KARUNIA ITU ANUGERAH TUHAN BAGI ORANG PERCAYA
1 Korintus 12:1-6
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Bulan september ini kita mempelajari tentang
karunia-karunia rohani. Sebuah tema yang hingga hari ini menjadi kontroversi
dikalangan gereja-gereja masa kini. Yang mungkin bagi sebagian dari kita, hal
ini merupakan sebuah pengajaran yang sulit untuk kita mengerti. Kita pastinya
butuh waktu yang sangat panjang untuk mengupas satu demi satu pengajaran
tentang karunia-karunia rohani ini. Terlebih lagi ada begitu banyak pengertian
atau interpretasi yang berkembang di kalangan
denominasi
yang ada.
Tetapi disisi yang lain, gereja juga memiliki tanggung
jawab yang serius untuk memberikan pengajaran yang sehat mengenai hal ini. Karena
itu bapak/ ibu yang kekasih, sebagai hamba Tuhan saya mau mengingatkan kita
sekalian, untuk tidak melewatkan minggu demi minggu dalam Kebaktian kita,
supaya kita tidak ketinggalan akan pengajaran karunia-karunia rohani ini, dan supaya
kita memiliki pemahaman yang sama, satu pemahaman yang utuh mengenai
karunia-karunia rohani.
Bapak/ ibu yang kekasih dalam Tuhan,
Kalau kita perhatikan pasal-pasal yang ada, dimulai dari
pasal 11-15, kita mendapati bahwa Paulus seperti sedang memberikan satu
pengajaran penting tentang iman Kristen. Saudara, kita memang mengakui bahwa iman
kepada Yesus Kristus adalah anugerah dari Tuhan dan iman itu sendiri muncul
dari pendengaran akan firman Kristus (Roma 10:17). Namun saudara, dalam mempraktekkan
iman dalam kehidupan sehari-hari seringkali bisa menimbulkan masalah baru. Sebab
masing-masing mengembangkan iman berdasarkan interpretasinya. Sehingga
menimbulkan perdebatan yang berujung pada perselisihan. Hal inilah yang
dirasakan oleh Paulus terhadap jemaat yang ada di Korintus.
Saudara, memang tidak dapat disangkali, bahwa di awal
pertumbuhan gereja, secara khusus dalam jemaat di Korintus, Paulus melihat adanya
satu indikasi yang akan terjadi kekacauan dalam jemaat. Sebuah kekacauan mengenai
pemahaman bagaimana mengaplikasikan iman ke dalam berbagai aspek kehidupan.
Sebut saja tentang peran laki-laki dan perempuan, Paulus
melihat dalam jemaat sudah tidak lagi memperhatikan nilai kesopanan yang
mencerminkan identitas laki-laki dan perempuan. Karenanya perlu ada suatu tanda
yang membedakan hakekat laki-laki dari perempuan. Demikian pula sebaliknya.
Dalam perikop berikutnya Paulus berbicara tentang penyalahgunaan
Perjamuan Tuhan, dimana mereka dengan secara tidak hormat dan penuh dengan
ambisi melakukan suatu jamuan yang pada akhirnya menghilangkan esensi dari
perjamuan Tuhan tersebut.
Dan yang hari ini bapak ibu yang kekasih, kita bahas soal
karunia-karunia rohani, suatu karunia yang berikan Allah secara khusus kepada
orang yang percaya kepadaNya.
Karena itu bapak/ ibu yang kekasih,
Saat Paulus menuliskan bagian dari pasal 12 ini, Paulus sepertinya
berusaha memulai babak baru dengan membicarakan topik tentang karunia-karunia
rohani.
Saudara, apa yang muncul dalam benak kita, saat kita
mendengar kata “karunia-karunia
Roh Kudus?” Mungkin banyak dari kita yang hadir saat ini langsung mengaitkannya
dengan karunia bahasa lidah. Pertanyaannya
apakah karunia Roh Kudus pasti identik dengan karunia bahasa
lidah? Bagi saya, itu adalah kesimpulan yang terlalu gegabah, karena Alkitab memang TIDAK pernah mengidentikkannya.
