepada tujuan Allah dalam memberikan firman itu
sendiri, yaitu supaya kita dapat hidup berkenan kepadaNya.
Sidang jemaat yang kekasih
dalam Tuhan,
Dalam hubungannya dengan
kebenaran firman Tuhan ini, kita perlu mengetahui dua hal penting bagaimana
kita dapat hidup berkenan kepadaNya, sambil kita menantikan waktu perhentian
itu tiba:
1. Firman Allah hidup dan kuat.
Bapak/ ibu yang kekasih,
dikatakan “sebab
Firman Allah hidup dan kuat” (Ibrani 4:12). Saya percaya seluruh bagian
Alkitab menceritakan akan hal itu. Bahkan pemazmur sendiri berkata: “FirmanMu pelita
bagi kakiku, dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119:105). Artinya
tanpa firmanMu aku tidak bisa melangkah di hidupku. Tanpa firmanMu hidupku
bukanlah hidup yang berkenan kepadaNya.
Dalam hal inilah firman
Tuhan memiliki kekuatan yang memberikan kehidupan. Seperti yang terjadi pada Filipus saat
seorang malaikat mendorongnya menemui seorang sida-sida dari Etiopia yang
sedang mempelajari kitab suci. Firman Allah itu mendorong Filipus untuk
menginjili sida-sida itu dan pada akhirnya ia menjadi percaya (Kisah Para Rasul
8:26-40). Juga terhadap Saulus dalam perjalanannya ke Damsyik. Saat dia
merencanakan suatu perbuatan yang akan menyusahkan orang-orang Kristen di
Damsyik, Allah datang dan berbicara secara pribadi dengannya hingga ia menjadi
pribadi yang diubahkan (Kisah Para Rasul 9).
Atau seperti yang dialami
oleh orang-orang di Berea yang menyelidiki Kitab Suci setiap hari, dengan satu
maksud “untuk
mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.” Sehingga dikatakan
bahwa “banyak
diantara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit diantara
perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani” (Kisah para Rasul
17:11-12).
Dari contoh-contoh diatas
kita memahami, kalau kita menyadari dengan penuh apa yang diajarkan oleh
Alkitab maka firman Allah itu sudah menunjukkan betapa Dia kuat dan menjadi
hidup. Semua ritme kehidupan manusia menjadi tepat karena firman.
Mari kita lihat bagaimana
PL bisa sejajar dengan PB. Karena firman hidup, maka semua yang ada di PL
menjadi genap di dalam PB. Semua yang dinyatakan di dalam PL maupun dalam PB
nyata dalam kehidupan sekarang. Semua itu saudara tidak mungkin terjadi karena
kebetulan. Rasanya terlalu banyak kebetulan-kebetulan yang terjadi jika PL
dapat sejajar dengan PB. Saya sendiri percaya bahwa semua yang terjadi
sebenarnya telah diatur berdasarkan firmanNya. Disitulah kita melihat bagaimana
keunggulan firman itu.
Inilah yang menjadi
sesuatu yang penting dalam kehidupan orang percaya, sehingga setiap orang bisa
menjalani kehidupan berdasarkan pimpinan anugerah Allah. Mereka bisa kuat
karena belas kasihan Allah. Firman itulah yang menguatkan. Gambaran ini
menunjukkan kepada kita satu kekuatan yang luar biasa, yang tidak bisa dilawan.
Satu kebenaran yang begitu kuatnya, itulah firman Tuhan.
Tetapi ingat saudara, pada
Firman yang dikatakan oleh Alkitab, bahwa Firman yang kita dengar seharusnya
dapat dibuktikan dari bagian lain, firman yang kita baca seharusnya dapat diperkuat
oleh bagian lain, yang dilegalitas oleh bagian lain. Itulah yang dimaksud firman
menafsir firman.
Jadi persoalannya bukan karena
kata pendeta si A, bukan pula karena kata hamba Tuhan si B sehingga kita
menuruti firman Tuhan. Tetapi apa yang diajarkan oleh firman Allah kepada kita.
