KEKUATIRAN MEMBUAT ORANG LEBIH
CEPAT TUA
Amsal 12:25
Kaum muda yang saya kasihi,
Hal apa yang biasanya membuat kalian merasa kuatir
dalam hidup? Penyebabnya bisa macam-macam bukan? Bisa karena hal-hal yang
sepele yang terjadi dalam kehidupan kita. Bisa juga karena sesuatu yang tidak
terduga dan membuat kita menjadi panik dan gelisah.
Kenyataannya seseorang yang
kuatir biasanya ketia ia berada dalam keadaan takut, cemas, gelisah dan tidak
tenang, yang ditimbulkan oleh situasi yang bermasalah, baik itu yang dibayangkan,
diangan-angankan maupun yang tampak secara nyata.
Saudara,
Ada dua orang pelancong asal Swiss yang melakukan
pendakian di sebuah gunung. Saat pulang, mereka terpaksa menumpang sebuah mobil
usang. Namanya juga mobil tua, tidak heran jika mobil itu berjalan tersendat-sendat
karena mesin tuanya.
Melihat kondisi ini, sepanjang jalan pelancong pertama
nampak sangat cemas dengan kondisi mobil yang ditumpanginya. Ia kuatir kalau-kalau
mobil itu mogok di tengah jalan.
Ia juga kuatir bagaimana kalau ditengah jalan bensinnya habis & tidak menemukan pom bensin di sana.
Ia juga kuatir bagaimana kalau ditengah jalan bensinnya habis & tidak menemukan pom bensin di sana.
Namun tidak demikian yang terjadi dengan pelancong
kedua. Ia tampak santai-santai saja. Bahkan ia begitu menikmati pemandangan
indah yang menghiasi bukit-bukit di negeri cokelat itu. Bukit-bukit yang
pucuknya dihiasi salju putih. Beberapa kali tampak ia mengabadikan keindahan
itu dengan kamera sakunya.
Setelah satu jam berlalu, akhirnya mobil tua itupun
tiba di kota yang dituju. Maka pelancong pertama itu bertanya kepada rekannya: “mengapa kamu masih
sempat, mengabadikan gambar pemandangan itu? Apa kamu tidak cemas?,” tanya pelancong pertama.
“Apa yang perlu
dicemaskan. Seandainya ada masalah, pasti ada jalan keluarnya. Nyatanya aku
suka dengan perjalanan tadi,” kata pelancong kedua.
Saudara,
Kisah di atas menolong kita untuk memahami bagaimana
kekuatiran seringkali menjadikan kita kehilangan banyak hal yang berharga.
Banyak orang hidup dalam kekuatiran & kecemasan akan hal-hal yang belum
terjadi. Yang pada akhirnya menjadikan mereka tidak bisa menikmati kehidupan
dengan lebih baik.
Rekan-rekan muda yang kekasih,
Kalau kita melihat arti kata “kuatir” secara
terminologi, maka itu berarti “rasa takut tentang sesuatu hal yang belum pasti
terjadi; merasa cemas; atau merasa gelisah”.
Kata
“kuatir” atau “cemas” di ayat 25 ini adalah sebuah kata yang tidak umum dan
hanya dipakai tiga kali dalam bentuk kata benda dan enam kali sebagai kata
kerja dalam Perjanjian Lama. Kata ini mengandung arti “susah” dan “takut” yang dapat
merugikan rasa damai dan kesehatan fisik seseorang. “Susah” dalam arti
bahwa ia merasa tidak mungkin sanggup untuk melewati persoalan hidup. Dan “Takut” dalam pengertian tidak ada
keberanian untuk bisa melangkah ke masa depan.
Saudara,
Pertanyaannya
mengapa manusia seringkali diliputi perasaan kuatir? Bukankah kuatir adalah hal
yang manusiawi dialami seseorang?