Lagi pula ada begitu banyak karunia-karunia yang Allah
nyatakan dalam kehidupan orang percaya, yang akan dikhotbahkan dalam
minggu-minggu di depan. Tetapi yang jelas, semua itu dikerjakan oleh Allah yang
sama, yaitu oleh Allah yang kita sembah di dalam Tuhan kita Yesus Kristus (ayat
6).
Inilah kunci pokoknya! Yaitu “supaya
kamu mengetahui kebenarannya” (Ayat 1). Dengan kata lain saudara, Paulus
menginginkan “supaya
setiap pembacanya, supaya kita yang hadir disini dapat mengerti dengan jelas
apa yang ingin Allah nyatakan tentang karunia”.
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Firman Tuhan menegaskan kepada kita bahwa sebelum kita
mengenal Allah, tanpa kita sadari, kita membiarkan pikiran dan iman kita
diseret kepada berhala-berhala yang bisu. Kepada mitos-mitos, kepada
dongeng-dongeng, kepada tahyul-tahyul, kepada pengajaran-pengajaran yang
sebetulnya tidak memiliki dasar yang benar. Namun semuanya itu diajarkan begitu
rupa seolah-olah itu adalah suatu kebenaran yang harus kita pelajari.
Berapa banyak sepanjang kehidupan kita dipengaruhi oleh
filsafat-filsafat dunia? Kenyataannya saudara, hampir sepertiga kehidupan kita,
dipengaruhi oleh filsafat-filsafat dunia. Oleh pengajaran-pengajaran nenek
moyang. Dan Inilah juga yang terjadi pada jemaat di Korintus.
Bapak/ ibu yang kekasih,
Sebagian besar orang-orang percaya di Korintus adalah
mereka yang hidup dalam latar belakang Yunani. Kehidupan mereka lebih banyak
dipengaruhi oleh moralitas dan spiritual yang dibangun di bawah pemahaman
bangsa Yunani. Akibatnya kehidupan moralitas mereka sangat rendah.
Karena kebanyakan dari mereka berasal dari bangsa yang
tidak mengenal Allah. Mereka lebih menyembah kepada berhala-berhala yang bisu. Sebuah
gambaran tentang berhala-berhala yang merujuk kepada sebuah benda yang berupa batu,
kayu dan logam yang bisu. Masalahnya para penyembahnya seringkali tidak bisu. Sehingga
mereka secara terang-terangan mengajarkan kepada generasi ke generasi. Kepada
setiap keturunan ke keturunan, suatu pandangan hidup.
Saudara, penyembahan berhala ini bukanlah suatu khayalan
yang tidak membahayakan, ini adalah bukti dari penyesatan kuasa roh-roh jahat
yang berusaha memutarbalikkan kebenaran, dan merampas jiwa-jiwa dari Tuhan.
Kenyataan ini jangan pernah dianggap remeh, atau kita
sepelekan. Inilah realita kehidupan yang kita temui. Dan sekaligus menjadi PR
besar umat Kristiani hingga saat ini. Dimana secara sadar atau tidak sebenarnya
roh-roh dunia sedang berusaha menyeret seseorang kepada mereka. Mereka ditarik
kepada berhala-berhala yang bisu yang juga telah memanipulasi
pengalaman-pengalaman hingga menghasilkan tanda adikodrati.
Lagi pula agama-agama di luar kekristenan adalah agama
yang dibentuk oleh orang-orang yang serius menemukan Tuhan. Walaupun
kenyataannya mereka tidak pernah mencapai Allah yang benar. Hal ini semua
disebabkan karena ketidaktahuan mereka akan kebenaran.
Tetapi
sejak Yesus datang, hanya Dia yang mengatakan berani mengatakan bahwa: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”
(Yohanes 14:6).
Dari sinilah kita melihat saudara, pentingnya sebuah
anugerah. Kekristenan adalah anugerah karena inisiatifnya dimulai dari Allah.
Anugerah itu bernilai dan sangat dibutuhkan. Anugerah itu berarti pemberian
dari pihak yang lebih tinggi derajatnya kepada mereka yang ada dibawahnya.
Atau dari atasan kepada bawahan. Tidak mungkin seorang
pegawai berkata kepada tuannya, “pak saya berikan ini sebagai anugerah bagi bapak.”
Yang masuk akan adalah sebaliknya. Jadi anugerah itu harus dihargai.