Kalau masalah klaim mengklaim firman Tuhan, siapa saja bisa ngomong bukan? Tetapi
pertanyaannya apakah klaim itu bisa dibuktikan oleh kebenaran firman Tuhan yang
lain atau tidak. Jangan-jangan hal itu telah dipelintir sehingga seolah-olah hal
itu menjadi suatu kebenaran. Faktanya tidak sedikit hamba-hamba Tuhan yang
seolah-olah memberitakan firman Tuhan, tetapi sebenarnya sedang memperbodoh banyak
jemaat.
Karena itu ingatlah saudara!
Firman Tuhan sendiri mengajarkan kepada kita: “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang
baik” (1 Tesalonika 5:21). Dengan
kata lain, Allah menuntut kita untuk dapat menyaring setiap informasi yang kita
terima berdasarkan kebenaran firman Tuhan. Sehingga firman Tuhan menjadi bagian
yang solid dalam kehidupan orang percaya. Dan orang percaya harus berjalan
disana untuk puji hormat nama Tuhan.
Setiap orang percaya harus
menggumuli seluruh bagian itu sehingga nama Tuhanlah yang ditinggikan, nama
Tuhanlah yang dimuliakan. Dan biarlah itu hidup di dalam hidup kita, ada dalam batin
kita, mewarnai kehidupan kita, sehingga kehidupan kita berkenan kepada Allah. Bersandarlah
pada firman, maka firman Tuhan akan sungguh-sungguh menghidupkanmu. Bersandarlah
pada firman karena firman itu akan menguatkanmu. Sehingga disanalah kita hidup,
dan disana kita bertahan, disana kita hidup dan dipimpin oleh kebenaran firman
itu.
Mengenali akan firman,
seharusnya menjadi kerinduan setiap kita. Bagaimana caranya, yaitu dengan
membaca dan merenungkan dan dengan mengerti firman itu dan melakukan
ketetapan-ketetapan firman Tuhan itu. Alangkah indahnya, dan luar biasanya jika
jemaat sekalian dapat hidup di dalam firman. Pastinya kita akan mengerti apa
yang menjadi pergumulan kehidupan orang percaya, di dalam melewati realitas
hidup yang tak mudah. Karena itu tidak ada alasan bagi orang percaya untuk
kalah dan menyerah terhadap persoalan hidup sepanjang dia bersandar kepada
kebenaran firman Tuhan, karena firman Tuhan yang hidup dan kuat itu akan menguatkan
setiap langkah hidup orang percaya.
Semoga kita ada disana,
kalau memang kita cinta firman Allah, kalau memang kita mengenal firman itu,
kalau memang kita hidup sesuai dengan firman itu. Jadi saudara firman Tuhan
adalah firman Tuhan yang hidup dan kuat.
Sungguh betapa dahsyat dan
hebat Firman Tuhan itu dan kuasa Firman ini sangat luar biasa. Tidak ada kuasa
lain di dunia ini yang dapat menandingi-Nya. Roh Iblis mana yang dapat
menghidupkan tulang-tulang yang sudah kering? Suatu demonstrasi kekuatan dan
kedahsyatan Roh Allah telah dinyatakan melalui perintah-Nya kepada Yehezkiel,
seperti ada tertulis: "Lalu firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah
mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang
kering, dengarlah firman Tuhan! Beginilah firman Tuhan Allah kepada
tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup
kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan dagingpadamu, aku
akan menutupi kamu dengan kulit dan memberi kamu nafas hidup, supaya kamu hidup
kembali. Dan kamu mengetahui bahwa Akulah TUHAN." (Yehezkiel 37:4-6).
Jadi bapak/ ibu yang
kekasih dalam Tuhan,
Selama masih ada waktu bagi
mereka yang menganggap remeh Firman Tuhan, bertobatlah! Sebab, tidak ada
penyesalan yang bisa dilakukan didepan, Penyesalan selalunya terjadi sesudah
segala sesuatunya terjadi. Jangan sampai kita menangis dalam kekekalan, dalam murka
Tuhan yang menyala-nyala, tetapi menangislah karena firman Tuhan telah menegormu
dan mengajakmu untuk kembali kepada jalan kebenaranNya.
2.
Firman Allah lebih tajam dari pedang bermata dua mana pun.