Kekuatiran hadir pertama kali dalam kehidupan manusia
sebagai akibat dari dosa. Kekuatiran merupakan dampak dari kejatuhan manusia
pertama (Adam dan Hawa) dalam dosa. Sejak manusia pertama jatuh dalam dosa, mereka
kehilangan damai sejahtera. Mereka kini menjadi curiga dengan semua kenyataan.
Hal yang semula dijalani dengan sangat optimis karena Allah telah memberikan
tugas mulia untuk memelihara ciptaan Allah yang lain, kini karena dosa mereka
menjadi pesimis dengan keadaan.
Dan akibat dari kejatuhan itu, dosa telah menjalar
kepada semua manusia dan menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia:
termasuk rasio, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara
menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1 Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus
1:15).
Sebagaimana dosa bersifat universal, maka kekuatiran
juga bersifat universal. Artinya, tidak ada seorang pun manusia yang tidak
pernah mengalami kekuatiran. Setiap orang pernah merasa kuatir tentang sesuatu hal.
Mulai
dari orang dewasa hingga kepada anak-anak. Bukan saja mereka yang hidup
diperkotaan besar, tetapi juga mereka yang hidup diperkampungan. Penyebabnya
bisa macam-macam, bisa karena faktor ekonomi keluarga, studi, karena masalah
pasangan hidup atau karena masa depannya.
Kenyataannya, manusia selalu diserang oleh kekuatiran
dan tekanan-tekanan hidup yang dapat memperburuk keadaannya. Masa kini
para dokter mulai menganalisa pengaruh buruk ketegangan pada tubuh manusia. Dan
faktanya kekuatiran yang dialami seseorang akan memicu terjadinya berbagai penyakit, diantaranya darah tinggi, jantung, rematik,
pilek, kelenjar gondok, migran, maag, dan buta. Terakhir, yang paling berbahaya
kekuatiran berlebihan dan tidak mau dilepaskan ialah cepatnya manusia dipanggil
oleh Tuhan atau kematian. Demikianlah pendapat DR. Edward Podolsky seorang
dosen dan penulis buku: “Stop worrying
and Get Well”
Selain itu saudara, banyak orang yang kuatir menderita
kesulitan-kesulitan jasmani seperti: gugup, tidak bisa tidur, gelisah, sakit kepala, sulit
bernafas, keringat berlebihan, dan sebagainya.
Masalahnya adalah karena ketidakmampuannya melepaskan
diri dari kekuatiran dapat membawa seseorang kepada keadaan yang lebih serius
seperti stres,
depresi dan gangguan mental lainnya, bahkan bunuh diri. Itu sebabnya, Kitab Amsal
mengungkapkan kebenaran yang sama mengenai kekuatiran. Bahwa “Kekhawatiran dalam hati membungkukkan orang,
tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia” (Amsal 12:25).
Artinya
saudara, kekuatiran tidak saja mampu membungkukkan orang, sehingga ia terlihat
lemas dengan dahinya yang mengerut, tetapi juga kekuatiran dapat membunuh
orang. DR. Alexix Caroll mengatakan begini: "Bussinesmen who don’t know to fight worry
die young". Maksudnya: "Para
pengusaha yang tidak tahu mengalahkan kekuatiran, akan mati muda".
Menyadari
bahwa kekuatiran bukan saja membuat kita cepat tua, tetapi juga dapat membunuh
kita. Maka hal yang penting untuk kita lakukan adalah menjaga hati dan pikiran
kita dengan baik. Sebab demikianlah firman Tuhan berkata dalam Amsal 17:22 bahwa: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur,
tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang"
Hal itu
berarti saudara, bahwa apa yang ada dalam hati kita sejatinya sangat menentukan
kesehatan kita dan bahkan hidup kita.
Apalagi
banyak informasi dari berbagai media tentang keadaan yang semakin
memprihatinkan seperti konflik antar negara yang tidak kunjung usai, bencana
alam, wabah penyakit dan juga krisis global yang sedang dialami oleh bangsa
kita. Maka sangatlah manusiawi jika semua orang semakin kuatir dalam menjalani
hidup ini.