Bagaimanakah kita menghargai anugerah itu? Apakah dengan
menari-nari, berjingkrak-jingkrak secara tidak tertib? Bukan! tetapi Anugerah
Tuhan harus kita jalani dengan penuh tanggung jawab, di dalamnya ada semacam kewajiban
yang harus kita penuhi.
Anugerah itu berarti pemberian tanpa memandang kelayakan
dari si penerima. Dari kalimat ini sebenarnya sudah jelas mengindikasikan bahwa
kita menerima kasih karunia bukan berarti punya sesuatu, atau karena sesuatu.
Karena itu Paulus berusaha mengembalikan pemahaman mereka
kepada sebuah kebenaran yang sesungguhnya bahwa ada hal yang membedakan antara
pengalaman-pengalaman supranatural yang bekerja pada dunia dengan
pengalaman-pengalaman yang dikerjakan oleh kuasa Tuhan. Intinya bukan bagaimana
seseorang itu berbicara, melainkan apa yang dikatakannya, yang memperlihatkan
apakah seseorang dipimpin oleh Roh Kudus Allah, dan pastinya memuliakan Kristus
(Yohanes 16:14), untuk memimpin orang untuk melakukan pengakuan iman kepadaNya.
Bukti inilah yang mau ditegaskan Paulus kepada para pembacanya bahwa “aku mau dengan
sungguh-sungguh meyakinkan kamu.”
Sidang jemaat yang kekasih dalam Tuhan,
Lagi pula dikatakan “tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah,
dapat berkata: “Terkutuklah Yesus!” dan tidak ada seorang pun, yang dapat
mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus (ayat 3).
Maksudnya adalah tidak seorang pun yang dapat membuat
pengakuan Kristen ini selain oleh dan dalam Roh Kudus. Dalam hal ini saudara,
kita patut mengakui bahwa Tuhan Yesuslah sumber yang mengaruniakan Roh Kudus
kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Sama seperti hanya ada satu Roh
yang memimpin pada pengakuan akan satu iman kepada satu Tuhan, demikian pula
hanya ada satu tubuh orang percaya yang menerima berbagai karunia dari Allah
yang satu. Dengan demikian, semua karunia, meskipun sifatnya berbeda-beda,
namun berasal dari satu Roh. Dan Roh Kudus sendiri adalah
Karunia di atas segala karunia untuk semua orang percaya.
Sidang jemaat yang kekasih,
Untuk mengerti apa itu karunia kita perlu memahami
definisinya terlebih dahulu. Kata “Karunia”. Dalam bahasa Yunani: Kharisma (tunggal), Kharismata
(jamak) berasal dari kata: Kharis, yang artinya: Anugerah. Kharisma adalah pemberian/ anugerah pada orang percaya yang berasal
dari Allah sendiri. Dengan demikian Karunia-karunia
Rohani
berarti suatu pemberian dari Allah kepada orang-orang percaya yang berguna untuk pembangunan
tubuh Kristus.
Karunia-karunia
rohani ini adalah
kemampuan-kemampuan khusus,
yang tidak sama dengan talenta atau bakat.
Sebagai
contoh, ada yang dapat menyanyi atau belajar memainkan sebuah alat musik dengan
baik, ada yang pandai melukis gambar yang indah atau mengukir bentuk-bentuk
dari kayu, dan lain-lainnya. Tuhan memberikan kemampuan-kemampuan ini, tetapi itu
bukanlah karunia rohani. Walaupun demikian, ketika kemampuan alamiah ini
dipersembahkan kepada Tuhan untuk kepentingan-Nya, kemampuan itu dapat menjadi
suatu cara untuk mengekspresikan sebuah karunia rohani.
Lalu,
timbul pertanyaan, apakah karunia-karunia rohani identik dengan bakat
seseorang? Mungkinkah seorang yang dari lahir berbakat mengajar kemudian
setelah lahir baru, ia memiliki karunia mengajar? Saudara, Alkitab tidak membicarakan hal tersebut
secara mendetail.
Namun demikian, kita bisa menjawabnya: YA dan TIDAK terhadap pertanyaan di atas.
Tetapi jika dilihat dari esensinya, karunia rohani dan bakat adalah dua hal
berbeda baik dari sumber, sifat, maupun tujuan.