Sidang jemaat yang kekasih
dalam Tuhan,
Tahukah bapak/ ibu bahwa
di dunia ini ada suatu pisau yang sangat tajam, yang ditemukan oleh seseorang yang
bernama Bladesmith
Hoffman. Ia membuat pisau super tajam yang pernah ada dan diberi
nama The
Nesmuk. Pisau ini terbuat dari baja carbon, perak strelling, dengan
pegangan yang berbalutkan delapan berlian. Saudara pisau ini dipasaran dijual dengan
harga 31.000 EURO, atau setara dengan $43.118 atau kalau dikurskan ke dalam
rupiah, maka nilainya menjadi Rp. 603.652.000. Rasanya cukup untuk menutupi
kekurangan pembangunan pastori kita.
Nah kalau di kolong langit
ini ada pedang tajam, dikatakan bahwa pedang Allah lebih tajam. Karena itu ketika
dikatakan bahwa: “Firman
Allah… lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun” (Ibrani 4:12). Hal ini mau mengatakan bahwa pedang Allah mampu mampu
memotong dengan sangat tajam, yang menusuk dengan dalamnya dan tidak ada yang
bisa menahannya.
Bisa kita dibayangkan
saudara, kalau suatu pedang bermata dua, jika ia ditusukkan maka ia akan
membongkar sesuatu. Memang benar bahwa Firman Allah itu menguatkan seseorang,
firman Allah itu mampu menghidupkan. Tetapi disisi yang lain, firman Tuhan juga
mampu mengoreksi seluruh kehidupan manusia, membongkar seluruh kemunafikan, membongkar
seluruh kesalahan di dalam diri. Hal ini penting untuk kita pahami.
Jadi orang yang cinta
firman pastinya akan rela untuk dibongkar oleh firman Tuhan. Sehingga seluruh
kehidupannya menjadi kembali benar dan seturut dengan titah Tuhan. Masalahnya adalah
ada orang-orang yang munafik yang tidak rela dibaharui oleh firman Tuhan,
karena sebenarnya ia tidak pernah hidup sejalan dengan firman Tuhan dan tidak
pernah menjadi kekuatannya, sehingga ia gelisah kalau dikoreksi. Ia tersinggung
kalau ia tertegur. Ujung-ujungnya ia menjadi tidak suka dengan hamba Tuhan yang
menyampaikan kebenaran firman Tuhan.
Atau ada orang yang
berusaha menyembunyikan diri, sehingga ia memanipulasi hidup, pura-pura hidup
benar padahal bertentangan dengan hati nuraninya. Nah ini pun tetap
tertelanjangi sebab firman itu akan menghukummu, waktunya akan tiba. Jadi sebelum
kita berhadapan dengan firman hidup di hadapan tahta pengadilanNya kelak - pada
waktu Tuhan Yesus datang - marilah kita mengoreksi diri apakah hidup kita sudah
benar, hidup sesuai dengan kehendakNya.
Dengan demikian, kalau
dikatakan bahwa firman Tuhan itu membedah bagian-bagian dari kehidupan kita, maka
segala sesuatu akan terbuka di hadapan Tuhan, sehingga tidak ada satu bagian pun
yang dapat disembunyikan lagi. Semuanya menjadi terang benderang, maka siapa
kita, bagaimana kita hidup, semuanya tidak akan lagi tersembunyi di hadapan
Allah yang Mahakudus. Kita tidak bisa lari dari penghakiman Allah.
Firman Tuhan bagaikan
cermin yang dapat memperlihatkan noda-noda pada wajah seseorang, demikian juga Firman
Tuhan sanggup mengung-kapkan segala dosa yang terpendam dalam lubuk hati
manusia.
Ketajaman Firman Allah itu
membinasakan, dimana Ia memiliki kekuatan untuk memisahkan. Ia memotong
berkeping-keping apa yang harus dipotong berkeping-keping. Dan ia membawa
kepada kehidupan dalam kuasa yang menghidupkan apa yang harus dibawa kepada
kehidupan.
Firman Allah menembus kita
sampai ke dalam pikiran-pikiran kita, dalam hidup kita dengan menebang apa yang
harus ditebang dan memotong apa yang harus dipotong, seperti Agag yang
dipotong-potong oleh Samuel di hadapan Tuhan di Gilgal (1 Samuel 15:33). Dalam
hal ini, Firman Allah mempunyai daya tembus. Firman itu menembus begitu dalam
sehingga menghasilkan perbedaan antara jiwa dan roh.