Sebenarnya
perasan kuatir itu muncul bukan akibat besar kecilnya masalah atau tantangan
yang dihadapi, melainkan ketika orang cenderung mengandalkan kekuatan diri
sendiri.
Kekuatiran
itu sendiri merupakan kegagalan seseorang dalam menghadapi tantangan sebelum
melakukan peperangan. Masalahnya rasa kuatir itu tidak hanya dialami orang
dunia saja, orang-orang Kristen pun mengalami hal yang sama, yang seolah-olah
tidak ada lagi pengharapan dalam hidupnya.
Padahal
dengan jelas Firman Tuhan menyatakan kepada kita bahwa Tuhan menjamin masa
depan anak-anakNya yang senantiasa bersandar dan berharap kepada Dia, Dia
berkata: “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan
hilang.” (Amsal 23:18).
Benar saudara,
masa depan kita akan dipelihara oleh Tuhan jika kita belajar bergantung kepadaNya.
Allah justru menghendaki anak-anakNya untuk memiliki sikap optimismis dalam
hidupnya. Tentunya bukan karena kekuatannya sendiri, tetapi karena tangan Tuhan
yang besar yang siap menolong hidupnya.
Jika Allah
tahu segala sesuatu yang diciptakanNya, pastinya Allah tahu apa yang ada di
dalam setiap hati dan pergumulan hidup kita. Jika demikian, perlukah kita masih
kuatir akan dunia ini? Pastinya tidak bukan!
Justru yang
harus kita pahami adalah, kekuatiran merupakan celah dalam kehidupan kita yang
memberikan kesempatan kepada Iblis untuk menggagalkan dan menghancurkan kita.
Di tengah
dunia yang makin sulit dan penuh tantangan ini kita harus makin sungguh-sungguh
melekat pada Tuhan dan tekun tinggal dalam Dia. Jadi, “Serahkanlah segala kekuatir-anmu kepada-Nya, sebab Ia yang
memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7).
Kristus memerintahkan agar kita tidak perlu kuatir
tentang hidup kita, tentang apa yang kita makan minum dan pakai, serta tidak
perlu kuatir tentang masa depan kita.
Ringkasnya, kekuatiran tidak membantu kesulitan esok
hari, tetapi benar-benar merusak kebahagiaan hari ini. Hal ini senada dengan
ungkapan Leo Buscaglia, seorang motivator terkenal dari
Amerika, ia berkata, "Kekuatiran tak akan melenyapkan kesedihan esok, tetapi
akan menghilangkan kegembiraan hari ini."
Maksudnya adalah semakin kita kuatir semakin sulit dan
berat kehidupan yang kita jalani. Karena itu jangan biarkan kekuatiran
mengarahkan hidup kita semakin menjauh dari Tuhan. Faktanya, sehari penuh
kekuatiran lebih melelahkan ketimbang sehari penuh bekerja. Kekuatiran akan
hidup dan masa depan adalah pemborosan masa sekarang. Jika kita tidak dapat
menghindar dari rasa kuatir, ingatlah kuatir juga tidak akan pernah membantu
kita untuk lepas dari masalah terlebih mengarahkan kita ke masa depan.
Dengan demikian, yang perlu kita ketahui adalah kita
harus kembali kepada apa yang Tuhan ingin nyatakan dalam kehidupan kita. Dan
kehendak Tuhan bagi kita adalah kita mampu menikmati segala anugerah Tuhan dalam
kehidupan kita itu dengan penuh ucapan syukur.
Ingatlah saudara, bahwa jam kehidupan kita hanya berputar
sekali. Di dalamnya pastinya ada menit-menit yang harus kita lalui dengan
MANIS, ada pula menit yang harus di lalui dengan PAHIT. Namun yang terpenting
bagi kita adalah jalanilah setiap detik dengan penuh kesadaran bahwa Tuhan
selalu beserta dengan kita. Kiranya Tuhan menolong kita melewati setiap
persoalan yang kita hadapi dalam hidup ini. Amin.