Saudara perhatian apa yang ada pada BAKAT:
· Sumber:
Hasil genetika atau latihan
· Saat
Pemberian: Diberikan sejak kelahiran alami
· Sifat:
Kemampuan alami
· Pengunanya: orang percaya atau tidak
· Tujuan:
Pengajaran, hiburan, inspirasi dalam tingkat alami
· Hasilnya: Untuk kepuasan diri
Sedangkan pada KARUNIA:
· Sumber:
Rahmat istimewa dari Roh
· Saat
Pemberian: Diberikan sejak kelahiran baru
· Sifat:
Anugerah rohani
· Penggunanya: Orang percaya
· Tujuan:
Pertumbuhan rohani orang-orang kudus; pelayanan Kristen
· Hasilnya: Untuk kemuliaan nama Tuhan
Jadi meskipun bakat dan karunia adalah dua hal
berbeda, namun Roh Kudus bisa saja memakai bakat alami seorang percaya untuk
melayani Tuhan melalui karunia yang Roh Kudus berikan (tambahan). Namun, meskipun Roh Kudus
bisa memakai bakat alami seseorang untuk melayani-Nya melalui karunia rohani
yang ditambahkan, perlu diingat bahwa semua karunia rohani dan bakat alami yang
ada pada seseorang hendaklah dipakai untuk memuliakan Allah, bukan untuk
memuliakan diri.
Jadi saudara, walaupun seseorang sering
dapat mengembangkan talentanya dan kemudian mengarahkan profesi atau hobinya
seturut dengan talenta tsb., Sedangkan
karunia rohani
diberikan oleh Roh Kudus untuk membangun gereja Kristus. Dalam hal ini semua
orang Kristen memiliki peranan aktif dalam memajukan pekerjaan Tuhan ini. Inilah tanggung jawab kita
dalam memenuhi tugas panggilan kita kepada Tuhan.
Karena itu Efesus
4:12 menjelaskan kepada kita bahwa semua
karunia
ini diberikan: “untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan
tubuh Kristus.”
Jika demikian, ini berarti bahwa karunia-karunia
Roh tidak dapat diwariskan pada orang lain. Karunia-karunia Roh juga tidak dapat menjadi ukuran bagi iman orang Kristen itu sendiri, atau untuk
menyombongkan diri, bahkan menambah
gengsi pribadi.
Sidang jemaat yang kekasih,
Dikatakan bahwa karunia-karunia rohani
adalah pemberian Tuhan. Artinya, karunia-karunia rohani ini tidak diperoleh karena suatu pekerjaan yang baik, atau karena punya talenta atau
kemampuan-kemampuan secara alamiah.
Karunia rohani merupakan pemberian dari Tuhan, oleh sebab itu tidak mungkin
seseorang mendapatkannya melalui kerja keras, memperolehnya karena layak atau mempelajarinya dari
buku-buku.
Karunia
rohani diberikan adalah
semata-mata untuk
memuliakan Kristus dan membangun gereja-Nya. Karunia-karunia rohani harus digunakan
untuk pelayanan di dunia ini. Karunia-karunia tersebut diberikan untuk
memuliakan Kristus dan menolong gerejaNya untuk bertumbuh.
Dari sini kita melihat bagaimana Allah bertujuan mulia
memberikan karunia-karunia ini kepada setiap orang percaya. Tujuannya tidak
lain adalah supaya jemaat dapat saling membangun dan memperlengkapi sebagai
anggota tubuh Kristus, sehingga Allah saja yang dipermuliakan. Sebab pada
dasarnya Dialah yang berkarya melalui kita (1 Korintus 12:6-7; 14:12).
Dengan demikian, bapak ibu yang kekasih,
Pemberian kuasa Roh Kudus bukanlah untuk memuliakan diri atau menyatakan
keunggulan hidup rohani seseorang
dari yang lain. Kuasa Roh Kudus adalah “karunia,” yang
diberikan dan bekerja di dalam diri orang percaya atas kedaulatan dan kehendak
Tuhan bukan berdasarkan keinginan kita (ay.11).
Dari sini kita mengerti bahwa Tuhan
tidak akan memberikan karunia-karunia Roh jika tidak berdampak baik secara
signifikan bagi pertumbuhan gereja-Nya, khususnya dalam pertumbuhan kedewasaan
rohani. Dalam hal ini harus dipahami bahwa karunia-karunia Roh adalah diberikan sesuai dengan kebutuhan gereja
pada masanya.