Mengenai perbedaan ‘jiwa dan roh’ sebenarnya ungkapan ini diambil dari konteks
budaya Yunani waktu itu yang mengenal pembedaan antara tubuh, jiwa dan roh
(trikotomis). Dalam Bahasa Yunani kata “jiwa” memakai kata “psukhe”, jiwa adalah dasar
hidup. Semua yang hidup pastinya mempunyai jiwa. Itulah hidup badaniah.
Dalam Bahasa Yunani kata “roh”
memakai kata “pneuma”.
Ini adalah sesuatu yang memberi sifat khas kepada manusia. Dengan roh itulah
manusia berpikir, menalar, dan memandang Allah yang ada di seberang sana.
Namun, saudaraku
Pada dasarnya Allah
melihat manusia itu utuh, dalam satu kesatuan dan tidak dibedakan antara tubuh
(soma), jiwa (psukhe) dan roh (pneuma)
tetapi untuk menjelaskan sesuatu kadang pembedaan semacam itu memang
diperlukan. Kadang orang memahami jiwa sebagai bagian dari proses berpikir
kita, sedangkan roh adalah bagian dari manusia yang memampukan dirinya untuk
berkomunikasi dengan alam yang berdimensi ilahi (Yohanes 4:24).
Jadi jika dikatakan bahwa firman
Tuhan mampu memisahkan jiwa dari roh kita, seperti sumsum dari sendi-sendi.
Kita tahu sendi adalah potongan-potongan tulang, dan di dalam tulang-tulang ini
ada sumsum. Sumsum ini tersembunyi di dalam tulang, tetapi sama sekali berbeda
dengan tulang. Tulang itu seperti jiwa, dan roh itu seperti sumsum. Roh itu
tersembunyi di dalam jiwa, namun jiwa itu dapat dipisahkan dari roh.
Satu ayat yang sangat
penting dalam Perjanjian Baru adalah 1 Tesalonika 5:23, yang mengatakan: “Semoga Allah damai
sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu
terpelihara sempurna tanpa cacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Dengan kata lain, penulis
seolah-olah mau mengatakan: “Baik segi emosional maupun segi intelektual hidupmu harus
diserahkan untuk diselidiki dengan teliti oleh Allah.”
Jadi justru karena ‘jiwa dan roh’ itu sulit dibedakan, sama seperti kehidupan kita,
kadang-kadang antara ‘kebaikan’ dan
‘kejahatan’ juga menyatu dan sulit untuk kita lihat bedanya.
Tetapi, Firman Tuhan mampu membedakannya dan bahkan menyadarkan kita untuk meneliti
lebih dalam sehingga kita dapat membedakan “manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan
kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)
Jadi intinya adalah bahwa
Firman Allah telah datang kepada manusia dan merupakan sesuatu sedemikian rupa
sehingga tidak dapat diabaikan. Firman itu menerangi hidup kita dan tidak ada
yang tersembunyi. Ia mengingatkan kita, menegur kita dan membimbing kita.
Firman itu sanggup memisahkan yang baik dari yang jahat, bahkan hal-hal yang
kita anggap tak terpisahkan seperti ‘sumsum dan tulang’
atau ‘jiwa
dan roh’.
Namun, apapun itu,
sejujurnya saya sendiri mengalami kesulitan jika harus menarik garis yang tegas
antara ‘jiwa
dan roh’. Sebab bukan ini yang sebenarnya ingin ditekankan oleh
penulis Ibrani, tetapi penekanannya justru pada kuasa Firman yang luar biasa. Sehingga
hal yang sesulit apapun untuk dipisahkan, firman Tuhan sanggup memisahkannya.
Dengan pemahaman ini
penulis Ibrani seolah-olah ingin mengatakan bahwa Firman Allah menguji
kehidupan duniawi manusia dan keberadaan rohaninya. Ia mengatakan bahwa Firman
Allah menyelidiki keinginan dan kehendak manusia dengan teliti. Keinginan adalah
segi emosional dari manusia, dan kehendak adalah segi intelektualnya.
Nah, dalam hal ini, amat
diharapkan respon setiap orang percaya untuk selalu bertobat, mengaku dosa dan
membaharui dirinya setiap hari. Jangan ada dosa yang disembunyikan karena semua
itu terbuka di hadapan Tuhan, yang digambarkan seperti orang yang telanjang.
Orang yang merespon karya Firman dengan pembaharuan dirinya ‘tidak akan
ditinggalkan’ (diselamatkan)
tetapi orang yang mengeraskan hatinya, tidak mau bertobat, masih menyembunyikan
dosa, maka penulis surat Ibrani mengingatkan agar ia dapat segera membaharui
dirinya sebelum segala sesuatunya terlambat. Sebab tanpa pembaharuan dan
pertobatan, sangat mungkin ia akan menjadi kelompok ‘yang
ketinggalan’ (ayat 1).
Dengan demikian bapak/ ibu
yang kekasih,
Kalau kita membaca Firman
Tuhan yang tajam itu, yang menelanjangi kita itu, yang memisahkan kebaikan dan
kejahatan kita itu, dan Firman itu berbicara kepada kita, segeralah meresponnya
dengan pertobatan dan pembaharuan diri.
Ini menjadi sesuatu yang
penting bagi kita. Sebab firman itu akan membongkar seluruh kehidupan kita
sehingga tidak ada lagi yang tersembunyi. Karena itu jika kita berpikir kita
bisa memanipulasi firman Tuhan untuk kepentingan diri, atau kita berlaku cuek
terhadap kebenaran firman Tuhan, masih bisakah kita selamat? Mungkin kita masih
merasa dapat kucing-kucingan dengan kebenaran Allah, tetapi jangan lupa, pada
saatnya nanti Tuhan akan menghadang kita dan meminta pertanggungjawaban.
Inilah pergumulann kita,
inilah perjuangan hidup kita, bagaimana kita menjalankan peran kita di bawah
penaklukan firman Tuhan. Karena itu ingatlah bahwa firman Allah itu hidup dan
kuat. Kita tidak akan bisa kuat kalau bukan firman Tuhan. Kita tidak bisa hidup
kalau bukan karena firman.
Firman Tuhan itu adalah
firman yang tajam. Ia akan menghantam kita, memotong-motong seluruh kehidupan
kita, sehingga hidup kita akan menjadi bersih dan terbuka secara nyata
dihadapan Allah. Karena itu cintailah firman itu. Hiduplah dalam firman Tuhan
itu.
Hari ini, banyak orang
Kristen menjadi gagal dalam mengiring Tuhan, diantaranya karena menganggap
remeh Firman Tuhan. Mereka menganggap diri sudah pintar jadi tidak perlu lagi membaca
Alkitab. Mereka menganggap diri sudah dewasa rohani sehingga tidak perlu lagi
ke gereja.
Terlebih lagi, Firman
Tuhan hanya dijadikan sebagai buku bacaan biasa atau novel, bahkan ada yang
menganggap Firman Tuhan adalah sebuah cerita yang sudah usang atau kuno. Karenanya
jangan heran walaupun seseorang sudah bertahun-tahun menjadi orang Kristen,
tetapi apabila dalam hidup ke-Kristen-annya tidak sungguh-sungguh dan
menganggap remeh Firman Tuhan, maka hidupnya dapat dipastikan tidak akan pernah
berhasil. Apabila kita menganggap remeh Firman Tuhan, itu berarti kita juga
menganggap remeh Tuhan sendiri.
Bapak/ ibu yang kekasih
dalam Tuhan.
Kermit Eby menulis dalam buku
“Allah di
dalam dirimu” demikian: “Pada suatu ketika seseorang harus berhenti melarikan
diri dari dirinya sendiri dan dari Allahnya – kemungkinan karena memang tidak
ada tempat lain lagi yang dapat ditujunya.” Saatnya akan tiba bagi
setiap orang untuk berjumpa dengan Allah dan di hadapan mataNya tidak ada suatu
pun yang dapat disembunyikan.
Jadi jika hari ini kita
mengerti bahwa tidak ada sesuatu yang dapat kita sembunyikan di hadapan Tuhan,
maka tidak ada jalan lain bagi kita selain kita menundukkan diri kita dihadapan
Tuhan. Kita memulai kembali satu komitmen untuk mengiring Tuhan dengan
sungguh-sungguh sampai apabila waktunya telah tiba, kita dapat mempertanggung
jawabkan kehidupan kita dihadapan Tuhan. Amin.