Dengan
demikian sebagai orang percaya seharusnya kita berusaha mengerti apa rencana Allah bagi kita, bagi gerejaNya di setiap masa,
supaya kita tidak terjebak dalam salah satu karunia Roh saja. Sebab ketika seseorang terjebak dalam menekankan
hanya salah satu karunia Roh yang tidak bertalian dengan pendewasaan rohani,
maka yang muncul adalah kesombongan rohani dan penekanan kepada hal-hal yang
bersifat minor.
Yang berikutnya bapak/ ibu yang kekasih,
Perlu
kita ketahui,
bahwa kualitas rohani tidak dapat
diukur dari kuasa atau karunia-karunia Roh yang ada pada
seseorang, kualitas hidup rohani hanya
dapat diukur dari buah Roh Kudus atau karakter Kristus
yang ada pada diri seseorang.
Lagi pula kedudukan
karunia sama di mata Tuhan, walaupun ada berbagai macam karunia, namun semuanya berguna dan penting, karena memiliki
fungsinya sendiri.
Paulus
mengibaratkan seperti anggota-anggota tubuh kita. Yang walaupun berbeda-beda
namun harus bekerja sama, bersatu secara harmonis supaya menjadi baik dan
mencapai tujuan (1 Korintus
12: 7, 12–26).
Hari ini, banyak orang-orang yang mengaku beriman tetapi
menjalani hidup tidak dengan iman. Hari ini banyak orang mengaku mengerjakan
pekerjaan gereja tetapi melakukannya tanpa meminta hikmat dari Tuhan. Hari ini,
banyak gereja-gereja berdiri dan bertumbuh dari sebuah gengsi pribadi
orang-orang yang mengelolanya. Sehingga pada akhirnya gereja ribut soal pribadi
yang satu dengan yang lain, karena merasa tidak terpuaskan oleh suatu
pelayanan. Saudara, bukan ini yang Tuhan mau dari kita. Yang Tuhan mau adalah
kita dapat sungguh-sungguh mampu meresponi karunia yang telah diberikan Bapa
kepada kita.
Tinggal bagaimana respon kita dalam menerima
karunia-karunia yang kita dapatkan dari Tuhan. Rasanya tidak ada satu orang
percaya pun yang tidak mendapatkan karunia Rohani. Jadi tidak ada alasan bagi
kita untuk tidak mau bekerja bagi Tuhan dalam arah membangun gerejaNya.
Justru yang Allah minta dari kita adalah kita dapat saling
menghargai karunia yang dimiliki oleh setiap orang dan mendorongnya untuk
semakin berkembang secara maksimal. Jangan pernah kita mengkritik habis-habisan
dan membungkam karunia yang dimiliki oleh sesama (1 Korintus 12:25–26). Sementara kita sendiri tidak mau bergerak untuk mencapai
pertumbuhan bersama. Hari ini ada banyak gereja-gereja Tuhan yang terlalu
banyak mau jadi penonton dan komentator. Padahal yang Tuhan inginkan dari
gereja adalah, “...kita dapat saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat” (Ibrani 10:25).
Karena itu bapak/ ibu yang kekasih,
Marilah kita saling bahu
membahu menjalankan dan mengembangkan karunia yang ada
pada kita dengan jalan mempersembahkannya
untuk kemuliaan Allah (Matius
25:14–30).
Kita
seharusnya bersyukur
sebab Allah mau memanggil dan memakai kita dalam pekerjaanNya. Sebab anugerah Tuhan akan menjadi bermakna justru ketika
kita menyadari dan meresponnya dengan sebuah tindakan untuk mempersembahkan
yang terbaik bagi Tuhan.
Karena itu kalau Allah menganugerahkan sebuah karunia
kepada kita itu adalah satu hal yang luar biasa, sebuah kepercayaan yang tidak
semua orang dapat menerimanya, dimana Allah mau menghargai kita yang sebetulnya
tidak layak untuk menerimanya. Menyadari akan hal itu, biarlah kita semakin hidup berkarya bagi Tuhan, bagi
gerejaNya dan bagi kemuliaan nama Tuhan. Amin